Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SELAMA beberapa dekade terakhir, kebutuhan sehari-hari seperti kopi, bumbu, sabun, dan sampo diperjualbelikan dalam kemasan sachet plastik untuk memenuhi kebutuhan daya beli konsumen, terutama yang berpenghasilan rendah.
Namun, praktik ini telah menyebabkan masalah limbah yang substansial, karena sachet ini tidak dapat didaur ulang dan bahkan sulit untuk dikumpulkan, memperburuk masalah lingkungan.
Dalam rangka pencapaian target pengurangan sampah laut sebesar 70% pada Tahun 2025, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) telah bekerja sama dengan the Plastics in Societies Partnership (PISCES) dalam kolaborasi penelitian terapan yang mengetengahkan pendekatan sistem untuk menyelesaikan masalah sampah di Indonesia.
Baca juga : Waste Audit Sungai Watch: 60% Sampah Plastik di Sungai Berupa Sachet
Salah satu strateginya melalui pengembangan “Living Lab” sebagai media perumusan dan uji coba pendekatan holistik yang melibatkan berbagai disiplin ilmu untuk mendukung kebijakan pengelolaan sampah plastik di Indonesia.
PISCES Partnership adalah sebuah platform kolaboratif yang di inisiasi oleh kumpulan lembaga akademik dari Inggris Raya, yang berkolaborasi dengan akademisi-akademisi dunia dan spesifik juga di Indonesia.
PISCES Partnership menyatukan para peneliti akademis, bisnis, pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil, bekerja menuju masa depan plastik yang berkelanjutan di masyarakat Indonesia.
Baca juga : Chandra Asri Pacu Pemanfaatan Sampah Plastik Low Value Jadi Aspal
Living Lab pertama telah dibentuk di Kabupaten Banyuwangi dan diharapkan dapat menciptakan paradigma dan solusi baru dalam pengurangan dan penanganan plastik sekali pakai (single-use plastic) melalui perubahan pada seluruh rantai nilai plastik mulai dari produsen, pengecer, masyarakat, dan pemangku kepentingan lain yang terkait pengelolaan sampah plastik.
Pada Rabu (21/2/2024)i, Kemenko Marves bersama dengan PISCES meluncurkan program “PISCES Relay”, di Kantor PISCES Living Lab, Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, untuk studi perilaku konsumen terhadap produk guna ulang.
Tergabung dengan PISCES Partnership adalah Enviu, startup builder untuk ekonomi sirkular yang telah beroperasi di Indonesia sejak 2019, berpartisipasi aktif dalam inisiatif ini.
Baca juga : Sampah Plastik Masih Jadi Pencemar Sungai di Berbagai Daerah
Pada tahun 2024, PISCES, bekerjasama dengan Enviu, memperluas upayanya dengan melakukan pilot atau ujicoba penerapan solusi guna ulang di Area Banyuwangi.
Proyek pilot enam bulan ini bertujuan untuk mengeksplorasi kelayakan penerapan praktik ekonomi sirkular untuk mencegah limbah plastik pada sumbernya.
Praktik yang diujicobakan didasarkan pada Alner, sebuah start-up inovatif yang dibangun oleh Enviu dan didirikan oleh Bintang Ekananda.
Baca juga : Amandina Bumi Nusantara Sukses Terapkan Ekonomi Sirkular di Indonesia
Alner telah memperkenalkan model bisnis pengembalian deposit yang inovatif untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dalam upaya memerangi krisis polusi plastik yang meningkat di Indonesia.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh plastik sekali pakai dan mempromosikan ekonomi sirkular.
“Kami percaya bahwa kolaborasi antara peneliti akademis dan pihak-pihak yang melakukan tindakan, melalui kemitraan akademis publik dan swasta, seperti PISCES, sangat penting untuk mendorong dan mempercepat implementasi perubahan sistemik yang diperlukan untuk mencegah polusi plastik,” jelas Professor Susan Jobling, Direktur PISCES Partnership, dari Brunel University, London, Inggris Raya.
Baca juga : Riset: Enam Pemkot Belum Menunjukkan Praktik Pengurangan Sampah
Dalam peluncuran PISCES Relay ini, hadir dari Kemenko Marves, Rendra Kurnia Hasan, SH., M.Env, selaku Koordinator Bidang Pengelolaan Sampah.
Rendra mengatakan,“Penanganan masalah plastic ini harus dilakukan secara kolaboratif, dan sekarang harus fokus dengan penanganan sistemnya dari hulu, yaitu dari pengurangan, dan dalam isu plastik ini, penting sekali untuk kemasan tidak digunakan hanya sekali pakai, dan untuk mendukung praktik “guna ulang” di mana kemasan dapat digunakan beberapa kali."
"Pemerintah dengan memberikan landasan regulasi, harapannya dapat support dan mempercepat instansi-instansi lain seperti produsen, masyarakat, dan lainnya untuk dapat melaksanakan praktek konsumsi ramah lingkungan,” jelasnya.
Baca juga : Dalam Pengelolaan Sampah, Produsen Diharapkan Terapkan EPR
Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021, volume sampah di Indonesia hanya 7 persen yang terdaur ulang dan 69% yang masuk di TPA.
Di tahun yang sama, Indonesia dinyatakan sebagai kontributor global polusi plastik. Butuh penanganan tepat guna di Indonesia untuk menangani masalah plastik ini.
Dalam peresmian ini, juga hadir mewakili Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, adalah Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Banyuwangi, Drs. H. Arief Setiawan, MM.
Baca juga : 40% Masyarakat Indonesia Belum Miliki Akses Pelayanan Pengumpulan Sampah
Arief Setiawan mengatakan,"Pemahaman tentang praktik ramah lingkungan dan pengolahan sampah plastik ini penting untuk di sosialisasikan di masyarakat sebagai bagian dari keseharian."
"Program PISCES ini sejalan dan dapat mendukung program Pemerintah Banyuwangi yang memang ingin meningkatkan kepedulian dan meningkatkan manajemen sampah plastik yang berfokus dengan pengembangan Kawasan Pariwisata," jelasnya.
Peluncuran resmi inisiatif ini dijadwalkan pada 21 Februari 2024, di Kantor PISCES Living Lab di Kawasan Rogojampi, Banyuwangi, Jatim.
Baca juga : Festival LIKE, Presiden Jokowi Kunjungi Stan Danone Indonesia
Acara ini dihadiri para kolaborator dan rekan PISCES Partnership, termasuk Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Kantor Bupati Banyuwangi, Kepala Dinas DLH Banyuwangi, PISCES Partnership, Systemiq, Alliance to End Plastic Waste, Komunitas Warung Mitra Pisces Relay, Enviu dan Alner.
Studi pilot ini akan mencoba skema guna ulang di warung lokal dengan menjual produk-produk sembako dengan kemasan guna ulang selama 3 bulan, untuk menyaksikan dan mempelajari secara langsung kontribusi proyek pilot terhadap pengurangan sampah plastik. (S-4)
Kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah ini menggandeng Waste4Change untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Jikaa dihitung secara kasar sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, kerugian yang disebabkan oleh masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat di Indonesia juga bisa masuk ke Samudera Hindia hingga ke Madagaskar.
Warga akan diedukasi modul Plastic, Sustainability & You Education (PSYE) untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan plastik berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025.
Pelibatan anak-anak dalam berbagai upaya mengurangi sampah plastik disebuat bisa membuat kesuksesannya lebih maksimal.
Sampah plastik multilayer diolah menjadi serpihan (flakes) yang dapat dimanfaatkan oleh industri daur ulang.
Di tengah meningkatnya polusi plastik, seorang guru di SDN 003 Bontang Utara, Bontang, menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari ruang kelas.
KOTA Surabaya akan menjadi lokasi pertama proyek kemitraan pemerintah Indonesia dan UEA dalam penanganan sampah plastik sungai untuk mencegah kebocoran di perairan laut.
Enviu Zero Waste telah membangun sekitar 9 solusi dan startup, termasuk Alner, yang menyediakan sistem guna ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sampo, dan detergen.
Pembangunan TPST akan difokuskan ke wilayah yang belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah seperti Gumelar, Lumbir, Somagede, Kemranjen, dan Tambak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved