Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Digitalisasi Bantu Mengurangi Angka Kematian Jemaah Haji 2022

M. Iqbal Al Machmudi
14/8/2022 11:20
Digitalisasi Bantu Mengurangi Angka Kematian Jemaah Haji 2022
PEMERIKSAAN JEMAAH HAJI: Petugas membantu jemaah haji usai melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan di KKHI, Madinah, Arab Saudi.(MI/ Susanto)

JUMLAH kematian jemaah haji 1443H/2022M per 13 Agustus sebanyak 89 jemaah. Angka tersebut sangat turun signifikan dikarenakan jumlah jemaah yang tidak sebanyak tahun haji sebelumnya dan ada upaya digitalisasi yang diterapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan haji sebelumnya terjadi penurunan angka kematian yang cukup signifikan di tahun ini. Pada periode yang sama di tahun 2019 sebanyak 447 dari 212.730 jemaah haji meninggal dunia atau sekitar 1.94 permil, sementara pada tahun 2018 sebanyak 350 dari 203.350 jemaah haji meninggal dunia 1.70 permil.

"Untuk tahun ini secara umum angka jamaah yang sakit maupun yang meninggal memang cukup signifikan penurunannya, mudah-mudahan target 1 permil bisa kita capai di tahun ini," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Budi Sylvana, Minggu (14/8). Salah satunya melalui penguatan digitalisasi pelayanan melalui TeleJemaah dan TelePetugas. TeleJemaah mempermudah petugas kesehatan dalam memantau kondisi kesehatan jemaah haji berisiko tinggi.

Aplikasi TeleJemaah terhubung dengan wristband yang dipakai di pergelangan tangan jemaah. Setidaknya sebanyak 3.000 wristband dibagikan kepada jemaah haji paling risiko tinggi (risti) di masa operasional haji tahun ini. Melalui aplikasi ini, vital sign dari jemaah risti dapat terpantau oleh petugas kesehatan, mulai dari detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan lainnya.

Sementara TelePetugas berfokus sebagai kontrol kesehatan jemaah dari semua aspek. Aspek dimaksud meliputi rawat jalan, rujukan, karantina, pengawasan makanan, hingga informasi mengenai promosi kesehatan. TelePetugas juga menjalankan fungsi monitoring vital sign jemaah yang didapat dari aplikasi tele jemaah melalui mekanisme pelaporan smart watch atau wristband. Selain itu juga bisa digunakan untuk memonitor tombol bantuan jemaah.

Langkah selanjutnya adalah dengan pengetatan pemantauan terhadap jemaah haji risti melalui screening kesehatan atau Medical Check Up (MCU), yang dilaksanakan baik di KKHI Makkah maupun di KKHI Madinah. Setidaknya setiap harinya sekitar 50 jemaah yang dilakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter spesialis di KKHI.

"Pada musim haji tahun ini memaksimalkan pelayanan kesehatan di KKHI, terutama untuk kebutuhan yang sifatnya live saving atau kegawatdaruratan. Rujukan ke RSAS dilakukan bagi jemaah yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut," ujarnya.

Untuk mendukung peningkatan kualitas layanan, KKHI diperkuat dengan 48 dokter spesialis dari 13 keilmuan, mulai dari Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Spesialis Saraf, Spesialis Bedah Umum, Spesialis Orthopedi, Spesialis Kesehatan Jiwa, Spesialis Rehab Medik, Spesialis Anestesi, Spesialis Emergensi Medis, Spesialis Kedokteran Penerbangan, Spesialis Mikrobiologi Klinik, dan Spesialis Kulit Kelamin.

Tahun ini juga Kemenkes memanfaatkan teknologi tekno cool untuk mengantisipasi kasus heat stroke (serangan panas) pada fase armuzna. dr. Budi menilai langkah ini efektif dalam meminimalisir kasus kematian akibat heat stroke "Alhamdulillah angka kematian akibat heat stroke di Armuzna tidak ada, meski kasusnya banyak," tuturnya.

Sebagai antisipasi kasus kelelahan di jalur jamarat, juga dilakukan penguatan layanan Bergerak Secara Bergelombang (BSB). Dengan menerjunkan 20 petugas kesehatan dalam lima tim, yang bergerak di sepanjang terowongan mina berbekal kursi roda, air, oralit dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya.

Pada periode Armuzna dan Pasca Armuzna juga dilakukan penguatan pengawalan terhadap jemaah risti melalui formasi 30. Di mana setiap 30 jemaah yang memiliki risiko tinggi di setiap kloter dikawal ketat oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai kloter.

"Meninggal merupakan hak Allah, tetapi menjaga kesehatan merupakan ikhtiar kami dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji. Kami berusaha semaksimal mungkin agar jemaah sehat dan dapat melaksanakan ibadah dengan baik, dan dapat pulang ke Indonesia dalam keadaan sehat," pungkasnya. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya