Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ini Dampak Buruk Konten Kampanye Politik Pada Anak

M. Iqbal Al Machmudi
27/11/2023 15:01
Ini Dampak Buruk Konten Kampanye Politik Pada Anak
Ilustrasi anak-anak(Freepik)

MANAJER Advokasi Wahana Visi Indonesia, Junito Drias mengatakan bahwa residu atau ampas dari penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) selama ini tidak pernah dibereskan oleh pemerintah atau pun partai politik. Padahal dampaknya sangat buruk pada kebiasaan anak sehari-hari.

"Residu politik yakni sisa kampanye itu tidak pernah diberesin padahal selama kampanye selalu menjelekkan dan puji-puji, dampaknya pada anak yakni mereka yang belum mengerti jadi bisa tertanam pada anak dan dibawa pada kehidupan sehari-hari," kata Junito kepada Media Indonesia di Kantor KPAI, Jakarta, Senin (27/11).

Ia mencontohkan paling gampang dilihat pada anak usia 14 -16 tahun yang notabene masih suka bermain dengan melihat lingkungan sekitar hingga muncul menghina-hina atau perundungan dan menimbulkan konflik antara teman sebaya karena punya pandangan berbeda dari narasi-narasi yang dibuat oleh elit politik.

Baca juga : Anies: Pemerintah Selanjutnya Dihasilkan dari Pemilu Jujur

Sayangnya setelah pemilu selesai residu pemilunya pun tidak ikut diselesaikan. Namun yang menjadi tumpuan malah guru-guru yang mengurus korban perundungan yang jadi korban persekusi karena memilih salah satu pasangan calon (paslon) sedangkan yang mayoritas memilih paslon lain bisa hingga muncul persekusi.

Baca juga : Soal Pilihan Pilpres, GAMKI Jatim Kembalikan ke Hati Nurani

"Residu-residu ini gak pernah diberesin sama partai politik. Partai politik cenderung setelah selesai yaudah pulang. Saya usul berani nggak partai politik setelah selesai pemilu maka beresin semuanya," ungkapnya.

Ia meminta agar pemerintah dan partai politik mengupayakan untuk bisa diselesaikan dengan rekonsiliasi atau dari awal dengan mencegah.

Menurutnya terlepas dari hiruk pikuk paslon nomor urut 2 dengan moto kampanye 'santuy' dinilai lebih sejuk bagi pengamat isu anak karena itu dilihat meredam di lapangan jadi bisa diserukan oleh paslon lain.

"Paslon ini punya fungsi dan kekuatan untuk membuat situasi anak lebih terlindungi. Sehingga baik tidak perlu ribut-ribu jadi santai saja," pungkasnya. (Z-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya