Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
MENINGKATNYA volume sampah plastik yang dibuang ke sungai baik oleh masyarakat ataupun pabrikan membuat prihatin Ecoton, Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah, yang bergerak di bidang pemulihan ekosistem sungai.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, Ecoton selalu mencurahkan perhatiannya terhadap isu sampah plastik dan berupaya melakukan penelitian di beberapa sungai di Indonesia terkait audit sampah, kontaminasi mikroplastik, pengaruh dan potensi dampak mikroplastik terhadap organisme hidup termasuk manusia.
Tujuannya adalah isu seputar sampah plastik dan perlindungan sungai dari segala bentuk aktivitas pencemaran di sungai dapat diminimalisir.
Baca juga : Pisces Partnership dan Kemenko Marves Luncurkan Proyek Atasi Polusi Plastik
Alaika Rahmatullah, Divisi Edukasi Ecoton Foundation, mengatakan, “Dalam Program Ekspedisi Sungai Nusantara, kami ada kegiatan Brand Audit. Aktivitas mengidentifikasi sampah plastik berdasarkan merek dan perusahaan yang berkontribusi terhadap sampah di lingkungan."
"Brand yang mendominasi di masing-masing sungai pun berbeda-berbeda. Namun kami merangkum lima teratas pencemar yang sering kami jumpai," ujar Alaika.
Ke depannya kami berharap harus ada tanggung jawab produsen terhadap sampah yang telah mereka hasilkan,” ucapnya.
Baca juga : Waste Audit Sungai Watch: 60% Sampah Plastik di Sungai Berupa Sachet
Melalui program Ekspedisi Sungai Nusantara, Ecoton, menginisiasi untuk memeriksa kesehatan 68 sungai strategis nasional guna penelitian seputar mikroplastik, kualitas air, dan brand audit.
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara telah mengunjungi pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan kini tengah dalam ekpedisi ke Pulau Sulawesi. Rencana ekspedisi ini akan terus berlanjut ke pulau-pulau yang lain di kepulauan nusantara hingga akhir tahun 2022.
“Kami telah mengunjungi 35 sungai di Indonesia, dan kesehatan sungai-sungai di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ternyata semuanya positif terkontaminasi mikroplastik,” kata Alaika.
Baca juga : Chandra Asri Pacu Pemanfaatan Sampah Plastik Low Value Jadi Aspal
Terkait pelabelan galon plastik sekali pakai dengan label BPA Free, Alaika berpendapat bahwa justru kebijakan itu akan menimbulkan permasalahan baru.
“Pada dasarnya kemasan plastik apapun tetap berbahaya. Kita melihat dari bahan dasar pembuatan plastik yang berawal dari resin kemudian ditambahi dengan polimer tertentu mengandung senyawa kimia berbahaya," katanya.
Plastik yang terkena panas atau sinar matahari pun juga rentan berpotensi terfragmentasi menjadi partikel mikroplastik. Tidak menutup kemungkinan hal ini juga terjadi pada kemasan galon sekali pakai.
Baca juga : Kampanye Stop Sachet Dorong Penggunaan Produk Isi Ulang
Partikel ini sangat berbahaya apabila masuk kedalam tubuh manusia, dapat mengakibatkan kanker, perubahan hormon, menstruasi dini dan lainnya.
Bukan hanya itu, galon plastik sekali pakai beberapa kali kami jumpai juga di sungai yang berakhir menjadi sampah.
"Jika produsen secara terus menerus memproduksi galon sekali pakai, ini berdampak pada penambahan jumlah dan jenis sampah yang berakhir di lingkungan,” ujar Alika.
Baca juga : Bijak Menggunakan Plastik jadi Tema Kegiatan Lippo Cikarang Mengajar
Sikap Ecoton dalam melihat permasalahan ini tegas dengan menolak plastik, termasuk plastik sekali pakai baik dalam bentuk kecil maupun yang besar seperti galon sekali pakai.
Selanjutnya hasil temuan-temuan dari program ekspedisi sungai nusantara untuk jangka pendek akan dikumpulkan sebagai sarana edukasi ke masyakarat secara luas.
“Selain itu, sampah ini kami kumpulkan untuk menjadi mediasi dengan pemangku kebijakan, kami mengajak pemerintah supaya lebih memperhatikan kondisi sungai di Indonesia," terang Alaika.
Baca juga : Amandina Bumi Nusantara Sukses Terapkan Ekonomi Sirkular di Indonesia
"Dalam jangka panjang, kami ingin terbentuknya sinergitas antara masyarakat, industri dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga sungai-sungai di Indonesia tetap bersih, tetap lestari dan bebas sampah.” ujarnya.
Untuk menekan pembuangan sampah plastik di sungai-sungai Indonesia, Ecotom mempunyai program kawasan bebas sampah atau Zerowaste Cities.
Zerowaste Cities yaitu kawasan dimana masyarakat didampingi dan dibina untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan mengelola sampah yang telah mereka hasilkan.
Baca juga : Riset: Enam Pemkot Belum Menunjukkan Praktik Pengurangan Sampah
Program Zerowaste Cities ini juga sudah berjalan di beberapa kota atau kabupaten di sepanjang sungai Brantas di Jawa Timur tujuannya untuk mengurangi pembuangan sampah yang berakhir di sungai.
Selain itu, penguatan kapasitas terhadap komunitas penjaga sungai juga telah dilakukan.
Pada program Ekspedisi Sungai Nusantara sekaligus juga dibentuk komunitaskomunitas penjaga sungai di setiap daerah yang telah dikunjungi, tujuannya agar komunitas ini dapat melindungi sungai-sungai Nusantara dari aktivitas pencemaran. (RO/OL-09)
Di tengah meningkatnya polusi plastik, seorang guru di SDN 003 Bontang Utara, Bontang, menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari ruang kelas.
KOTA Surabaya akan menjadi lokasi pertama proyek kemitraan pemerintah Indonesia dan UEA dalam penanganan sampah plastik sungai untuk mencegah kebocoran di perairan laut.
Enviu Zero Waste telah membangun sekitar 9 solusi dan startup, termasuk Alner, yang menyediakan sistem guna ulang untuk kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sampo, dan detergen.
Pembangunan TPST akan difokuskan ke wilayah yang belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah seperti Gumelar, Lumbir, Somagede, Kemranjen, dan Tambak.
PT Bank Negara Indonesia (BNI) terus menunjukkan komitmennya sebagai lembaga keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Data 2023 mengungkapkan biaya yang harus dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk penanganan kanker mencapai Rp5,97 triliun.
Kegiatan pengelolaan dan daur ulang sampah ini menggandeng Waste4Change untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Jikaa dihitung secara kasar sejak tahun 2018 hingga tahun 2023, kerugian yang disebabkan oleh masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat di Indonesia juga bisa masuk ke Samudera Hindia hingga ke Madagaskar.
Warga akan diedukasi modul Plastic, Sustainability & You Education (PSYE) untuk meningkatkan kesadaran tentang penggunaan plastik berkelanjutan dan pengelolaan limbah yang efektif.
Target pemerintah Indonesia dalam menurunkan kebocoran sampah plastik dari aktivitas masyarakat sebesar 70 persen pada 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved