Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
GUSTI Iwan Darmawan, pegiat kopi dari Kalimantan Barat, agak kesal ketika melihat peta kopi Indonesia yang dipajang di area Festival Kopi Nusantara di Kompleks Media Group, Jakarta Barat, Jumat (3/2). Pasalnya, kopi liberika asal Kayong Utara, Kalbar, yang ia kembangkan tidak ada di peta.
Padahal, katanya, Kalimantan Barat punya potensi lebih dalam hal kopi dibandingkan provinsi lain di Kalimantan.
Ia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 bahwa kebun kopi terluas di Kalimantan berada di Kalbar yakni mencapai 12.000 hektare.
Baca juga : Kopi Kawi Sari Tawarkan Nilai Historis dan Budaya
"Petani (kopi) paling banyak Kalbar, produksi paling banyak Kalbar. Kenapa (kopi) Kalimantan Barat gak masuk?" ungkapnya pada acara Festival Kopi Nusantara, Jumat (3/2).
Iwan, sapaan akrabnya, merupakan pendiri Kopi Jago Jalanan (Kojal) yang mengangkat kopi liberika dari Kabupaten Kayong Utara di Kalimantan Barat.
Kojal terdiri dari penggiat kopi dan petani kopi dari hulu hulu ke hilir untuk mengembangkan kopi liberika kayong utara. Iwan menjelaskan, liberika merupakan salah satu kopi yang sangat tepat untuk dibudidayakan dan dikembangkan di dataran rendah.
Baca juga : Mentan SYL Dorong Kopi Indonesia Tersebar di Seluruh Dunia
Menurut Iwan, selama ini masih banyak para petani yang salah persepsi dalam menanam kopi. "(Mindset-nya), mana yang lebih menguntungkan? Tidak, mana yang lebih tepat yang bisa menghasilkan lebih baik.
Lagi rame arabika, semua nanam arabika. Lagi rame robusta, semua nanam robusta," jelasnya.
Padahal, pemerintah sudah memberikan panduan good agriculture practice (GAP) terkait ada kesesuaian lahan.
Baca juga : Peta Kopi belum Lirik Liberika Kalbar
Mulai dari 0 mdpl sampai 200-300 mdpl paling cocok ditanam kopi liberika. Lalu, 400-800 mdpl adalah tempat tumbuh robusta dan 800 mdpl ke atas ialah arabika.
"Jadi jangan mentang-mentang di Papua kopinya paling mahal sampai Rp1,5 juta per kilogram, petani yang di daerah pantai mau nanam arabika juga. Gak mungkin," ujarnya.
Karena itu, lanjutnya, petani butuh edukasi untuk bisa memilih jenis kopi apa yang tepat. Pasalnya, Indonesia selama ini selalu membuat brand image "kopi pegunungan". Padahal ada juga kopi yang ditanam pada dataran rendah.
Baca juga : Menyesap Kopi di Festival Pesona Agroforestry
Meskipun bukan di daerah pegunungan, tapi Iwan yakin liberika akan mendapatkan tempat. Contohnya pada 2 Oktober tahun lalu, dirinya iseng mengirim sampel kopi liberika kayong utara ke Spanyol, melalui ajang World Coffee Challenge.
"Alhamdulillah kita dapat juara 1 kategori alternativo. Dapat penghargaan best alternatif coffee in the world," ujarnya.
Namun, Iwan masih menyayangkan jenis kopi liberika masih disebut kopi alternatif, tidak seperti arabika dan robusta yang disebut sesuai namanya. "Liberika masuk kategori alternativo. Alternatif bro, why?" ujarnya.
Ia sendiri yakin liberika harusnya mendapatkan tempat yang lebih layak di peta kopi Indonesia bahkan dunia. "Nanti saya bawa spidol, saya tambahkan liberika kayong utara (di peta kopi yang ia lihat tadi)," ujarnya seraya tertawa. (Ifa/OL-09)
Media Indonesia melalui unit usaha penerbitannya, Media Indonesia Publishing, meluncurkan buku Jurnal Kopi Nusantara saat acara Festival Kopi Nusantara
Dengan besarnya potensi kopi di Indonesia, terbukalah peluang pasar kopi. Itu menjadi kesempatan emas bagi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha di bidang perkopian.
Dari berbagai hasil survei dan data statistik yang ada, imbuhnya, minum kopi adalah tren yang menjamur di seluruh dunia.
Festival Pesona Kopi Agroforestry 2022 menyediakan fasilitas roasting untuk dipakai secara cuma-cuma dalam kegiatan Ekshibisi Kopi Roasting.
Dari 42 stan, diperkirakan ada sekitar 1.500 pengunjung selama tiga hari Festival Pesona Kopi Agroforestry, dengan nilai transaksi Rp800 juta sampai Rp1,2 miliar.
Menambahkan kayu manis ke dalam secangkir kopi tidak hanya memperkaya cita rasa minuman, tapi juga bisa menghadirkan sejumlah manfaat kesehatan
SATUAN Reserse Kriminal Polres Garut berhasil mengungkap dan menangkap dua orang pelaku penggelapan kopi seberat 7.922 kg biji kopi kering senilai lebih dari Rp760 juta.
Jenis kopi ini sering disebut juga sebagai kopi hitam atau kopi pahit, tergantung metode penyajiannya.
WAKIL Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menghadiri Panen Raya Kopi Ijen di Java Coffee Estate usai meninjau Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Puskesmas Sempol,
Dengan konsumsi yang tepat, kopi bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat dan produktif. Namun, tetap jaga asupan kafein harian agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
Menhut Raja Juli Antoni bersama Pimpinan Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto melakukan pelepasan ekspor perdana Kopi dari KUPS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved