Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
MASALAH kesehatan mental remaja menjadi perhatian dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat. Data terbaru ini mengungkapkan adanya penurunan jumlah anak muda yang merasa sedih atau putus asa secara terus-menerus.
Angka itu menurun dari 42% pada 2021 menjadi 40% tahun 2023. Sebuah kabar yang memberikan sedikit ketenangan di tengah krisis yang sudah lama menjadi perhatian publik.
Beberapa tahun terakhir telah menjadi masa yang sulit bagi remaja di Amerika Serikat. Dengan segala tekanan dari teknologi yang semakin meresap ke dalam kehidupan sehari-hari dan peristiwa besar seperti pandemi COVID-19, kesehatan mental kaum muda berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Baca juga : Remaja Perempuan Masih Berjuang dengan Kesehatan Mental Sejak Pandemi
CDC, sebagai lembaga yang telah memantau tren kesehatan mental remaja selama lebih dari tiga dekade, menyadari urgensi dari situasi ini. Namun, laporan terbaru menunjukkan tren yang sedikit lebih positif.
"Kami merasa sangat bersemangat melihat adanya perbaikan kecil tapi signifikan dalam kesehatan mental remaja," kata Marci Hertz, penasihat senior untuk kesehatan mental sekolah di CDC. "Kami melihatnya benar-benar bergerak ke arah yang benar, yang mencerminkan sejumlah pekerjaan yang telah dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan rekan kerja kami di seluruh negeri."
Perjalanan Panjang Menuju Perbaikan Kesehatan Mental
Baca juga : Kesehatan Mental Anak dan Remaja Faktor Penting Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kembali pada 2019, CDC telah menunjukkan keprihatinan mereka terhadap kesehatan mental remaja, terutama bagi mereka yang berada di bangku sekolah menengah. Pandemi yang melanda setahun kemudian hanya memperburuk situasi, membuat kondisi mental banyak remaja semakin memburuk. Namun, di balik semua ini, ada harapan bahwa kita sedang menuju arah yang lebih baik.
Scott A. Roth, seorang psikolog sekolah, melihat tren penurunan ini sebagai tanda perbaikan. "Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, banyak orang mulai lebih peka terhadap tanda-tanda peringatan dan mulai mencari perawatan," jelas Dr. Roth.
“Terkadang ada yang saya anggap sebagai 'stresor normal' atau 'reaksi stres normal' yang dipatologiskan karena takut itu bisa menjadi tanda sesuatu yang lebih serius. Hal ini mungkin menyebabkan peningkatan diagnosis dan perawatan.”
Baca juga : Kesehatan Mental Terganggu, Remaja Merasa tidak Didukung Orangtua
Seiring berjalannya waktu, pendekatan terhadap kesehatan mental semakin berkembang. Tidak semua reaksi terhadap stres harus dipandang sebagai masalah yang membutuhkan diagnosis. Tetapi, Hertz menekankan masih ada banyak pekerjaan yang perlu dilakukan, termasuk memastikan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan mental bagi anak-anak yang membutuhkan, serta menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung.
Meskipun data secara keseluruhan menunjukkan penurunan dalam jumlah remaja yang merasa sedih atau putus asa, temuan ini juga memperlihatkan variasi berdasarkan gender dan ras. Penurunan terlihat lebih signifikan di kalangan siswi perempuan serta siswa dari kelompok kulit hitam dan Hispanik.
Dr. Roth menyoroti perempuan cenderung lebih nyaman untuk mencari bantuan, baik dari keluarga, teman, maupun profesional. "Ini bisa menjadi faktor pelindung," tambahnya. Namun, tantangan tetap ada bagi siswa laki-laki yang mungkin masih terjebak dalam stereotip lama tentang maskulinitas dan ketangguhan.
Baca juga : Kesehatan Mental Remaja Isu Terpinggirkan
Kesehatan mental juga menjadi masalah yang sangat mendalam bagi siswa transgender dan non-biner, yang sering kali menghadapi perundungan dan kekerasan di sekolah. Namun, ada kabar baik bagi siswa Hispanik dan kulit hitam, dengan penurunan angka siswa yang merasa sedih, putus asa, atau bahkan mencoba bunuh diri.
Meskipun ada banyak kemajuan, masalah perundungan tetap menjadi perhatian serius. Jumlah siswa yang melaporkan mereka dirundung di sekolah meningkat dari 15% pada 2021 menjadi 19% pada 2023. Ini menunjukkan meskipun ada kemajuan dalam beberapa aspek kesehatan mental, perundungan masih menjadi masalah yang perlu ditangani secara serius.
Dr. Roth mencatat perundungan kini tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga merambah ke dunia maya. Anonimitas yang ditawarkan internet seringkali memicu interaksi yang lebih kejam dan intens. Selama pandemi, ketika sebagian besar siswa belajar dari rumah, angka perundungan menurun drastis. Namun, setelah kembali ke sekolah tatap muka, angkanya kembali meningkat ke level sebelum pandemi.
CDC terus melacak data ini untuk membantu orangtua dan pengasuh memahami bagaimana mereka dapat mendukung kesehatan mental anak-anak mereka. Hertz menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara orangtua dan anak, serta kebiasaan sehat di rumah.
"Hal-hal sederhana seperti mendengarkan tanpa menghakimi, atau melakukan aktivitas bersama, dapat memberikan dampak besar," kata Hertz. "Mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupan anak Anda, baik secara langsung maupun daring, dapat membantu mencegah mereka terlibat dalam perilaku berisiko."
Dr. Roth sepakat bahwa peran orangtua sangat penting. "Kita harus mulai melibatkan anak-anak dalam pembicaraan tentang emosi sejak dini," jelasnya. "Mengajari mereka keterampilan untuk memecahkan masalah mereka sendiri adalah investasi jangka panjang dalam kesehatan mental mereka."
Dengan adanya data baru yang menunjukkan tren positif, bisa berharap dengan perhatian dan dukungan yang tepat, kesehatan mental remaja dapat terus membaik di masa depan. Namun, pekerjaan kita belum selesai, dan setiap langkah kecil menuju kemajuan harus terus diperjuangkan. (Parents/Z-3)
Grooming adalah tindakan sistematis yang dilakukan pelaku (groomer) untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan kendali atas korban dengan tujuan eksploitasi, sering kali seksual.
TAWUR ialah fenomena kekerasan yang belakangan ini banyak berkembang di kalangan kelompok remaja yang berasal dari sekolah dan wilayah yang berbeda.
Ketua Pengurus Surau Gadang Darus Salikin, Defri menekankan pentingnya mengenalkan Tahun Baru Islam sebagai identitas dan budaya umat Muslim.
Polsek Jatinegara masih menyelidiki lebih lanjut terkait keterlibatan atau peran korban meninggal dalam tawur tersebut.
Mahkamah Agung AS menyetujui undang-undang yang melarang penggunaan penghambat pubertas dan terapi hormon bagi remaja transgender.
Patroli akan terus digelar secara rutin, sebagai bentuk kehadiran polisi untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved