Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Guru Harus Persiapkan Peserta Didik Hadapi Tantangan Masa Depan

Faustinus Nua
06/7/2022 08:45
Guru Harus Persiapkan Peserta Didik Hadapi Tantangan Masa Depan
Seorang Guru mengawasi siswa kelas VI yang mengikuti PTM di SD Negeri 18 Pemecutan, Denpasar, Bali.(ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo)

PERUBAHAN yang terjadi begitu cepat menjadi tanda dimulainya era baru. Pandemi covid-19 yang terjadi selama kurang lebih dua tahun terakhir membuat semua orang sadar akan tentangan di masa mendatang.

CEO Global Tanoto Foundation, J Satrijo Tanudjojo, mengungkapkan, di masa depan, akan ada banyak bentuk pekerjaan baru. Sementara di sisi lain, pekerjaan yang ada saat ini akan hilang karena tidak relevan lagi dengan perubahan zaman.

Untuk menghadapi tantangan besar tersebut, maka perlu mempersiapkan generasi bangsa yang unggul. Setidaknya di era digital dan kemajuan artificial inteligent (AI) sektor pendidikan menjadi kunci dengan mengandalkan peran sentral dari guru atau pendidik.

Baca juga: Program PINTAR Penggerak Tanoto Foundation Bantu Tingkatkan Kualitas Tenaga Pendidik

"Saya ingat sebuah kutipan bahwa seorang guru itu adalah orang yang menyentuh masa depan. Kutipan tersebut sangat relevan untuk menjelaskan betapa sentral peran para guru . Tidak hanya sebatas mengajar mata pelajaran di sekolah, guru harus mampu melihat masa depan dan mempersiapkan anak-anak didik menghadapi perubahan di masa datang," ujarnya dalam acara Tanoto Facilitators Gathering (TFG) 2022 Day 2, Selasa (5/7).

Satrijo membandingkan pendidikan di Finlandia dan Singapura. Salah satu yang dilakukan para guru di kedua negara tersebut adalah memberikan ruang-ruang yang cukup bagi peserta didik untuk berani bereksperimen. Dari sana akan mengahasilkan peserta didik yang mampu memberi solusi atas berbagai persoalan.

Tidak hanya itu, bahkan di Singapura, sejak 2020, coding atau bahasa pemrograman telah menjadi pelajaran wajib bagi siswa kelas 4-6 SD. Sehingga setiap siswa SD memiliki kemampuan memahami program-program komputer dan aplikasi digital yang kelak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka.

"Bagaimana dengan kita di Indonesia? Memang tidak dimungkiri ada banyak hal yang harus diselesaikan terkait dengan infrastruktur yang dibutuhkan. Namun saya optimis kita bisa mencapai taraf tersebut," kata dia penuh yakin.

Lantas, yang menjadi salah satu kunci utama, lagi-lagi adalah guru. Satrijo mengungkapkan bahwa guru harus mempunyai open mind, mempunyai sikap keterbukaan dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan. 

Guru perlu ikut belajar keahlian baru di bidang teknologi karena harus menjadi fasilitator pembelajaran bagi anak-anak generasi Z yang merupakan digital natif.

"Ini sangat diperlukan karena tanpa kemampuan memadai dari para guru anal-anak didik yang merupakan digital natif tidak bisa mendapatkan pemahaman yang memadai mengenai era digital dan hal-hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapinya," imbuhnya.

Apalagi berdasarkan data Kemendikbud-Ristek saat ini, guru di Indonesia yang melek teknologi hanya kisaran 40% dari keseluruhan guru yang ada . Ini tentu menjadi pekerjaan bersama untuk mencari solusi. Diperlukan semangat gotong-royong semua pihak.

Satrijo pun mengapresiasi sejumlah guru yang tergabung dalam Program Pintar Penggerak Tanoto Foundation. Lewat pelatihan, para guru tersebut mendapat pengetahuan baru untuk mengembangkan inovasi dan lebih kreatif lagi dalam mengajar anak didik.

Fasilitator daerah (Fasda) Program Pintar Penggerak Kabupaten Tegal, Karni Lestari membagikan praktik baik yang sudah dilakukannya. Dengan bekal pelatihan dari Tanoto Foundation dirinya mengaplikasikan di kelas dan memberi dampak yabg signifikan bagi para siswanya.

"Dari sinilah saya mencoba membuat media inovatif dengan memanfaatkan barang bekas di sekitar siswa. Dari media pembelajaran yang sudah saya buat yang paling berkesan adalah alat peraga sistem pencernaan manusia dengan permainan puzzle. Memang sangat sederhana tetapi sangat membantu peserta didik untuk mengalami langsung, terlibat komunikasi, interaksi, kemudian merefleksikannya. Bahkan alat peraga ini sudah dimanfaatkan teman fasda pada pembelajaran di kelasnya," jelas guru SDN Kalisapu 04, Kecamatan Slawi itu.

Guru baginya adalah edukator yang langsung bersentuhan dengan peserta didik. Lantas, menjadi guru kreatif dan inspiratif adalah keinginan terbesar Karni agar bisa memberikan yang terbaik bagi siswa-siswinya.

Sementara itu, Nenny Litania, yang juga merupakan fasda Program Pintar Penggerak mengisahkan pengalamannya selama kurang lebih setahun sebagai fasilitator. 

Menurutnya, begitu banyak manfaat yang diperoleh dan semua itu sangat dibutuhkan para guru untuk meningkatan kompetensinya sebagai garda terdepan dunia pendidikan.

"Pelatihan modul 1 yang berkaitan erat dengan literasi. Saya implementasikan di kelas bersama peserta didik. Kami menyediakan ruang kelas sebagai ruang literasi, membuat pojok baca, mading kelas dan melaksanakan program baca minimal 1 buku satu bulan," terangnya.

Guru SD Muhammadiyah 019 Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau itu menyebut bahwa para siswanya sangat antusias. Sebab, setiap akhir semester, pembaca terbaik akan dinobatkan sebagi raja literasi.

Tidak berhenti di situ, Nenny pun terus menebarkan praktik baik kepada rekan-rekan guru untuk ikut melakukan inovasi dalam pembelajaran. Meski belum banyak bersentuhan dengan teknologi, namun kreativitas dan inovasi sederhana merupakan awal dari pendidikan masa depan. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya