Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PERHELATAN tahunan sekolah Sukma Bangsa Pidie, Provinsi Aceh digelar penuh ceria bercampur haru pada Rabu pagi (30/3). Pasalnya tidak kurang 107 siswa/siswi angkatan ke 14 sekolah unggul berkarakter itu di wisuda sebagai pertanda kelulusan SD, SMP dan SMA di tahun ini.
Terdiri dari 39 lulusan SD, 37 lulusan SMP dan 32 lulusan SMA. Acara kebesaran yang membahagiakan anak-anak, orang tua dan dewan guru tersebut berlangsung di aula Sekolah Sukma Bangsa Pidie, kawasan Pineung, Kecamatan Peukan Baro, Kabupaten Pidie.
Sesuai kondisi sekarang, perhelatan ini didesain sesuai protokol kesehatan Covid-19. Setiap wisudawan/wisuda wati, guru, wali murid dan undang lainnya taat menghindari kerumunan dan memakai masker.
Direktur Sekolah Sukma Bangsa Pidie, Marthunis Bukhari, mengatakan para lulusan Sekolah Sukma Bangsa memiliki karakter positif yang berbeda. Kepribadian mereka selalu dikembangkan sesuai poten masing-masing.
Marthunis mengharapkan, kepada wisudawan dan wisudawati yang nantinya akan menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Supaya ber perdoman terhadap enam pesan Imam Syafii (madzhab Islam terbesar di Indonesia).
Pesan-pesan berharga itu, pertama adalah kecerdasan, kedua semangat, ketiga bersungguh-bersungguh-sungguh, ke empat berkecukupan ke lima bersahabat dengan guru, dan terakhir yaitu membutuhkan waktu yang lama.
"Jangan pernah lupakan guru dan turuti nasihatnya. Nantikan doa mereka semuanya. Karena tidak diketahui doa guru mana yang dikabulkan Allah," ujar lelaki yang berjulukan Abi Marthunis di kalangan murid Sukma Bangsa Pidie tersebut.
Adapun Ghina Zuhaira mahasiswi Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, yang juga alumni Sekolah Sukma Bangsa Pidie tahun 2021 lalu, melalui Media Indonesia, kepada wisudawan dan wisudawati berpesan, dengan menggunakan baju dan topi toga, lalu disematkan selembar ijazah bukanlah akhir dari proses belajar.
Tapi ini tidak lebih dari beranjak anak tangga yang satu guna menuju anak tangga diatasnya yang lebih tinggi. Ini membutuhkan perjuangan, kesabaran, kesungguhan dan doa.
"Adik ku, carilah Universitas atau apa saja lembaga pendidikan favorit anda. Masa depan bangsa ini menanti kehadiran kita. Wujud pendidikan kita hari ini adalah wajah masa depan kemajuan dunia" Kata mahasiswi lulusan undangan (SNMPTN) program Pendidikan Dokter tahun lalu tersebut.
Sedangkan Muhammad Haiqal, mahasiswa Teknik Sipil USK yang juga alumni Sekolah Sukma Bangsa Pidie, mengharapkan se banyak-banyaknya wisudawan dan wisudawati masuk ke semua lini lembaga pendidikan. Karena langkah efektif membangkitkan atau membangun bangsa adalah dengan menguasai ilmu pengetahuan.
"Lalu ber akhlak terpuji, berani jujur dan berani beda yang merupakan sebuah keharusan di Sukma Bangsa. Kini sikap positif sudah tertanam saat-saat indah di Sukma Bangsa, yang sekarang menjadi suatu kebanggaan di perguruan tinggi," ujarnya.
Dimana saja anak Sukma Bangsa melanjutkan kuliah mereka memiliki karakter dan kepribadian tersendiri. Misalnya tidak tertarik mencontek jawaban orang lain. Tidak suka membuli-buli yunior dan senang membantu siapa saja.
"Ini identitas kita yang perlu dipertahankan. Karena dunia ini tidak cukup dipenuhi orang pandai. Tapi butuh banyak pribadi-pribadi bermoral. Terima kasih atas sumbangsih masyarakat internasional untuk rehab rekonstruksi Aceh pasca tsunami hingga melahirkan Sekolah Sukma, terima kasih Bapak Surya Paloh, terimakasih Yayasan Sukma Bangsa dan terima kasih tidak terhigga guru-guru kami," Kata Haiqal, Kamis (31/3). (OL-13)
Baca Juga: Salat Tarawih akan Kembali Digelar di Hagia Sophia Setelah 88 Tahun
Kenduri Buku yang digelar pada bulan Mei memiliki makna penting bagi dunia pendidikan dan literasi di Indonesia.
Menurut Syamsir, tanpa kerja keras dan kerja sama, semua kegiatan yang terlaksana itu tidak akan memberikan hasil sesuai yang diharapkan.
IMAJINASI merupakan cermin pikiran anak-anak yang muncul secara spontan dan penuh rasa ingin tahu.
PEMERINTAH kembali mengubah haluan kebijakan pendidikan.
DALAM buku Tractatus Logico Philosophicus, Ludwig Wittgenstein menulis, “Tentang apa yang tidak dapat kita bicarakan, kita harus berdiam diri.”
Kesetaraan gender dalam pendidikan bukan hanya soal keadilan, tetapi juga tentang kualitas pembelajaran itu sendiri.
DALAM beberapa tahun terakhir, konsep pembelajaran mendalam (PM) semakin mendapat perhatian dalam dunia pendidikan.
PERJALANAN studi ke Sydney pada 25 Mei-1 Juni 2025 memberikan saya kesempatan berharga untuk menyelami langsung sistem pendidikan Australia.
BEKERJA dan mendidik sebagai guru hampir selalu beriring dengan kepercayaan bahwa masa depan kehidupan berada di tangan generasi yang lebih muda; para murid dan pembelajar
Ada beberapa alasan yang mungkin menjelaskan mengapa banyak guru merasa pembelajaran mendalam sulit diterapkan.
BULAN Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas diri.
PADA 1900, Raja Italia Vittorio Emanuele III dalam pidatonya menyoroti abad ke-20 sebagai 'abad anak'. S
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved