Kelompok Aolia Lebaran Duluan Setelah Bicara dengan Allah, Ini Kata PBNU

Despian Nurhidayat
06/4/2024 13:50
Kelompok Aolia Lebaran Duluan Setelah Bicara dengan Allah, Ini Kata PBNU
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur(Dok. NU Online/Suwitno)

BARU-baru ini viral kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta yang telah melaksanakan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri pada 5 April 2024. Mereka memilih merayakan Lebaran duluan dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur mengatakan, fenomena ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali.

“Kita berharap semua umat Islam khususnya tokoh agama harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar, menggunakan ilmu dan akal sehatnya, tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Gusti Allah SWT,” ungkapnya, Sabtu (6/4).

Baca juga : Pemudik Mulai Tiba di Aceh

Lebih lanjut, menurut Gus Fahrur agama itu tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Tidak bisa seseorang secara asal-asalan mengaku sudah melakukan komunikasi langsung dengan Allah SWT.

“Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama,” lanjut Gus Fahrur.

Gus Fahrur mengatakan dasar ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syariat yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya, semua harus ilmiah, rasional dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum.

Baca juga : Penderita Diabetes Diingatkan tidak Konsumsi Kalori Berlebihan Saat Lebaran

“Kepada saudara kita Masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul, diimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar dan dapat menjelaskan dan dapat mempertanggung jawabkan ajarannya sesuai metode nalar syari’at Islam yang sah dan telah diterima oleh masyarakat dunia islam secara luas,” tegasnya.

Gus Fahrur menekankan tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Allah SWT tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syari’at islam, karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syari’at.

“Masyarakat jangan terkecoh oleh keanehan atau kesaktian individu, orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan di hadapan Gusti Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya,” ujar Gus Fahrur.

Baca juga : Yuk Kenal Lebih Dekat Soal Idul Fitri 

“Hendaknya diwaspadai bahwa bangsa jin dan setan juga bisa datang kepada siapa pun dan mengaku-ngaku sebagai Gusti Allah atau malaikat untuk mengajak manusia kepada kesesatan. Benar dan salah seseorang dalam ajaran agama Islam hanya boleh diukur dengan ketentuan-ketentuan syari’at sesuai tuntunan Al-Qur'an, hadist, qiyas dan ijma' para ulama,” sambungnya.

Gus Fahrur merasa statement pimpinan jemaah seperti ini membingungkan masyarakat, bahkan bisa masuk kategori pelecehan terhadap ajaran Islam. Karena sudah ada aturan baku dalam praksis beragama seperti hitungan jumlah hari puasa Ramadan dan tata cara penetapannya dalam Islam.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya