Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
INDONESIA merupakan negara yang dikepung dengan berbagai potensi bencana alam, mulai dari bencana hidrometeorologi hingga meteorologi. Dengan kondisi itu, Indonesia harus menjadi yang terdepan dalam urusan pengembangan teknologi mitigasi bencana alam. Hal itu diungkapkan oleh Komite Remote Sensing, Center for Technology and Innovation Studies (CTIS) Agustan.
“Kami optimistis, bangsa Indonesia kreatif. Dan harusnya kita yang lead industri kebencanaan dini. Dari segi kreativitas gak ragu untuk menghasilkan produk-produk yang cocok jadi solusi untuk bencana di Indonesia,” kata Agustan dalam acara Menakar Potensi Industrialisasi Teknologi Peringatan Dini Anak Negeri, Kamis (18/7).
Beberapa kejadian bencana alam, menurut Agustan, bisa menjadi pembelajaran penting. Di antaranya kebakaran hutan dan lahan pada 1997, tsunami Aceh pada 2004, tsunami Pangandaran pada 2006, tsunami Selat Sunda pada 2018 hingga bencana galodo di Sumatra Barat pada Mei 2024 lalu.
Baca juga : Masyarakat Perlu Miliki Peta Bahaya Tsunami
“Kelima pelajaran berharga tapi pahit membuat kita harus berkaca bahwa early warning system kita perlu lebih ditingkatkan lagi, dan bagaimana mengenali gejala alam yang bisa kita desiminasikan agar zero victim supaya kita bisa bertindak cepat,” beber dia.
Menurut Agustan, saat ini, perkembangan teknologi bencana yang dikembangkan oleh anak-anak dalam negeri sudah berkembang pesat. Misalnya saja alat-alat peringatan dini cuaca hingga seismotektonik yang kini telah banyak dikembangkan oleh berbagai pihak di dalam negeri, mulai dari peneliti dari lembaga hingga perguruan tinggi. Selanjutnya, kata dia, hal yang perlu dilakukan ialah industri swasta yang bisa menyerap hasil penelitian untuk dimanfaatkan oleh pemerintah.
“Secara track sudah on the track tinggal kolaborasi. Dan industri kebencanaan yang harus kita tingkatkan, pasti butuh standar. Para peneliti pasti perlu validitas produk-produk yang kita hasilkan. Dengan semangat bangsa kita gotong-royong mungkin dukungan pemerintah dan lainnya bisa berjalan,” beber dia.
Pada kesempatan itu, Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB Udrekh menyatakan teknologi peringatan dini sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah pun selalu mendukung karya anak bangsa untuk digunakan.
“Ini kita harapkan sekali. Dalam beberapa hal kita memahami peralatan-peralatan yang dipasang di Indonesia butuh respon cepat. Kalau dibangun teknologi dalam negeri ini bisa menjawab bahwa kepastian peralatan itu bisa berjalan berkelanjutan. Kalau nanti sebagai end user memfasilitasi unit terpasang, dan dunia industri menjawab dengan baik, ini bisa menjadi sebuah perputaran yang luar biasa membangun dominasi indstr kebencanaan Indonesia,” pungkas Udrekh. (Ata/Z-7)
Seharusnya, saat musim kemarau, curah hujan menurun. Tapi sekarang, justru hujan terjadi terus-menerus. Ini yang disebut sebagai kemarau basah.
Fenomena langit hijau yang mengejutkan warga ternyata memiliki penjelasan ilmiah. Pakar meteorologi mengungkap warna ini bisa menjadi tanda awal cuaca ekstrem.
BMKG menyediakan data meteorologi dan klimatologi yang dimanfaatkan Korika untuk mengembangkan model AI dalam mendukung deteksi dan mitigasi risiko kesehatan akibat perubahan iklim.
Proyek Maritime Meteorological System (MMS)-1 menjadi payung dari berbagai inisiatif untuk memperkuat sistem informasi meteorologi maritim di Indonesia.
Beberapa cedera dan kerusakan pada bangunan dilaporkan di Miyazaki dan dua provinsi tetangga setelah gempa bumi mengguncang wilayah tersebut pada Kamis (8/8).
Penguatan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu di tingkat provinsi dan kabupaten kota yang terintegrasi serta pemenuhan SDM kesehatan yang terlatih, penting dilakukan.
Lukman menilai perlunya berbagai pihak untuk terus mendorong komitmen lebih dari 500 lebih kepala daerah kabupaten dan kota sebagai garda terdepan penanganan bencana
Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong industri domestik untuk mendukung upaya peningkatan manajemen bencana di Tanah Air.
BNPB optimistis sebanyak 25 praktisi kebencanaan yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN siap untuk berkiprah dalam bidang manajemen bencana di kancah global.
Terbentuknya pengetahuan lokal memiliki sejarah panjang yang saling berkaitan dengan tradisi agama dan budaya berasal dari lingkungan setempat.
Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag, Nur Rahmawati, menekankan peran strategis perpustakaan masjid dalam menyebarkan informasi dan edukasi terkait kebencanaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved