Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SAMPAH masih menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi oleh Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dirilis pada tahun 2021 di sampah di Indonesia telah mencapai 67,8 juta ton sampah, kemudian naik menjadi 70 juta ton sampah pada 2022.
Sampah plastik masih menjadi kontributor terbesar dalam meningkatnya total keseluruhan jumlah sampah di ranah nasional.
Padahal jika terkelola dengan baik, sampah plastik dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku kemasan produk baru ataupun barang lain yang bernilai ekonomi serta dapat menjadi sumber mata pencaharian baru di sektor informal.
Baca juga: Industri Daur Ulang Beri Nilai Tambah Sampah Plastik Low-Value di Indonesia
Ibu Wahyuni, 45 tahun, telah menjadi pengumpul sampah lebih dari 12 tahun. Keterbatasan pendidikan dan minimnya penghasilan suami mendorong Wahyuni turut membantu perekonomian keluarga.
Bekerja Sambil Rawat Anak
Bagi Wahyuni, bekerja sambil merawat anak bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dan menjadi pengumpul sampah merupakan pekerjaan yang mungkin Ia lakukan.
Meski tak dapat dipungkiri, pekerjaan sebagai pengumpul sampah menempatkanWahyuni pada posisi yang sangat rentan.
“Pekerjaan suami yang tidak menentu, membuat kami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta biaya pendidikan anak-anak. Kondisi ini mendorong saya untuk mencari tambahan pemasukan dengan menjadi pengumpul sampah," ujar Wahyuni, peserta program Inclusive Recycling Indonesia (IRI).
Baca juga: Berkontribusi bagi Lingkungan, Polytama Sabet Dua Penghargaan ISRA 2023
"Meski penghasilannya tidak seberapa dan resiko pekerjaannya tinggi tetap saya tetap lakukan agar keluarga bisa makan dan anak-anak bisa sekolah,” jelas Wahyuni
Menjalani profesi pengumpul sampah, mengharuskan Bu Wahyuni menyusuri jalan, mulai dari emperan dan toko untuk mencari botol-botol bekas, plastik, kardus, dan berbagai jenis sampah lain yang masih memiliki nilai ekonomi dan bisa didaur ulang.
Bersaing dengan Pengumpul Sampah dengan Gunakan Modal
Ia merasakan langsung betapa sulitnya mengumpulkan sampah yang masih bernilai ekonomi karana harus bersaing dengan pengumpul sampah yang menggunakan modal dan besarnya risiko kesehatan serta kecelakaan kerja yang mengintai di balik pekerjaan ini.
“Awal mula bekerja sebagai pengumpul sampah, saya sering sakit, mulai dari gatal-gatal, batuk juga diare, kalau sudah begitu ya anak-anak juga pasti tertular," jelasnya.
Baca juga: Danone-AQUA Luncurkan Kampanye Mudik Bijak Sampah
"Kondisi itu mungkin terjadi karena saya bersentuhan langsung dengan sampah setiap hari. Karena mengumpulkan sampah tanpa menggunakan pelindung, saya juga jadi sering mengalami luka luar, tergores benda tajam menyebabkan tangan dan kaki sering kali lecet," paparnya.
"Kalau sudah seperti itu, biasanya saya biarkan untuk sembuh sendiri karena penghasilan saya juga terkadang tidak cukup,” ujar Bu Wahyuni.
Jadi Penerima Manfaat Program IRI
Namun kemudian pada tahun 2020, Wahyuni menjadi salah satu penerima manfaat dalam program Inclusive Recycling Indonesia (IRI).
Program IRI digagas oleh Danone-AQUA, Danone Ecosystem dan Veolia melalui kerjasama dengan Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII).
Program IRI bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, recycle (TPS3R) di tingkat desa dan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) pada tingkat kecamatan, serta sejumlah lapak yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Selain itu, program IRI juga bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan plastik, terutama untuk jenis Polyethylene terephthalate (PET), dengan cara meningkatkan produktivitas 10 pelapak besar (waste collection center) yang bergerak dalam bidang pengumpulan sampah botol plastik.
Setelah mendapatkan pendampingan dan binaan dari Program IRI, Ibu Wahyuni lebih mengerti tentang kesehatan.
“Pada saat itu, awal mula pandemi Covid-19, banyak sekali informasi kesehatan yang beredar. Saya tidak tahu yang mana yang benar dan bisa dipercaya," ujarnya.
Baca juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Coca-Cola Luncurkan Botol 100% rPET di Indonesia
"Sampai saat tim IRI menghampiri kami menjelaskan cara bekerja yang aman pada masa pandemi dengan ringan dan mudah dipahami. Di saat kami kesulitan untuk mencari masker, karena mahal dan langka, tim IRI memberikan masker untuk kami," ucap Wahyun.
"Meski sederhana, kami betul – betul merasa terbantu. Selain itu, pada saat kami kesulitan mendapatkan penghasilan di masa pandemi, kami juga rutin mendapatkan bantuan sembako dari tim IRI,” papar Wahyuni.
Selain memberikan pemahaman yang lebih baik dari segi kesehatan, Program IRI juga membantu anggotanya untuk mengatur keuangan dengan baik.
“Saat mengikuti Program IRI saya jadi belajar untuk mengatur keuangan dengan baik. Kami bahkan diajari menyisihkan penghasilan untuk ditabung. Jadi tabungan itu bisa dipakai untuk keperluan di masa depan atau biaya pendidikan anak,” cerita Bu Wahyuni.
Dari program IRI juga Bu Wahyuni menyadari pentingnya bekerja menggunakan alat pelindung diri sehingga Bu Wahyuni dan teman-teman pemulung bisa bekerja dengan aman dan nyaman.
Hingga saat ini, sebanyak 1.045 orang pemulung perempuan telah tercatat sebagai peserta aktif di sejumlah lapak yang tersebar mulai dari Semarang, Jawa Tengah, Malang, Jawa Timur, hingga Palu, Sulawesi Tengah.
Sediakan Fasilitas untuk Para Pemulung
Di samping itu, Danone-AQUA juga menyediakan berbagai fasilitas untuk para pemulung tersebut, seperti misalnya saja tabungan, layanan BPJS Ketenagakerjaan, alat pelindung diri (APD), peningkatan kesadaran tentang pekerja anak, serta pelatihan-pelatihan pengembangan diri termasuk perihal keselamatan dan pengelolaan keuangan.
Baca juga: DKI tak Lanjutkan Proyek Pengelolaan Sampah ITF, Heru Sebut Nilai Investasi Tinggi
IRI merupakan bagian dari gerakan #BijakBerplastik Danone-AQUA yang sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mengembangkan bisnis yang berkelanjutan dan mengimplementasikan ekonomi sirkular dengan melakukan pengelolaan sampah yang terintegrasi, dan inklusif.
Gerakan #BijakBerplastik sendiri telah digagas sejak 5 Juni 2018, ertepatan pada hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tahun ini, gerakan #BijakBerplastik telah memasuki usia yang ke lima.
“Selama lima tahun terakhir ini, Danone-AQUA melalui komitmen #BijakBerplastik, telah menginisiasi berbagai program sebagai perwujudan dari visi perusahaan," kata Karyanto Wibowo Direktur Sustainable Development Danone Indonesia.
"Hal ini juga sejalan dengan tekad kami untuk terus mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya mengurangi sampah plastik hingga 70 persen pada tahun 2025,” ujar Karyanto.
Karyanto juga mengungkapkan bahwa Danone-AQUA akan terus berupaya untuk meningkatkan kolaborasi dengan masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan kesejahteraan komunitas melalui penguatan kelembagaan ekonomi lokal, pembinaan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta dukungan tanpa henti agar perempuan dapat terus berkarya. (RO/S-4)
Kesepakatan skema pengelolaan sampah ini dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama di bidang pengelolaan sampah dari kedua daerah.
PRESIDEN Prabowo Subianto meminta rakyat Indonesia untuk mengisi momen kemerdekaan HUT ke-80 RI dengan kegiatan positif. Lebih dari sekadar upacara,
TPA Sarimukti belum sepenuhnya konsep sanitary landfill itu diterapkan karena anggaran pengadaan tanahnya sebelumnya digunakan untuk pemadatan di zona 2 dan 3.
Pantai Ungkea, yang merupakan salah satu kawasan wisata dan habitat alami di Morowali Utara, menjadi fokus utama pembersihan dari sampah plastik dan berbagai jenis sampah lainnya.
Penggunaan komposter memungkinkan masyarakat mengolah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi metana, dan memperbaiki kualitas tanah secara lokal.
LEMBAGA Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) menilai Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan bisa menjadi sebagai standar nasional dalam pengelolaan sampah perkotaan.
DI tengah tantangan pengelolaan sampah di wilayah pesisir Bekasi, sebuah transformasi nyata tengah berlangsung di Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Bekasi, Jawa Barat.
Pemerintah menyatakan akan membersihkan dan menata bangunan kumuh di sekitar TPA Sarimukti.
Program Adipura tidak lagi hanya menjadi simbol kota bersih, melainkan indikator strategis tata kelola persampahan modern, adil, dan berkelanjutan.
RDF Rorotan tetap menjadi salah satu strategi utama Pemprov DKI dalam mengatasi persoalan sampah, sembari menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi ke depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved