Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
DIABETES pada anak belakangan mengalami peningkatan. Prevalensi kasus diabetes melitus tipe-1 pada anak meningkat sebanyak 70 kali lipat sejak tahun 2010 hingga 2023. Lalu bagaimana mengetahui ciri anak terkena diabetes.
Guru Besar Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Bidang Ilmu Kesehatan Anak Aman Bhakti Pulungan membeberkan beberapa ciri yang bisa mengindikasikan anak terkena diabetes.
"Masih banyak orangtua belum sadar bahwa diabetes juga dapat menyerang anak-anak, mereka pikir ini hanya penyakit keturunan, padahal diabetes bisa menyerang siapapun," kata Aman, pada konferensi pers Cegah Diabetes Prematur pada Anak dan Remaja di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/3).
Baca juga: Anak Usia di Bawah 4 Tahun Dilarang Konsumsi Gula
Ada beberapa ciri yang dapat mengindikasikan anak terkena diabetes. Aman, yang juga Dokter Spesialis Anak itu menyebut ketika anak banyak makan dan minum bisa menjadi indikator.
Anak dengan diabetes akan merasa lapar dan haus terus-menerus, meski baru selesai makan dan minum. Rasa lapar ini didorong jumlah insulin yang tidak memadai sehingga gula tidak dapat diolah menjadi energi.
Baca juga: Diabetes Anak Perlu Dapat Perhatian Khusus Masyarakat
Rasa haus yang dialami bukan sekadar sensasi. Melainkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin sehingga tubuh dehidrasi. "Tanda diabetes itu banyak makan, banyak minum, banyak buang air kecil, berat badan turun, dan lemas atau loyo," kata dia.
Rasa haus terus-menerus menyebabkan anak selalu minum, namun tidak diimbangi dengan kemampuan tubuh untuk menyerap cairan dengan baik.
Aman mengatakan, anak dengan diabetes akan lebih sering buang air kecil dari pada frekuensi normal, terutama di malam hari. "Bila sebelumnya anak sudah tidak ngompol kemudian ngompol lagi, hal yang pertama bisa kita pikirkan ini adalah diabetes, usia anak berapapun bisa ngompol karena ini," tambahnya.
Penurunan berat badan yang drastis dalam 2-6 minggu juga bisa jadi indikasi anak dengan diabetes. Meski sering makan, tubuh anak tidak bertambah gemuk, melainkan cenderung kehilangan berat badan dalam jumlah yang cukup signifikan.
Kondisi itu akibat ketidakmampuan tubuh dalam menyerap gula darah dalam tubuh, sehingga menyebabkan jaringan otot dan lemak menyusut. "Selain itu, sejumlah lokasi pada tubuh anak diabetes akan mengalami akantosis nigrikans, atau terlihat menghitam, seperti pada leher, ketiak, hingga jari-jari," ujar Aman. (Ant/Z-3)
Mengompol saat tidur merupakan hal yang biasa terjadi pada anak. Namun, jika anak sudah menjalani toilet training atau jarang mengompol tetapi tiba-tiba kembali sering mengompol, ada apa?
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global, tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga anak-anak.
IDAI melaporkan lonjakan signifikan kasus diabetes pada anak, meningkat 70 kali lipat pada 2023 dibandingkan 2010.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku kaget soal banyaknya kasus diabetes yang diderita anak
Ketua Pelaksana CCC 2024 Kayla Athaya mengatakan kenaikan angka tersebut harus mendapat perhatian bersama
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) memperkirakan kasus (diabetes melitus) DM tipe 1 pada anak usia 12 hingga 18 tahun meningkat saat ini dengan kenaikan mencapai 70%.
Kesehatan generasi muda adalah dasar utama untuk kemajuan Jakarta.
Sebagai langkah nyata mendukung tumbuhnya industri beauty and wellness nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menginisiasi pameran wellness terbesar di Tanah Air.
Monk fruit adalah pemanis alami bebas kalori yang cocok untuk penderita diabetes dan diet rendah gula. Simak manfaatnya sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan solusi manis sehat.
MENU kopi hitam dan singkong rebus seringkali menjadi kombinasi yang cocok untuk santap pagi hari atau sebagai cemilan mengobrol dengan kerabat.
Vaksin memiliki beragam manfaat, antara lain untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti polio serta mencegah komplikasi berat yang dapat menyebabkan kecacatan.
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, dibutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga sehat secara fisik dan mental, memiliki ketahanan terhadap tantangan global.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved