GUSTI Iwan Darmawan, pegiat kopi dari Kalimantan Barat (Kalbar), agak kesal saat melihat peta kopi Indonesia yang dipajang di area Festival Kopi Nusantara. Pasalnya, kopi liberika asal Kayong Utara, Kalbar, yang dia kembangkan tidak masuk pada peta tersebut.
Padahal, Kalbar memiliki potensi lebih dalam hal kopi jika dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan. Ia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 bahwa kebun kopi terluas di Kalimantan berada di Kalbar, yakni mencapai 12 ribu hektare.
“Petani (kopi) paling banyak Kalbar, produksi paling banyak Kalbar. Kenapa (kopi) Kalbar tidak masuk?” ungkap dia pada acara Festival Kopi Nusantara di Kompleks Media Group Network, Jakarta Barat, kemarin.
Iwan, sapaan akrabnya, merupakan pendiri Kopi Jago Jalanan (Kojal) yang mengangkat kopi liberika dari Kabupaten Kayong Utara. Menurut dia, liberika merupakan salah satu kopi yang sangat tepat un tuk dibudidayakan dan dikem bangkan di dataran rendah.
Iwan menjelaskan selama ini masih banyak petani yang salah persepsi dalam menanam kopi. “(Mindset-nya) mana lebih menguntungkan? Tidak mana lebih tepat yang bisa meng hasilkan lebih baik? Lagi rame arabika, semua nanam arabika. Lagi rame robusta, semua na-nam robusta,” jelasnya.
Padahal, pemerintah sudah memberikan panduan good agriculture practice (GAP) terkait dengan kesesuaian lahan. Mulai 0 mdpl sampai 200-300 mdpl paling cocok ditanam kopi liberika. Kemudian, 400-800 mdpl ialah tempat tumbuh robusta dan 800 mdpl ke atas ialah arabika.
Menurut dia, petani butuh edukasi untuk bisa memilih jenis kopi apa yang tepat. Pa salnya, Indonesia selama ini selalu membuat brand image kopi pegunungan. Padahal, ada juga kopi yang ditanam di dataran rendah.
Ia pun yakin liberika harusnya mendapatkan tempat lebih layak di peta kopi Indonesia, bahkan dunia.
Jalin kerja sama
Sebelumnya, Bupati Kayong Utara Citra Duani menyampaikan kopi liberika asal Kayong Utara sudah ditanam sejak belasan tahun silam.
“Kami menyebutnya kopi kampung. Rupanya jenis ini termasuk langka karena sebarannya hanya 2% di dunia, yakni di Indonesia dan Afrika. Di Indonesia tumbuh subur di Kabupaten Kayong Utara,” ujar Citra Duani di sela-sela Festival Kopi Nusantara, Jakarta, Rabu (1/2) lalu.
Kayong Utara, kata dia, kelak menjadi sentra produksi kopi terbesar di Kalbar. “Kami menja lin kerja sama dengan eksportir kopi di Jakarta agar mereka siap menampung kopi liberika atau jenis apa pun. Ini upaya kami meningkatkan komoditas sektor pertanian, khususnya kopi yang harus go public,” kata dia.
Tahun ini, pihaknya juga bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri untuk mengirim petani kopi Kayong ke Brasil dan sebaliknya. “Kami perlu belajar dan ingin me nimba ilmu dari Brasil agar bisa meningkatkan produktivitas 1-3 ton per hektare,” ujarnya.
Kelak, lanjut Citra Duani pihaknya akan menambah area tanaman kopi dari 81 hektare menjadi 200-300 hektare. Me reka juga menjalin kolaborasi lintas sektor untuk mengetahui potensi tanaman kopi liberika.
“Event Festival Kopi Nusantara yang digagas Media Indonesia ini amat penting karena dapat menghubungkan petani kopi di hulu, pengusaha kopi di hilir, hingga regulator baik pemerin tah pusat maupun pemerintah daerah,” pungkasnya. (Ata/S-3)