Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SATGAS penanggulangan bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Reza mengatakan orangtua diminta untuk tidak panik dan tetap tenang saat upaya penyelamatan anak dan keluarga ketika bencana agar anak tidak ikut panik.
"Jika bukan Anda yang tenang, siapa lagi yang bisa menyelamatkan anak-anak Anda? Jadi, jangan panik. Kalau Anda panik, anak-anak pasti ikut panik dan menangis," ucap Reza dalam media briefing Menyiapkan Anak Siaga Menghadapi Bencana yang diikuti secara virtual, Rabu (20/9).
Ia mengatakan, orangtua harus dibekali pengetahuan dalam memahami persiapan prabencana seperti kemana akan berlari, memilih jalur yang lebih tinggi, mendengarkan siaran radio dan imbauan keselamatan.
Baca juga: Rotavirus Bisa Menjadi Penyakit Menular? Begini Penjelasannya
Kepala Instalasi Neonatus ICU RSUD Waluyo Jati Kraksaan ini mengatakan, wilayah Indonesia hampir semua berpotensi tsunami karena berada dalam tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng Indo-Australia.
Dalam mendeteksi bencana tsunami, masyarakat perlu tahu tanda-tanda bahaya sebagai langkah persiapan, seperti gempa bumi yang disertai dengan air laut yang menyusut.
Jika melihat hal tersebut segera bersiap dan berlari ke tempat yang lebih tinggi karena waktu untuk menyelamatkan diri hanya 40 menit sebelum air laut terhempas ke daratan.
Baca juga: Anak Harus Dipersiapkan Menghadapi Bencana Alam
Perhatikan juga kebiasaan hewan yang berterbangan atau berlarian ke arah kota secara masif seperti unggas dan hewan lainnya sebagai tanda bencana.
Reza mengatakan, saat evakuasi, ia menyarankan untuk berjalan kaki dan tidak menggunakan kendaraan, karena akan menimbulkan kemacetan dan semakin sulit menghindari area bencana.
Ia juga menambahkan, selama masih bisa menerima sinyal, usahakan selalu pantau berita dan mengikuti arahan dari petugas resmi, dan boleh kembali ke rumah setelah dinyatakan aman.
"Jangan lupa memantau informasi dari media resmi, jangan melihat dari media-media yang tidak jelas atau dari kata orang, tetapi perhatikan salah satunya SMS informasi BMKG," kata Reza.
Ia juga mengingatkan jika terjadi gempa dan tidak ada tsunami, tetap waspada akan gempa susulan yang kemungkinan berpotensi tsunami.
Di sisi lain, bencana banjir juga menjadi kewaspadaan karena musim di Indonesia hanya dua, panas dan hujan.
Banjir sering kali terjadi karena curah hujan tinggi dan drainase yang kurang baik akibat pembangunan gedung atau rumah yang tidak ada resapan airnya. Perilaku masyarakat yang kurang menjaga lingkungan juga menjadi faktor utama terjadinya banjir.
Untuk menghindari bencana banjir karena faktor alam, Ia menyarankan untuk menghindari membangun rumah atau menempati rumah yang dekat dengan sungai dengan debit air tinggi dan gorong-gorong yang terbuka.
Selain itu, Reza juga mengingatkan untuk selalu sedia tas bencana berisi surat penting, obat, dan alat keselamatan lainnya, serta mengetahui akses listrik dan gas yang mudah dimatikan agar tidak menimbulkan masalah baru saat bencana banjir.
Mengikuti pelatihan kebencanaan juga ia sarankan agar dapat bertahan hidup di tengah bencana dan tahu cara untuk melindungi diri serta bisa membantu mendistribusikan bantuan, dan jika memungkinkan orangtua bisa mendaftarkan asuransi pada anak dan harta benda.
"Ikut pelatihan, tujuannya selain untuk menyelamatkan anak dan keluarga tapi juga bagaimana membangun tenda pengungsian, bagaimana distribusi bantuan karena kita juga butuh bantuan dan juga menghindari area rawan banjir di sekitar rumah," kata Reza.
Pada tahap pascabencana, Reza mengatakan jaga kebersihan dan kesehatan terutama anak-anak dengan mencari akses air bersih. Selalu sempatkan cuci tangan dan cari akses jamban atau tempat buang air di sekitar pos kesehatan dan buang makanan yang sudah terkontaminasi.
Hindari jalan-jalan yang terlihat kabel listrik untuk menghindari risiko tersengat listrik, dan jauhi bangunan yang berisiko roboh. (Ant/Z-1)
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Hasil survei baru menunjukkan banyak orangtua merasa stres saat menghadapi waktu makan anak-anak mereka.
Survei Ohio State University Wexner Medical Center menemukan sekitar 66% dari 1.005 orangtua merasa tuntutan menjadi orangtua membuat mereka merasa kesepian.
Untuk mencegah perilaku tantrum pada anak, perlu diterapkan komunikasi yang baik sejak dini dan orangtua harus menjadi contoh yang baik pada anak.
Yuks mengenal lebih dekat apa itu helicopter parenting dan dampaknya.
alah satu alasan anak mengalami tantrum yakni kesulitan mengekspresikan keinginannya
Tingginya curah hujan mengakibatkan debit air Sungai Ciwalen meluap. Kondisi itu mengakibatkan pondasi Jembatan Cibogo tergerus hingga akhirnya roboh
Rata-rata kerusakan terjadi pada bagian atap rumah karena terbawa angin kencang saat hujan deras melanda.
Kerusakan pada bagian atap terjadi di Pasar Hanggar Cokelat dan Pasar Rakyat Jabar Juara.
Persiapan sudah dilakukan, terutama melengkapi semua peralatan guna mempercepat evakuasi di titik lokasi bencana,
BMKG memperkirakan musim hujan datang merata di Garut pada akhir November.
Harus segera disiapkan langkah-langkah antisipatif demi meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman potensi berbagai jenis bencana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved