Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Risiko Penyakit Tidak Menular Naik, Prospek Bisnis Suplemen Jadi Peluang

 M. Iqbal Al Machmudi
11/1/2022 10:14
Risiko Penyakit Tidak Menular Naik, Prospek Bisnis Suplemen Jadi Peluang
Content Creator dan Influencer Nutrisi, Diet dan Kebugaran, Hans Christian atau Hansboling.(Ist)

SELAIN SARS-CoV-2 yang menular masyarakat juga harus waspada terhadap penyakit yang tak menular saat ini.

Masyarakat Indonesia secara umum berisiko tinggi dapat terkena penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, penyakit jantung, hipertensi, dan osteoporosis.

Hal ini menyebabkan prospek bisnis suplemen kesehatan di Indonesia menjadi sebuah peluang besar.

Amway Head of Marketing and Communications Dharmaparayana Sthirabudhi mengatakan prevalensi penyakit-penyakit tersebut memiliki tren yang selalu meningkat di Indonesia.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan tahun 2019, Indonesia menempati peringkat ke-7 negara dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi di dunia.

"Kurangnya aktivitas fisik/olahraga, kurangnya asupan buah dan sayur, makanan tinggi lemak, kalori, dan natrium, minuman beralkohol, serta kebiasaan merokok adalah gaya hidup masyarakat Indonesia secara umum yang berisiko tinggi mengakibatkan penyakit tidak menular," jelas Dharma dalam keterangannya, Selasa (11/1).

Pada 2018, prevalensi hipertensi pada kelompok usia di atas 18 tahun sebesar 34,1% dengan estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Sementara itu Content Creator dan Influencer Nutrisi, Diet dan Kebugaran, Hans Christian atau Hansboling, mengatakan pandemi covid-19 juga dapat membuat masyarakat baik di dunia maupun Indonesia semakin sadar akan penting dan mahalnya kesehatan.

"Semua orang pasti mau memiliki gaya hidup sehat. Banyak yang akhirnya gagal sebelum mencoba karena merasa tantangannya banyak," katanya.

"Kesibukan yang padat, metabolisme yang menurun, fisik yang sudah lebih mudah capek, kerepotan dalam menyiapkan makanan dengan gizi seimbang, dan masih banyak lagi alasan lainnya," sambungnya. (Iam/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya