Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Risiko Polusi terhadap Kulit dan Pencegahannya

Media Indonesia
01/9/2023 16:40
Risiko Polusi terhadap Kulit dan Pencegahannya
Polusi udara di Jakarta.(MI/Usman Iskandar.)

SAAT ini Jakarta menghadapi masalah serius terkait polusi udara yang menciptakan dampak nyata pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Pada beberapa hari terakhir, angka PM2.5 di Jakarta melebihi ambang batas yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara signifikan melampaui standar aman 25 mikrogram per meter kubik. Ini menunjukkan bahwa kualitas udara di kota ini jauh dari kondisi yang dianggap sehat. 

Selain bisa terhirup ke dalam tubuh dan merusak paru-paru atau organ lain, polusi bisa berdampak pada kesehatan kulit. Hal ini karena kulit merupakan organ tubuh terluar yang berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari benda asing, termasuk polusi. Zat berbahaya yang dihasilkan polusi tersebut, seperti karbon monoksida, benzena, hidrogen klorida, ozon, dan logam berat, termasuk timbal dan merkuri, bisa merusak dan meningkatkan risiko berbagai masalah pada kulit.

Medical Content Marketing Senior Manager Alodokter, Dokter dr. Abi Noya, mengatakan bahwa paparan polusi pada kulit yang terlalu banyak atau sering dapat membuat kulit cepat rusak dan berisiko mengalami berbagai kondisi atau penyakit. Berikut risiko itu.

Baca juga: Rentan Terpapar Polusi, Inilah Bahaya Rumah Dekat dengan Jalan Raya

1. Iritasi kulit. 

Iritasi kulit ringan umumnya tidak berbahaya bagi kulit, tetapi iritasi yang parah bisa mengganggu aktivitas sehari-hari karena biasanya kulit akan terasa gatal, tampak bersisik, kemerahan, dan bahkan terasa perih atau nyeri.

2. Jerawat. 

Riset menyebutkan bahwa paparan polusi berlebihan bisa menyebabkan kulit terlalu banyak menghasilkan sebum. Sebum adalah minyak alami kulit yang berfungsi melembapkan kulit dan mencegah pertumbuhan bakteri di kulit. Ketika jumlah sebum meningkat, kulit wajah akan menjadi terlalu berminyak, sehingga mudah muncul komedo dan jerawat.

Baca juga: Polusi Udara Lebih Mengancam Kesehatan daripada Rokok atau Alkohol

3. Hiperpigmentasi. 

Polusi udara juga dapat merangsang produksi melanin, pigmen yang memberikan warna pada kulit. Ini dapat menyebabkan hiperpigmentasi atau bintik-bintik gelap pada kulit, terutama pada area yang terpapar polusi secara langsung.

4. Penuaan dini. 

Polusi udara seperti partikel debu, polutan, dan zat kimia dapat merusak lapisan pelindung kulit dan memicu produksi radikal bebas. Ini dapat mengakibatkan kerusakan pada kolagen dan elastin, protein-protein penting yang menjaga kulit tetap kencang dan elastis. Akibatnya, kulit dapat mengalami penuaan dini, seperti keriput, garis halus, dan kulit kendur.

5. Kanker kulit. 

Polusi pada kulit juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Udara yang tercemar mengandung banyak zat berbahaya, termasuk berbagai jenis racun yang memiliki sifat karsinogenik.

Dampak dari polusi udara yang ekstrem tidak bisa diabaikan karena menciptakan tantangan nyata bagi kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Para ahli kesehatan menyarankan agar masyarakat Jakarta mulai mencoba melakukan beberapa perubahan dan penyesuaian dalam pola hidup karena situasi ini, seperti mengenakan masker pernapasan dan membatasi aktivitas di luar ruangan seperti olahraga, berjalan-jalan, dan bermain. 

Khususnya untuk kesehatan kulit, menurut dokter Aby ada beberapa langkah pencegahan dampak buruk polusi udara yang dapat dilakukan. 

1. Membersihkan kulit dengan rutin dan tepat. 

Rutin membersihkan kotoran yang menumpuk di wajah ketika bangun dan sebelum tidur. Menggunakan sabun berbahan kimia lembut untuk kulit guna mencegah iritasi dan alergi pada kulit serta eksfoliasi dapat dilakukan untuk memaksimalkan upaya menjaga kebersihan kulit. Gunakan juga toner dan pelembap untuk merawat kulit dan mencegah kulit kering.

2. Gunakan tabir surya. 

Disarankan untuk menggunakan tabir surya dengan SPF minimal 35 atau lebih ketika beraktivitas di bawah terik matahari, terutama pada pukul 10.00–15.00. Penggunaan tabir surya juga penting untuk mencegah sunburn dan mengurangi risiko kanker kulit.

3. Air dan hidrasi. 

Konsumsi cukup air penting untuk menjaga kulit tetap terhidrasi dan membantu dalam proses detoksifikasi tubuh dari zat-zat berbahaya.

4. Konsumsi makanan bergizi dan kaya akan antioksidan. 

Asupan nutrisi yang sehat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan kulit dan melawan dampak buruk polusi, seperti buah dan sayuran. Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas yang dihasilkan oleh polusi udara dan faktor lingkungan lain. Nutrisi yang kaya antioksidan meliputi vitamin C, vitamin E, beta-karoten (provitamin A), selenium, dan zinc. Makanan seperti buah-buahan segar, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak ikan (sumber omega-3) dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan. (RO/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya