Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DAMPAK bencana iklim makin dapat dirasakan di Indonesia. Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) bagian dari Laporan Peninjauan Keenam (AR6) oleh Working Group III IPCC berjudul “Mitigasi Perubahan Iklim” baru saja diluncurkan bulan April 2022.
Laporan ini menunjukkan bahwa bumi berada pada fast track menuju bencana iklim.
Laporan tersebut mencakup mitigasi yang harus dilakukan untuk mengurangi laju kenaikan suhu global yang akan membawa dunia ke pemanasan 2,7ºC.
Hal ini dianggap akan sangat mengancam banyak hal dengan intensitas yang tinggi, terutama di wilayah rentan bencana seperti Indonesia. Dampak ini tentunya akan mengancam masa depan generasi mendatang Indonesia.
CEO Landscape Indonesia, Agus Sari, mengatakan, krisis iklim yang terjadi tidak dipungkiri saling berhubungan erat dengan pencemaran udara.
Ia menuturkan, polusi udara disebabkan oleh gas-gas rumah kaca termasuk juga black carbon yang mampu menutupi permukaan bumi yang cerah.
Baca juga: Meski Sulit Tercapai, Upaya Tekan Peningkatan Suhu Bumi Patut Diupayakan
“Apalagi kalau dia terbang dan menutupi bagian bumi yang bersalju dan mengurangi albedo, yaitu kemampuan bumi dalam memantulkan cahaya. Kalau daerah bersalju yang berwarna putih tertutup, akan lebih sedikit energi yang dipantulkan ke angkasa, sehingga bumi akan semakin panas,” ujar Agus dalam Webinar Bicara Udara bertajuk “Perubahan Iklim dan Kualitas Udara”, Sabtu (23/4).
Selain itu, Agus mengungkapkan, peningkatan emisi karbon ke atmosfer juga akan turut meningkatkan emisi polutan lokal seperti karbon monoksida, mono-nitrogen oksida, ozon daratan, serta debu yang termasuk juga PM10 dan PM2,5.
“Oleh karena itu, menurunkan emisi gas-gas rumah kaca akan pula (turut) menurunkan emisi polutan lokal. Menurunkan polusi udara maka akan menurunkan potensi perubahan iklim,” ucapnya.
Sementara itu, Junior Scientist Nafas Indonesia Dinda Shabrina mengatakan, salah satu polutan yang berpengaruh terhadap perubahan iklim adalah PM2,5.
Menurutnya, PM2,5 dapat mempengaruhi suhu bumi melalui cooling and warming effect.
“PM2,5 juga berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan. Badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini, yang berarti dapat terperangkap di paru-paru,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Dinda mengajak seluruh pihak untuk lebih peduli lagi terhadap krisis iklim dan polusi udara.
Sebab, kedua masalah tersebut penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh kepada generasi mendatang.
“Mengatasi perubahan iklim dan polusi udara harus berjalan bersamaan, karena kedua hal tersebut mempengaruhi satu sama lain,” pungkasnya. (RO/OL-09)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Ledakan di pabrik US Steel Clairton, Pennsylvania, mengakibatkan satu orang tewas, 10 orang terluka, dan 1 pekerja masih dinyatakan hilang.
Penghijauan merupakan komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat
Program ini tidak hanya berfokus pada edukasi publik, tetapi juga memfasilitasi jembatan langsung antara masyarakat dan ruang-ruang pengambilan kebijakan.
Polusi udara yang semakin memburuk di Jakarta, menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus radang tenggorokan di masyarakat.
Partikel PM2.5 dan PM10 yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mengi, asma sampai kematian berlebih termasuk sakit jantung.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved