Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PENGAMAT Sosial Devie Rahmawati mengatakan bahwa fenomena maraknya aksi brutal yang dilakukan oleh remaja dan anak dapat disebabkan oleh pengaruh konsumsi media, lingkungan sosial, dan dorongan teman.
"Karena berbagai kajian itu perkembangan kognisi otak baru sempurna di usia 20 tahun. Jadi sebelum itu mereka belum bisa mengelola emosi dan sebagainya. Ketika anak belum sempurna otaknya mereka akan mencari rujukan. Kalau biasanya rujukannya kekerasan, mereka tidak akan melihat ini sebagai hal yang luar biasa, tapi biasa-biasa saja," ungkapnya kepada Media Indonesia, Minggu (12/3).
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa saat ini, konsumsi media menjadi hal yang paling memengaruhi emosi anak dan remaja.
Baca juga: Berikan Anak Pendidikan Antikekerasan sejak Usia Balita
Berbeda dengan zaman dahulu, Devie menegaskan konsumsi media saat ini tidak mengalami filter. Tayangan media, gim, dan lainnya dinilai telah memengaruhi sikap anak terhadap kehidupannya.
"Mereka akan melihat kehidupan ini seperti digital. Ketika ada masalah, kita bisa turn off misalnya gim dan tayangan tersebut. Tapi mereka kan tidak tahu kalau kehidupan tidak bisa seperti itu. Ini yang dialami anak-anak kita," kata Devie.
Baca juga: Peran Perempuan Penting Bentuk Karakter Anak Toleran dan Antikekerasan
Menurutnya kondisi ini telah membuat keprihatinan terhadap anak dan remaja generasi sekarang. Terlebih, fenomena kekerasan pada anak berujung pada menyalahkan anak bukan orang tua.
"Padahal pembelajarannya yang perlu kita pelajari, berhenti menyalahkan anak. Ini biasanya bilang kasihan orang tuanya. Padahal yang kasihan kan anak karena perkembangan mereka yang belum sempurna telah dipengaruhi oleh konsumsi media yang diberikan oleh orang tua mereka," tegasnya.
Selain itu, menurutnya fenomena kekerasan ini juga bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga dunia. Bahkan di Amerika Serikat (AS) dikatakan lebih dari US$100 miliar per tahun kerugian dialami masyarakat akibat dari anak dan remaja yang mengalami cacat, kematian, dan terhenti produktivitasnya karena tidak bisa sekolah.
"Di AS lebih dari 1.000 anak muda harus masuk perawatan kesehatan karena serangan fisik dan lainnya, belum lagi pembunuhan jadi salah satu penyebab kematian utama anak muda di AS termasuk ras tertentu. Jadi ini bukan hal yang mengejutkan," tandas Devie. (Des/Z-7)
Salah satu tanda anak berpotensi terjerumus tindak kejahatan adalah ketika dia sulit berkomunikasi dengan keluarga, terutama dengan orangtua.
Anak dan remaja membutuhkan ruang yang aman dan suportif untuk menyalurkan tekanan emosional yang mereka rasakan, terutama pada masa transisi seperti awal tahun ajaran baru.
Kasus tawuran antar kelompok remaja yang diduga menewaskan satu orang di Jalan Taruna Jaya, Cibubur, Jakarta Timur, masih diselidiki oleh pihak kepolisian.
Peran orangtua sangat penting sebagai garda terdepan dalam mencegah aksi tawur remaja
Kampanye besar bertajuk #JagaJakarta dapat menjadi salah satu pendekatan.
TAWURAN antarremaja terjadi di sekitar pintu Tol Kebon Nanas, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (22/6) dini hari membuat seorang remaja berinisial A,18 tewas akibat luka bacokan
Adapula yang turut membandingkan penanganan tawuran yang dilakukan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengirim siswa ke barak militer.
SOSIOLOG Universitas Indonesia Ida Ruwaida menilai kebijakan Pemprov DKI Jakarta dalam hal menangani aktivitas tawuran khususnya tawuran pelajar atau siswa masih belum komprehensif.
MENTERI PPPA Arifah Fauzi mengaku prihatin atas tawuran siswa sekolah dasar (SD) di Cilangkap, Kota Depok. Menurutnya itu menjadi peringatan bagi seluruh pihak untuk memperkuat pengasuhan
Saat ini, aksi tawuran pelajar di Kabupaten Subang terus terjadi.Untuk itu, polisi terus mengawasi para pelajar.
Program “CETAR” muncul terkait adanya aksi tawuran di Tangerang Selatan yang menimbulkan korban luka bahkan meninggal dunia.
MERASA takut akan kejaran polisi, seorang remaja di Kota Medan memilih terjun ke sungai dan kemudian ditemukan tewas tenggelam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved