Jumat 26 November 2021, 08:15 WIB

Akses terhadap Pengobatan Kanker Tingkatkan Kualitas Hidup Penyintas

Basuki Eka Purnama | Humaniora
Akses terhadap Pengobatan Kanker Tingkatkan Kualitas Hidup Penyintas

Dok MI/ROMMY PUJIANTO
Ahli paru-paru Dr. Agus Dwi Susanto (kanan) menunjukkan hasil rontgen pasien yang terkena kanker paru-paru di RS.Persahabatan, Jakarta Timur

 

KEMUDAHAN akses pengobatan kanker paru, mulai dari tahap diagnosa, terapi, hingga tatalaksana paliatif dapat mendorong peningkatan kualitas hidup penyintas.

Hal tersebut dikatakan Dokter Spesialis Paru Konsultan Onkologi dan Anggota Pokja Onkologi Toraks Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Sita Laksmi Andarini.

"Pada saat ini, peserta BPJS banyak sekali di Indonesia dan menjadi suatu kewajiban, artinya BPJS adalah asuransi yang terbesar. Namun, saat ini, belum semua pengobatan kanker paru ter-cover oleh BPJS," kata Sita saat webinar memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru, Selasa (23/11).

Baca juga: Deteksi Dini Bisa Cegah Kejadian Stadium Lanjut Kanker Paru

Sita mengatakan, saat ini, pengobatan yang bekerja spesifik sesuai tipe kanker paru sudah tersedia, baik bagi penyintas dengan mutasi Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) positif ataupun negatif sesuai dengan pedoman internasional, termasuk pembedahan, kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi.

Namun, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hanya menjamin pengobatan personalisasi atau inovatif bagi penyintas kanker paru dengan mutasi EGFR positif. 

Padahal, hampir 60% dari penyintas kanker paru memiliki mutasi EGFR negatif yang memerlukan pengobatan atau terapi yang lain, seperti imunoterapi.

"Dengan adanya terobosan dalam penanganan kanker paru, tentu saja saya berharap hal tersebut dapat meningkatkan harapan dan kualitas hidup penyintas kanker paru di Indonesia," ujar Sita.

Berbeda dengan pengobatan yang lain, sistem kerja dari pengobatan imunoterapi langsung menghambat sinyal negatif yang digunakan kanker untuk mengelabui sistem imun tubuh melawan kanker.

Melalui imunoterapi, sistem kekebalan pada penderita kanker disebut akan jauh lebih aktif untuk melawan sel kanker tersebut. Terapi ini juga diharapkan dapat menjawab kebutuhan penyintas dan dapat menekan laju pertumbuhan angka beban kanker paru.

Sementara itu, Sita menyebutkan prevalensi kanker paru di Indonesia masih tinggi. Hal ini juga disebutkan dalam data GLOBOCAN 2020 bahwa angka kematian akibat kanker paru di Indonesia meningkat sebesar 18% menjadi 30.843 orang dengan kasus baru mencapai 34.783 kasus.

Angka tersebut membuat kematian akibat kanker paru, baik di Indonesia maupun di dunia, menempati urutan pertama di antara semua jenis kanker.

"Kalau dulu kasus baru hanya sekitar 300 hingga 500, pada 2014 itu sekitar 1.500 kasus baru di RS Persahabatan. Tahun-tahun ini juga sangat meningkat sampai di atas 1.500 untuk kasus baru di satu rumah sakit. Bisa kita bayangkan gambaran besaran kanker paru yang berkali lipat dari tahun ke tahun," pungkas Sita. (Ant/OL-1)

Baca Juga

Ist/DPR

DPR Sebut Pancasila Pertegas Orisinalitas Karakter Bangsa Indonesia

👤Media Indonesia 🕔Minggu 04 Juni 2023, 17:12 WIB
Pidato Bung Karno saat mengenalkan Pancasila pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945 diterima secara aklamasi, meski ada dinamika dalam...
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Dorong Ekonomi Kreatif, DPR Apresiasi Gelaran BNI Java Jazz Fetival 2023

👤Media Indonesia 🕔Minggu 04 Juni 2023, 17:00 WIB
Anggota Komisi XI DPR Indah Kurnia mengatakan bahwa pascapandemi, konser musik BNI Java Jazz Festival 2023 menjadi hawa segar bagi para...
Dok.MI

Kemendikbudristek Beberkan Alasan Pencabutan Izin Operasional 23 Perguruan Tinggi

👤Siti Fauziah Alpitasari 🕔Minggu 04 Juni 2023, 16:57 WIB
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencabut Izin operasional 23 perguruan tinggi yang bermasalah...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya