Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PSIKOLOG anak dan keluarga Lembaga Psikolog Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) Irma Gustiana Andriani mengatakan anak yang terlalu sering atau kecanduan menggunakan gawai berisiko mengalami gangguan mental.
"Anak yang terlalu sering terpaku dengan gawai, menurut penelitian, berpotensi mengalami kecemasan, depresi tingkat awal, perasaan tidak berdaya, hingga gangguan mental narsistik," jelas Irma, dikutip Selasa (26/9).
Irma menyebut risiko gangguan mental tersebut dapat muncul apabila mereka terus-menerus bermain dengan gawai tanpa diimbangi aktifitas fisik dan kurang bermain interaktif secara langsung.
Baca juga: Ini Manfaat Bermain Susun Balok Bagi Tumbuh Kembang Anak
Aktifitas pasif yang melibatkan anak terhubung dengan alat teknologi canggih, menurut Irma, dapat menyebabkan anak kurang terlibat dengan dunia luar, bahkan juga berisiko kesulitan mengekspresikan perasaan mereka.
Anak generasi Z dan Alpha memang telah hidup di era kemajuan teknologi yang canggih, sehingga, orangtua juga tidak bisa semerta-merta memisahkan mereka dari itu.
Meski demikian, Irma menjelaskan teknologi sebetulnya memiliki banyak kebaikan dan manfaat bagi semua umat, termasuk anak-anak. Namun, penggunaan yang salah dan kurangnya pengawasan orangtua akan membuatnya menjadi buruk.
Baca juga: Tips Membangun Hobi Anak melalui Permainan
"Teknologi sebetulnya banyak sekali manfaatnya. Namun, bila orangtua tidak mengantisipasi, kemungkinan buruknya juga banyak," kata dia.
Hal ini pun senada dengan penelitian Boston College dari profesor psikologi Amerika Serikat (AS) Peter Gray, yang menyebut sesi 'bermain' anak di tahun-tahun awal dan selama sekolah dasar hingga menengah, memiliki dampak yang besar bagi tumbuh kembang mereka.
Dampak dari ponsel pintar dan media sosial adalah terbesar. Namun, ada beberapa cara yang bisa orangtua lakukan, di antaranya seperti mengenalkan anak akan pentingnya alam, hingga mengembangkan rasa perwujudan dan mendorong kemandirian setiap anak melalui pola pikir berkembang. (Ant/Z-1)
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
KEHIDUPAN masyarakat modern semakin tergantung dengan sejumlah gawai seperti telepon seluler (ponsel) tetapi juga ramah lingkungan.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Melatonin merupakan hormon yang bikin mengantuk hingga seseorang akhirnya bisa tertidur.
Kondisi ini dikenal sebagai gadget neck, yaitu nyeri yang muncul karena posisi kepala menunduk terlalu lama, seperti saat menatap layar ponsel atau laptop.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved