Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
DIREKTUR Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong mengatakan bahwa anak yang terpapar judi online bisa dikategorikan dalam dua golongan yaitu anak dengan orangtua yang gemar berjudi secara online sehingga dikatakan sebagai korban, dan anak yang bermain judi online secara langsung sebagai pelaku.
“Biasanya anak-anak yang bermain judi online ini terpapar melalui game online, jadi kominfo sudah mengeluarkan peraturan menteri yang mewajibkan penerbit atau produsen game online untuk melakukan klasifikasi produk game mereka. Klasifikasi game dimulai dari usia 3 tahun, 6 tahun, dan 13 tahun, 15 tahun dan 18 tahun ke atas, tapi tetap mengacu kepada hukum yang melarang perjudian dalam bentuk apapun,” katanya dalam webinar bertajuk “Judi Online Membunuh Anak-anak Indonesia” yang diselenggarakan oleh Forum Diskusi Denpasar 12, Edisi ke-194 pada Rabu (3/7).
Usman memaparkan bahwa ada 80 ribu atau 2% anak-anak yang terlibat judi online. Melalui data tersebut, pihaknya mengklasifikan ada 7 saluran modus yang masuk ke judi online yaitu melalui transfer langsung ke bank 77%,, setoran tunai 2%, melalui pembayaran ke minimarket 5%, QRIS 3%, E-Wallet 10% dan agen konversi 3%.
Baca juga : Orangtua Harus Tahu Cara Mengatasi Migrain pada Anak
“Cluster nominal transaksi 80% atau 3,2 juta orang bermain di angka Rp10.000 sampai Rp100.000 per transaksi, dari sinilah kita dapat data bahwa sebagian besar yang terlibat atau mungkin jadi online menengah ke bawah dilihat dari besar pasang yang digunakan untuk judi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Usman menjelaskan bahwa pemberantasan judi online saat ini telah melibatkan lembaga internasional seperti Interpol dan melakukan dialog dengan negara produsen judi online untuk memutus jaringan.
“Keberadaan Bandar di luar negeri juga menjadi tantangan dalam penanganan, kita melibatkan Kementerian Luar Negeri, kepolisian serta Interpol tapi ada masalah bahwa di sana legal dan ada kasus TPPO di sana. Sehingga kita harus kerja sama dengan Interpol dan pemerintahan di negara tersebut,” ujarnya.
Baca juga : Orangtua Diminta Bersikap Terbuka dan Memahami Remaja
Menurut Usman, adanya negara yang melegalkan judi secara parsial dan menyeluruh menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia, sehingga Kominfo secara cepat menutup akses internet dari beberapa negara yang memasukkan konten-konten judi online ke Indonesia
“Di Filipina, Kamboja dan beberapa negara di Asia Tenggara melegalkan judi online. Sementara bandar besar judi online ini ada di negara-negara tetangga, karena itu kita melakukan berbagai langkah seperti memutus akses internet bagi para bandar dari Kamboja dan Filipina sehingga iklan dan promosi mereka tidak bisa masuk,” jelasnya.
Usman juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melakukan takedown 2,2 juta konten judi online di media sosial dan website. Selain itu, pihaknya juga sudah memblokir 6.000 lebih rekening bank yang biasa dijadikan tempat transaksi judi online.
Baca juga : JCDC Tawarkan Solusi Optimalkan Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Sementara itu, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia/KPAI, Jasra Putra mengatakan bahwa judi online dapat membunuh masa depan anak-anak Indonesia dan mengganggu kualitas bonus demografi di masa depan. Dikatakan bahwa jika ada anak terpapar judi online dan dikenai sanksi, aparat penegak hukum harus memprosesnya dengan menggunakan undang-undang No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan anak dan undang-undang perlindungan anak.
“Judi online juga membunuh perlindungan anak, bahwa ada orang tua yang berjudi itu harus diperiksa apakah mereka memanfaatkan anak untuk diajak membuka rekening judi atau anaknya diajak untuk menampung uang judi dan seterusnya, komponen tersebut menjadi problem yang sangat serius dan harus ditangani di mana anak diajak atau terdampak maka kita harus mematikan membangun komponen ini,” imbuhnya.
Jasra juga mendorong peran dunia pendidikan untuk ikut terlibat dalam mencegah dan mengungkap kasus-kasus judi online melalui satgas PPKS. Selain itu, penguatan antar teman untuk saling memberikan pengaruh yang baik juga harus diperkuat lewat forum anak di berbagai lini.
Baca juga : Punya Anak Remaja? Orangtua Disarankan Terapkan Authoritative Parenting
“Kita berharap bahwa satgas PPKS juga bisa melakukan mapping dan segera melaporkan serta menangani jika ada kasus pelajar atau mahasiswa terkena judi online. Bagaimanapun dampak dari judi online pada anak baik sebagai korban dan pelaku bisa menyebabkan terjadinya kekerasan, muncul stigma hingga tindak kriminal,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Dosen Ilmu Psikologi Universitas Tarumanagara, Debora Basaria mengatakan bahwa saat ini anak dan remaja tak hanya menjadi penjudi online namun juga ikut dalam mempromosikannya sehingga dikatakan anak dan remaja bukan orang yang awam.
“Remaja yang berada pada tingkat judi dengan kecanduan yang berat, memiliki kesenangan yang dramatis untuk selalu menang. Ini berdampak pada kondisi mental anak karena tidak bisa fokus pada pendidikan sehingga terjadi penurunan performa pada akademik. Remaja juga akan mengorbankan banyak hal untuk bisa berjudi mulai dari menggunakan uang bayaran sekolah hingga menggadaikan barang berharganya hanya untuk mendapatkan uang dan perlahan jadi online,” pungkasnya. (Dev/Z-7)
Banyak orang tua lupa memeriksakan kesehatan remaja secara rutin. Padahal, masa remaja rentan terhadap masalah pubertas
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
HASIL survei yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) usia pertama kali remaja di wilayah Jabar yang terlibat dalam hubungan seksual kini semakin muda.
Indonesia menempati peringkat kedua kasus TB terbanyak di dunia. Polusi udara dan lingkungan tidak sehat meningkatkan risiko TB, terutama pada remaja.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Grooming adalah tindakan sistematis yang dilakukan pelaku (groomer) untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan kendali atas korban dengan tujuan eksploitasi, sering kali seksual.
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved