Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kapan Rabu Wekasan 2024? Ini Tanggal, Makna dan Tradisinya

Reynaldi Andrian Pamungkas
27/8/2024 19:02
Kapan Rabu Wekasan 2024? Ini Tanggal, Makna dan Tradisinya
Tradisi Rabu Wekasan atau hari Rabu terakhir di bulan Sapar penanggalan Jawa tersebut rutin dlaksanakan warga setempat sejak ratusan tahun silam sebagai bentuk permohonan keselamatan kepada Tuhan dan tolak bala( ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

RABU Wekasan 2024 akan jatuh pada tanggal 28 Agustus besok. Rabu Wekasan adalah istilah dalam tradisi Jawa yang merujuk pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah. 

Dalam kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, Rabu Wekasan dianggap sebagai hari yang kurang baik atau penuh dengan kemalangan, sehingga perlu dilakukan beberapa amalan atau ritual khusus untuk menghindari marabahaya.

Pada Rabu Wekasan ini akan ada beberapa tradisi untuk menjalaninya. Selain itu Rabu Wekasan juga memiliki maknanya tersendiri bagi yang menjalankannya.

Baca juga : Cara Menghitung Weton Jawa Bisa untuk Jodoh dan Pernikahan

Berikut 4 Tradisi Rabu Wekasan

1. Keyakinan tentang Kemalangan

Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa pada hari Rabu Wekasan, akan turun banyak bala atau malapetaka. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai upaya untuk menolak bala tersebut.

2. Amalan atau Ritual

Pada hari Rabu Wekasan, beberapa orang melakukan amalan-amalan khusus seperti shalat sunnah, membaca doa-doa tertentu, atau membuat makanan untuk sedekah dengan tujuan menolak bala dan memohon keselamatan.

Ada juga yang percaya pada amalan "Rabu Wekasan," yaitu membuat bubur merah putih atau makanan lain yang kemudian dibagikan kepada tetangga sebagai bentuk sedekah.

Baca juga : Mengintip Ritual Bercocok Tanam Dayak Dea Halong, Ngasok Miah Melatu Wini

3. Pengaruh Islam dan Budaya Lokal

Meskipun praktik ini tidak secara langsung berasal dari ajaran Islam, namun ia menjadi bagian dari budaya lokal yang dipengaruhi oleh Islam.

Beberapa ulama mengingatkan bahwa keyakinan terhadap hari tertentu sebagai hari yang membawa sial haruslah dikaji ulang, karena dalam Islam, semua hari adalah baik.

4. Kontroversi dan Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, tidak ada hari yang secara khusus dianggap membawa sial. Oleh karena itu, sebagian ulama mengkritik tradisi Rabu Wekasan dan menyarankan umat Muslim untuk tidak mempercayai atau mengamalkan ritual yang didasarkan pada keyakinan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Baca juga : Veska Bangga Tampilkan Beskap Jawa saat Parade Indonesia di New York

Rabu Wekasan merupakan contoh bagaimana tradisi lokal dan kepercayaan budaya bisa hidup berdampingan dengan agama, meskipun tetap perlu dipahami bahwa Islam tidak mengajarkan hari tertentu sebagai hari sial atau penuh kemalangan.

Rabu Wekasan memiliki makna khusus dalam tradisi Jawa, yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah.

Kata "wekasan" dalam bahasa Jawa berarti "terakhir" atau "penutup," sehingga Rabu Wekasan secara harfiah berarti "Rabu terakhir."

Baca juga : Hukum Muslim Rayakan Lebaran Ketupat Seminggu setelah Lebaran

Berikut 4 Makna Rabu Wekasan

1. Keyakinan terhadap Kemalangan

Dalam tradisi Jawa, Rabu Wekasan dianggap sebagai hari yang rawan terhadap turunnya bala' (bencana atau kemalangan).

Keyakinan ini membuat sebagian orang merasa perlu untuk melakukan tindakan pencegahan, seperti ritual atau amalan khusus.

2. Penolakan Bala'

Makna utama dari Rabu Wekasan adalah upaya untuk menolak bala' yang diyakini akan datang pada hari tersebut.

Beberapa ritual atau amalan dilakukan dengan harapan untuk mendapatkan perlindungan dari malapetaka.

3. Tradisi dan Kebudayaan

Rabu Wekasan mencerminkan bagaimana masyarakat Jawa memadukan kepercayaan tradisional dengan elemen-elemen keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam yang murni, tradisi ini tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan budaya.

4. Peringatan dan Refleksi

Bagi sebagian orang, Rabu Wekasan juga menjadi momen untuk introspeksi dan memohon ampunan serta perlindungan dari Allah SWT.

Ritual-ritual yang dilakukan bukan hanya untuk menolak bala', tetapi juga sebagai bentuk penghambaan dan pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan.

Secara keseluruhan, Rabu Wekasan adalah sebuah konsep yang menggabungkan unsur-unsur budaya, kepercayaan lokal, dan agama, yang digunakan untuk menghadapi apa yang diyakini sebagai hari yang penuh tantangan.

Namun, penting untuk diingat bahwa keyakinan ini lebih bersifat budaya dan tidak didasarkan pada ajaran Islam yang fundamental, yang memandang semua hari sebagai baik dan tidak ada hari tertentu yang dianggap sial atau penuh malapetaka. (Z-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya