Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ISTILAH erotomania yang belakangan menjadi viral di media sosial merujuk pada suatu gangguan mental yang melibatkan keyakinan yang tidak masuk akal bahwa seseorang dicintai oleh individu lain, meskipun kenyataannya tidak demikian. Gangguan ini sering kali dihubungkan dengan gangguan kejiwaan lain, tetapi dapat juga muncul berdiri sendiri.
Sindrom erotomania atau yang dikenal juga dengan istilah sindrom de Clérambault diambil dari nama psikiater Prancis yang pertama kali menggambarkannya sebagai kelainan yang berbeda pada 1921. Dalam kondisi ini, individu yang mengalaminya memiliki keyakinan yang kuat bahwa orang tertentu dengan status sosial atau terkenal menyimpan perasaan cinta secara rahasia terhadap mereka. Walaupun individu yang mengalami erotomania mungkin tidak memiliki interaksi atau hubungan langsung dengan objek delusional mereka, mereka yakin bahwa objek tersebut memiliki perasaan romantis terhadapnya.
Penting untuk dicatat bahwa erotomania dapat terjadi sebagai bagian dari gangguan psikiatrik lain, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan delusi, tetapi juga dapat terjadi sebagai kelainan independen. Individu yang mengalami erotomania sangat memerlukan perawatan psikiatri untuk membantu mengelola gejala dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Erotomania merupakan gangguan kesehatan mental yang jarang terjadi. Namun, penyakit ini menjadi perhatian dalam dunia psikiatri baru-baru ini.
Baca juga: Erotomania, Gangguan Mental Berupa Delusi Cinta yang Viral di Medsos
Gangguan ini memanifestasikan dirinya dalam bentuk keyakinan yang tidak rasional. Penderita meyakini bahwa seseorang, bahkan orang terkenal, tengah jatuh cinta kepadanya meskipun kenyataannya tidaklah demikian.
Penderita erotomania memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa ada seseorang yang sedang menyukai mereka, bahkan jika orang tersebut tidak pernah mengenal atau bertemu langsung dengan penderita. Fenomena seperti celebrity worship atau dorongan berlebihan terhadap tokoh terkenal bisa menjadi pemicu munculnya gangguan delusi erotomania. Gangguan ini dapat dipicu oleh imajinasi, berita, atau bahkan aktivitas di media sosial.
Baca juga: Jurusan Psikologi Kerja Apa? Besaran Gaji
Erotomania cenderung lebih banyak dialami oleh wanita. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang pria pun dapat mengalami erotomania. Perlu dipahami bahwa perasaan ini hanyalah delusi yang dialami oleh penderita erotomania. Gangguan ini menciptakan narasi yang tidak sesuai dengan kenyataan, menggiring individu ke dalam keyakinan yang tidak masuk akal, dan memerlukan pemahaman serta perawatan psikiatri yang sesuai untuk membantu mengelola gejalanya.
Hingga kini, penyebab pasti munculnya erotomania masih menjadi misteri. Namun, para ahli meyakini bahwa faktor genetik, psikologis, gaya hidup, dan lingkungan dapat memainkan peran dalam perkembangannya.
Gangguan ini sering kali terkait dengan kondisi psikologis tertentu, termasuk skizofrenia, gangguan bipolar, skizoafektif, depresi, dan gangguan kepribadian seperti borderline personality disorder. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa erotomania bisa menjadi perubahan yang terjadi, seperti mengatasi stres dan trauma berat, sementara penyakit otak seperti tumor otak atau Alzheimer juga dapat menjadi pemicu gejala erotomania.
Saat mengalami delusi erotomania, seseorang kesulitan memproses isyarat sosial secara tepat. Mereka mungkin salah membaca ekspresi wajah dan bahasa tubuh orang lain.
Kondisi ini membuat mereka percaya bahwa seseorang memiliki perasaan cinta atau ketertarikan pada mereka, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, individu yang mengalami erotomania dapat menciptakan narasi fiktif untuk meningkatkan harga diri mereka.
Stres atau depresi juga dapat menjadi pemicu erotomania, meningkatkan risiko seseorang mengalami delusi. Beberapa faktor risiko melibatkan riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya, seperti schizophrenia, dementia, dan gangguan bipolar. Tumor otak, penggunaan alkohol, atau obat-obatan terlarang juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami erotomania. Selain itu, beberapa faktor seperti jenis kelamin wanita, rendahnya rasa percaya diri, kesepian, isolasi sosial, dan ketidakmampuan untuk menerima sudut pandang orang lain juga dapat memainkan peran dalam munculnya gangguan ini.
Seseorang yang mengidap erotomania dapat menunjukkan sejumlah gejala yang mencirikan kondisi psikologisnya yang rumit. Selain terobsesi dengan keyakinan bahwa seseorang mencintainya, berikut beberapa gejala lain yang sering dialami penderita erotomania.
Penderita erotomania seringkali membicarakan orang yang diyakini mencintainya secara berulang-ulang.
Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu lebih banyak tentang orang yang diyakini mencintainya dan memikirkan tentang hal tersebut.
Penderita erotomania cenderung melakukan upaya komunikasi intens dengan orang yang mereka yakini mencintai, seperti menelepon, mengirim surat dan pesan singkat, atau memberikan hadiah.
Penderita dapat merasa cemburu terhadap orang lain yang dianggap memiliki hubungan dengan orang yang mereka yakini mencintai.
Mereka mungkin merasa bahwa orang yang dicintai mencoba berkomunikasi secara rahasia melalui pandangan mata, gerak-gerik, hingga status media sosial.
Penderita erotomania bisa melakukan perilaku menguntit terhadap orang yang diyakini mencintainya. Bagi penderita erotomania yang juga menderita gangguan mental lain, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar, seringkali gejala psikosis dapat berkembang dengan tiba-tiba.
Psikosis ini ditandai dengan delusi atau waham yang semakin parah, peningkatan energi, berbicara dengan sangat cepat, kesulitan tidur, bahkan kemungkinan melakukan tindakan berbahaya demi orang yang mereka yakini mencintai. Gejala utama erotomania melibatkan keyakinan yang keliru bahwa seseorang tertarik, menyukai, atau mencintai diri mereka.
Mereka dapat membicarakan orang yang diyakini mencintainya terus menerus, berusaha untuk berkomunikasi atau bertemu dengan orang tersebut, bahkan mungkin mengekspresikan perasaan cemburu yang berlebihan terhadap lingkungan sekitarnya. Penderita juga mungkin merasa kecewa ketika orang terdekat menyadari ketidakbenaran perasaan mereka.
Erotomania, gangguan mental yang melibatkan keyakinan yang keliru tentang cinta dari orang lain, dapat berpotensi membahayakan individu yang mengalaminya. Tanpa penanganan yang tepat, perilaku menguntit, pelecehan, bahkan kekerasan bisa menjadi dampak serius dari kondisi ini.
Penanganan erotomania memerlukan pemeriksaan kejiwaan oleh psikolog atau psikiater guna menetapkan diagnosis yang akurat dan memastikan tidak ada gangguan jiwa lain yang menyertainya. Secara umum, terdapat dua jenis pendekatan utama dalam penanganan erotomania.
Melibatkan terapi bicara agar penderita dapat lebih leluasa mengungkapkan gejala yang mereka alami. Terapi ini tidak hanya membantu mereka menyadari kenyataan, tetapi juga memungkinkan pemecahan masalah dengan lebih efektif. Terapi perilaku kognitif dapat membantu penderita memahami kondisinya dan mengembangkan mekanisme penanganan yang efektif.
Psikiater dapat meresepkan obat antipsikotik, seperti risperidone, olanzapine, dan clozapine, untuk mengatasi gejala psikis yang mungkin menyertai erotomania. Penggunaan obat ini juga dapat relevan dalam mengobati gangguan seperti skizofrenia. Jika erotomania timbul akibat gangguan bipolar atau depresi, dokter dapat meresepkan obat antimania dan antidepresan.
Erotomania dapat menjadi sulit untuk ditangani karena seringkali penderitanya tidak menyadari bahwa mereka mengalami gangguan delusi. Oleh karena itu, kesadaran dan dukungan dari keluarga, teman, atau orang terdekat penderita sangat penting dalam mengatasi erotomania.
Jika Anda mengenali gejala erotomania pada diri sendiri atau orang terdekat, segera mencari bantuan profesional dari psikiater atau psikolog dapat menjadi langkah awal yang krusial. Dengan penanganan yang tepat, individu yang mengalami erotomania memiliki peluang untuk mengelola kondisinya dan meningkatkan kualitas hidup mereka. (Z-2)
Kepatuhan terhadap pengobatan dan dukungan sosial yang kuat merupakan kunci utama dalam proses pemulihan pasien yang mengalami Gangguan Bipolar (GB) dan Skizofrenia
POLISI bakal memeriksa kondisi kejiwaan guru ngaji, W, 40, yang telah melakukan pencabulan terhadap 20 anak di bawah umur di Ciledug, Kota Tangerang.
ANGGOTA polisi berinisial NP, 41, yang membunuh ibunya berinisial HS, 61, di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, ternyata terdaftar sebagai pasien Poli Jiwa di RS Polri Kramat Jati sejak 2020.
Seorang remaja berusia 14 tahun menusuk ayah dan neneknya hingga tewas, serta melukai ibunya sehingga kini dirawat di rumah sakit.
Kepolisian Resor Garut bekerja sama dengan tim dokter ahli jiwa untuk memeriksa kondisi kejiwaan pelaku mutilasi terhadap seorang korban tak dikenal di Cibalong
Polres Garut mendatangkan dokter kejiwaan untuk memeriksa pelaku pembunuhan dan mutilasi di Garut, Jawa Barat.
Disosiatif: Pelajari gangguan mental disosiatif, penyebab, gejala, dan cara penanganannya. Informasi lengkap & mudah dipahami!
Setiap orang yang mengonsumsi 100 gram per hari gula, meningkatkan hampir 28% kemungkinan dia untuk mengalami depresi.
Soul Conference 2024 mengangkat tema Measuring Spiritual Wellness.
Belajar dari kasus penusukan di Cilandak, Jakarta Selatan yang diduga dilakukan remaja 14 tahun, ada hal-hal terkait kondisi mental anak yang perlu diperhatikan oleh orangtua atau wali.
Menteri Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menilai judi online sebagai bencana sosial yang menggerus dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat
Menjadi seorang single father tidaklah mudah karena harus menjalankan dua peran: sebagai ayah dan ibu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved