Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Anak adalah bibit generasi masa depan bangsa, yang perlu dilindungi dan dijaga. Hingga saat ini ada begitu banyak wabah penyakit yang menggangu tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TBC).
Seperti yang diketahui bersama, TBC adalah penyakit yang sudah lama disebabkan oleh patogen bakteria dan tidak pernah tertangani dengan baik. Upaya penyelesaian sudah dilakukan selama 77 tahun sejak Indonesia merdeka, vaksin dan obatnya sudah ditemukan sejak puluhan tahun lalu, tapi tidak pernah bisa tertangani dengan baik.
Anak-anak yang rentan terinfeksi TBC adalah mereka yang berusia 0--14 tahun, Lalu, kenapa bisa yah anak-anak di usia itu terkena penyakit TBC?
Perlu dicermati, TBC adalah penyakit infeksius yang mudah menular secara langsung melalui udara. TBC rentan kepada anak-anak di usia tersebut karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Bahkan TBC pada anak cenderung lebih sulit dideteksi sehingga anak bisa saja terlambat ditangani. Meski demikian TBC pada anak tidak menular kepada orang dewasa maupun antara sesama anak.
Hal senada juga disampaikan, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), Rina Triasih. Dokter Rina menyebutkan TBC penularannya sama seperti covid-19, yang artinya lewat udara dari percikan air ludah.
"Karena ini ditularkan melalui percikan air ludah, maka TBC ini utamanya menyerang paru-paru. Menyerang saluran napas. Tetapi, TBC ini bisa juga mengenai organ tubuh yang lain, bisa ke otak. Bisa ke tulang, bisa ke perut, bisa ke usus, bisa ke kulit, dan sebagainya. Jadi ada juga TBC yang disebut sebagai TBC paru ada juga TBC ektra paru," ucapnya dalam diskusi virtual, Senin(20/3).
Berangkat dari penjelasan diatas, sudah semestinya para orang tua mulai mewaspadai TBC. Dengan begitu, TBC dan komplikasinya bisa dicegah terjadi pada anak.
Gejala TBC Anak
Dokter Rina mengatakan gejala TBC terbagi jadi dua. Pertama adalah gejala sistemik dan kedua gejala spesifik. Berikut ini penjelasannya.
1. Gejala Sistemik atau Umum
-Berat badan turun atau tidak naik dalam dua bulan sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh meskipun telah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik dalam waktu 1 sampai 2 bulan.
- Demam lama, kurang lebih 2 minggu atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam bukan disebabkan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain. Demam umumnya tidak tinggi.
-Batuk lama bersifat non-remmitting atau tidak pernah reda dengan intensitas semakin lama semakin parah, serta sebab lain batuk telah dpat disingkirkan.
- Lesu, anak kurang aktif bermain.
2. Gejala Spesifik Terkait Organ
Pada TBC ekstar paru dapat dijumpai gejala dan tanda klinis yang khas pada organ yang terkena. Gejalanya bisa berbeda, tergantung organ apa yang terinfeksi.
a. Tuberkulosis kelenjar
- Biasayanya di daerah leher.
- Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) yang tidak nyeri, konsistensi kenyal, multiple dan kadang saling melekat.
- Ukuran KGN besar, lebih dari 2x2 cm. Biasanya pembesaran KGB terlihat jelas bukan hanya teraba.
- Tidak merespon terhadap pemberian antibiotika
- Bisa berbentuk rongga dan discharge.
b. Tuberkulosis sistem saraf pusat
- Meningitis TB. Gejala ini disertai keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
- Tuberkuloma Otak. Gejala adanya lesi desak ruang.
c. Tuberkulosis sistem skeletal
- Tulang belakang, penonjolan tulang belakang.
- Tulang panggul, pincang gangguan berjalan, atau tanda peradangan didaerah panggul
- Tulang lutut, pincang atau bengkak pada lutut tanpa sebeb yang jelas.
- Tulang kaki dan tangan.
Selain tiga jenis tersebut, masih ada beberapa jenis TBC ekstar lainnya. Di antaranya TBC mata dan ginjal.
Pengobatan TBC pada Anak
Jika anak sudah dinyatakan positif TBC, maka pengobatan perlu segera dilakukan. Pengobatan TBC diberikan pada anak yang sudah dalam tahap TBC aktif, maupun anak yang sudah terinfeksi kuman TBC tetapi belum menampakkan gejala. Penyakit ini bisa ditangani oleh dokter anak atau dokter anak ahli respirologi.
Anak yang baru terinfeksi bakteri TBC dan belum menunjukkan gejala TBC aktif akan diberikan obat antituberkulosis (OAT) isoniazid, yang harus dikonsumsi setiap hari selama sembilan bulan.
Sementara pada anak yang telah dipastikan terdiagnosis TBC aktif, dokter akan memberikan pengobatan yang terdiri dari tiga jenis OAT, yaitu isoniazid, pyrazinamid, dan rifampicin. Obat-obatan ini harus dikonsumsi setiap hari selama dua bulan. Kemudian untuk empat bulan selanjutnya, hanya dua jenis obat yang diteruskan, yaitu rifampicin dan isoniazid.
Tidak semua obat TBC untuk dewasa dapat digunakan pada anak. Anak-anak umumnya tidak diberikan OAT jenis ethambutol, karena obat ini dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi penglihatan anak.
Hingga saat ini, Indonesia masih merupakan salah satu negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Melalui berbagai program pemerintah dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan, diharapkan jumlah penderita TBC pada anak bisa menurun.
Dengan menjalani pengobatan sampai tuntas sesuai durasi yang telah ditentukan oleh dokter, anak-anak dapat pulih total dari TBC dan terhindar dari komplikasi. Penyakit ini bisa ditangani oleh dokter anak atau dokter anak ahli penyakit infeksi tropis.
(Z-9)
WAKIL Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini menempati posisi kedua di dunia dalam jumlah kasus Tuberkulosis (Tb), setelah India.
Kementerian Kesehatan menerapkan enam strategi utama, termasuk penguatan promosi dan pencegahan, pemanfaatan teknologi, serta integrasi data dengan rumah sakit dan Puskesmas.
Ekstrak daun pegagan sebagai suplemen pendamping dalam proses pengobatan TB, selain meningkatkan fungsi hati, juga menurunkan biomarker inflamasi serta meningkatkan status gizi pasien.
Indonesia kini menempati posisi kedua dengan jumlah kasus Tuberkulosis terbanyak di dunia, setelah India.
Indonesia mencatatkan angka kematian akibat tuberkulosis atau TB sebesar 134 ribu jiwa per tahun atau sekitar dua orang meninggal setiap lima menit.
Masyarakat diajak untuk tidak ragu dan malu melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas jika memiliki gejala kasus TB sebab penyakit tersebut bisa disembuhkan.
IDAI menyebut kegagalan program ASI eksklusif terjadi pada tiga hari pertama kehidupan bayi ketika orangtua diprovokasi segera memberikan susu formula pada bayi yang terus menangis.
Tim Penggerak PKK Provinsi Sulawesi Selatan berkolaborasi dengan IDAI menyelenggarakan kegiatan edukatif bertajuk “Gerakan Membaca Buku KIA, Membangun Generasi Emas.
DALAM rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2025, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) turut menyuarakan komitmen bersama untuk pemerataan akses kesehatan pada anak.
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, dibutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga sehat secara fisik dan mental, memiliki ketahanan terhadap tantangan global.
ASUPAN protein hewani merupakan hal yang tidak boleh disepelekan dalam mendukung pertumbuhan anak. Kandungan asam amino lengkap di protein hewani tak bisa digantikan.
Berdasarkan data terbaru IDAI tahun 2024, sekitar 50 ribu bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan setiap tahunnya, dengan 12 ribu kasus di antaranya tergolong kritis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved