Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sejumlah Spesies Satwa Terancam Akibat Pembangunan IKN

Atalya Puspa
24/5/2023 14:55
Sejumlah Spesies Satwa Terancam Akibat Pembangunan IKN
Warga memberi makan Kera Hitam Sulawesi (Macaca Tonkeana) di kawasan Pegunungan Kebun Kopi, Sulawesi Selatan(Antara foto)

SEJUMLAH spesies satwa terancam terganggu kehidupannya akibat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Hal itu diungkapkan oleh Ahli Zoologi dan Biologi Konservasi Jatna Supriatna.

Jatna mengungkapkan, spesies itu di antaranya ialah satwa-satwa yang memiliki daerah jelajah yang luas, seperti macan kumbang dan jenis kucing-kucingan.

Selain itu spesies yang tidak dapat pergi terlalu jauh dari tempat spesies itu dilahirkan seperti kukang, tarsius, owa, orang utan, lutung merah dan bekantan. Di samping itu juga spesies burung rangkong dan burung endemik. Serta spesies yang rentan terhadap ekspoitasi manusia seperti trenggiling, gajah hingga beruang madu.

Baca juga: Taman Margasatwa Ragunan Merayakan Ulang Tahun Seekor Gorila pada H+1 Lebaran

Untuk itu, Ia menilai perlu kajian berbasis sains yang mendalam pada pemindahan ibu kota ini. Jangan sampai Indonesia gagal memertahankan biodiversitas karena pemindahan IKN seperti yang terjadi di Brazil.

"Model pemindahan IKN mirip dengan pemindahan ibu kota di Brazil, Brasilia. Brasilia dianggap gagal karena banyak spesies endemik yang ikut hilang dan masyarakat adat terpinggirkan. Karenanya perlu pakar biologi konservasi, antropologi dan lain-lain terlibat dalam perencanaan IKN," kata Jatna, Rabu (24/5).

Baca juga: H2 Lebaran, Taman Margasatwa Ragunan Ramai Dikunjungi Wisatawan

Ia menegaskan bahwa Kalimantan Timur merupakan hot of the hotspot, atau merupakan wilayah dengan kekayaan biodiversitas tertinggi du Indonesia. Untuk itu, ia berharap jangan sampai IKN mengalami empty forest syndrome, atau hutan yang terlihat lebat namun rupanya tidak memiliki biodibersitas.

"Jadi di landscape ini perlu koridor, jadi ada koneksi antara daerah yang sudah dikonservasi dan daerah baru. Jika ekosistemnya bisa diperbaiki, saya yakin IKN kita jadi yang paling ideal di dunia," pungkas dia. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya