Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PARA ilmuwan berhasil mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) yang dapat merevolusi imunoterapi kanker. Teknologi ini mampu merancang protein khusus yang “melatih” sel imun pasien agar mengenali dan menyerang sel kanker dengan presisi tinggi.
Metode ini tak hanya mempercepat pengembangan terapi dari bertahun-tahun menjadi beberapa minggu, tetapi juga dilengkapi penyaringan virtual untuk memastikan keamanan dan meminimalkan efek samping. Hasil riset ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Science.
“Kami seperti menciptakan sepasang mata baru bagi sistem imun,” kata Timothy P. Jenkins, Associate Professor di Technical University of Denmark (DTU) sekaligus penulis utama studi ini.
“Biasanya, menemukan reseptor T-cell yang tepat untuk tiap pasien itu sangat lama dan rumit. Dengan platform AI ini, kami bisa merancang molekul kunci untuk menargetkan sel kanker hanya dalam 4–6 minggu.”
Platform AI ini dikembangkan tim gabungan DTU Denmark dan Scripps Research Institute AS. Prinsipnya, AI merancang “minibinder”, protein mini yang mengenali fragmen protein (peptida) pada permukaan sel kanker.
Biasanya, sel T dalam tubuh mengenali sel kanker melalui molekul pMHC, tetapi variasi genetik tiap individu membuat proses ini lambat dan sulit dipersonalisasi. Dengan AI, ilmuwan bisa merancang protein pengarah sel T secara virtual, lalu memasukkannya ke sel imun pasien agar bekerja seperti misil pintar yang hanya menyerang target kanker tanpa merusak sel sehat.
Dalam percobaan, para peneliti berhasil merancang minibinder untuk NY-ESO-1, target kanker yang ditemukan pada berbagai jenis tumor. Sel T yang dimodifikasi dengan minibinder ini (IMPAC-T cells) mampu membunuh sel kanker secara efektif di laboratorium.
Mereka juga sukses merancang minibinder untuk target kanker lain pada pasien melanoma metastasis, menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk terapi kanker yang lebih spesifik dan personal.
Salah satu inovasi kunci adalah virtual safety check, di mana AI menyaring minibinder yang berpotensi menyerang sel sehat sebelum diuji di laboratorium.
“Ketepatan sangat penting dalam terapi kanker. Dengan memprediksi dan mengeliminasi risiko sejak tahap desain, kami bisa memastikan terapi lebih aman dan efektif,” jelas Sine Reker Hadrup, profesor DTU dan salah satu penulis studi.
Jenkins memperkirakan metode ini butuh sekitar lima tahun sebelum siap diuji pada manusia. Prosesnya nantinya mirip terapi CAR-T cells yang sudah digunakan untuk limfoma dan leukemia.
Pasien akan diambil sampel darah, lalu sel imun mereka dimodifikasi di laboratorium dengan minibinder hasil rancangan AI. Sel imun yang telah ditingkatkan ini kemudian dikembalikan ke tubuh pasien, berfungsi seperti rudal penarget kanker yang sangat presisi.
Jika sukses, metode ini bisa menjadi lompatan besar dalam pengobatan kanker personalisasi, mempercepat terapi sekaligus mengurangi risiko efek samping. (Science Daily/Z-2)
“Selama ini dia enggak mau ngerepotin, jadi selalu ngerahasiain kankernya,”
Penelitian terbaru tunjukkan olahraga aerobik 45 menit dapat mengatur hormon adipokina dan bantu melawan kanker serta penyebarannya.
Berbicara mengenai kanker, dikutip dari laman Alodokter kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan sel yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali di dalam tubuh.
BANYAK pasien kanker mengeluhkan rasa lelah luar biasa yang tak kunjung hilang, meski sudah cukup tidur dan beristirahat atau kelelahan akibat kanker
Berdasarkan data Indonesian Pediatric Cancer Registry, tercatat sebanyak 6.623 kasus kanker pada anak selama kurun waktu 2020 hingga 2024.
Perlunya kolaborasi menyeluruh dalam membangun ekosistem layanan kanker payudara yang lebih manusiawi, menyentuh aspek medis, dan psikososial.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved