Headline
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.
Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.
DOSEN Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Vidya Anindhita menyarankan para orangtua untuk menerapkan pola asuh authoritative parenting untuk memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi dari tindakan yang mereka ambil.
"Tujuan utama dari authoritative parenting style bukan hanya agar remaja menuruti aturan dari orangtua, tapi juga agar mereka paham makna perilaku mereka dan konsekuensi yang menyertainya," ujar Vidya, Senin (20/11).
Menurutnya, mendidik anak remaja sering kali dianggap sebagai suatu tantangan besar karena dalam fase ini, anak senang mencoba hal-hal yang belum pernah mereka dilakukan, terutama bersama teman-temannya sesama remaja.
Baca juga: Perubahan Perilaku Bisa Jadi Tanda Remaja Butuh Bantuan
Untuk mengatasi hal itu, ia menuturkan orangtua dapat menerapkan authoritative parenting style, yang mengutamakan kehangatan relasi antara orangtua dan anak sembari tetap menerapkan aturan dan batasan mengenai hal-hal yang boleh maupun dilarang untuk dilakukan sang anak.
Dosen Unpad tersebut mengatakan orangtua perlu memahami dan bersikap empatik terhadap perilaku remaja, namun mereka harus tetap mengarahkan perilaku anak agar sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Oleh karena itu, melalui penerapan pola asuh ini, lanjut dia, orangtua diharapkan untuk memberikan penjelasan mengenai aturan dan larangan tersebut serta tetap membuka kesempatan bagi anak untuk dapat bernegosiasi dan berdiskusi, tidak hanya membuat aturan atau larangan begitu saja.
Baca juga: Darurat Kesehatan Jiwa untuk Anak dan Remaja Jadi Sorotan
Ia menuturkan, membuat aturan maupun melarang suatu perilaku remaja tanpa memberikannya peluang untuk menyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut akan menghambat kemampuan anak untuk berpikir kritis.
Menerapkan aturan dan larangan tertentu kepada remaja tanpa menjelaskan alasan dari penerapan tersebut juga berisiko mendorong anak untuk memberontak karena mereka ingin membuktikan bahwa tidak ada dampak yang ditimbulkan jika mereka melanggar aturan maupun larangan itu.
"Oleh karena itu, orangtua perlu membuka pintu komunikasi dan dialog untuk mendengarkan kebutuhan anak serta saling memahami dan memaknai hal-hal yang diharapkan maupun dilarang oleh orang tua," pungkas Vidya. (Ant/Z-1)
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved