Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
DOSEN Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Vidya Anindhita menegaskan bersikap terbuka, memahami kebutuhan anak, serta belajar mendengarkan pendapat anak merupakan hal yang penting dalam mendidik remaja.
"Seiring anak tumbuh dan belajar sesuai usia mereka, orangtua juga perlu belajar bersikap sesuai dengan usia anak mereka karena menjadi orangtua adalah proses belajar seumur hidup," ujar Vidya, dikutip Kamis (18/1)
Ia mengatakan penerapan pola asuh pada setiap fase pertumbuhan anak, baik ketika bayi, balita, usia prasekolah, maupun remaja, memiliki tantangannya tersendiri. Masa remaja sering kali dianggap sebagai fase dengan tantangan pola asuh terbesar.
Baca juga: Prihatin! Tawuran Remaja Marak di Tangerang, 4 Tewas dan 19 Terluka
Dia menilai hal itu karena remaja memiliki keinginan yang lebih kuat untuk menyampaikan aspirasi, kebutuhan, keinginan, serta pendapat mereka yang dipengaruhi oleh perkembangan aspek kognitif, bahasa, dan emosional.
Selain itu, di fase remaja, anak sedang mengeksplorasi identitas serta ingin mencari konformitas, kenyamanan, dan keseruan dengan teman-teman sebaya agar dapat menjadi lebih dekat dan diterima oleh kelompoknya.
Dosen Unpad tersebut mengatakan hal itu mengakibatkan fungsi orangtua seolah tergeser oleh fungsi teman karena anak merasa memiliki lebih banyak kesamaan dan lebih diterima oleh teman daripada saat berinteraksi dengan orangtua.
Baca juga: Penjualan Rokok Ketengan Bisa Meningkatkan Perokok Remaja
Agar anak tidak terbawa arus pergaulan yang tidak sesuai dengan norma, dia menuturkan orangtua perlu menjadi teladan yang baik bagi perilaku anak dan mengingatkan terus menerus secara verbal atau maupun, serta berdialog secara rutin dengan anak.
"Remaja butuh untuk didengar dan dipahami. Sering kali orangtua hanya berusaha mendengar atau justru kadang cenderung cepat memotong penjelasan anak tanpa berupaya memahami," ucapnya.
Vidya mengakui berupaya untuk saling memahami memang tidak mudah, sehingga baik anak maupun orang tua membutuhkan hati dan pikiran yang tenang tanpa ada stigma atau persepsi buruk untuk dapat saling mengerti.
Oleh karena itu, ia mengajak para orangtua untuk melepas persepsi mereka pada remaja saat berdiskusi, memahami perkembangan remaja, membuka hati untuk mengerti mereka, serta mendengarkan kebutuhan dan pendapat mereka.
"Setelah itu, baru orangtua sampaikan pandangan atau harapan mereka agar anak mau mencoba sesuatu yang orangtua anggap baik bagi anak atau agar anak tidak melakukan sesuatu yang orangtua anggap berbahaya," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Selain dukungan dalam bentuk kebijakan, efektivitas sistem perlindungan perempuan dan anak sangat membutuhkan political will dari para pemangku kepentingan.
Anak-anak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik perlu selalu didampingi saat bermain sendiri maupun bersama teman-temannya.
Sebelum anak dilepas bermain di luar, orangtua diminta memulai dengan pengawasan hingga pemantauan di awal.
Ringgo Agus Rahman mengaku belum ada hal yang dapat ia banggakan pada anak-anaknya untuk ditinggalkan.
PENGUATAN langkah koordinasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat harus mampu melahirkan gerakan antikekerasan.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
Banyak orang tua lupa memeriksakan kesehatan remaja secara rutin. Padahal, masa remaja rentan terhadap masalah pubertas
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
HASIL survei yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) usia pertama kali remaja di wilayah Jabar yang terlibat dalam hubungan seksual kini semakin muda.
Indonesia menempati peringkat kedua kasus TB terbanyak di dunia. Polusi udara dan lingkungan tidak sehat meningkatkan risiko TB, terutama pada remaja.
Pada anak usia dini—yang masih berada pada tahap praoperasional menurut teori Piaget—, konten absurd berisiko mengacaukan pemahaman terhadap realitas.
Grooming adalah tindakan sistematis yang dilakukan pelaku (groomer) untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan kendali atas korban dengan tujuan eksploitasi, sering kali seksual.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved