Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DOKTER Spesialis Paru Konsultan Onkologi dan Anggota Pokja Onkologi Toraks PDPI Sita Laksmi Andarini mengatakan orang-orang yang berisiko tinggi terkena kanker paru sebaiknya segera melakukan pemeriksaan skrining atau deteksi dini guna mencegah kejadian kanker stadium lanjut.
"Bulan ini, bertepatan dengan Lung Cancer Awareness Month, saya mengajak seluruh masyarakat untuk peduli kanker paru. Artinya ada tindakan skrining dan tindakan deteksi dini kanker paru," kata Sita dalam webinar Urgensi Pasien Kanker Paru Terhadap Akses Pengobatan Inovatif, Selasa (23/11).
Sita mengatakan orang berisiko tinggi terkena kanker paru di antaranya laki-laki di atas 45 tahun, perokok maupun yang sudah berhenti merokok kurang dari 10 tahun, perokok pasif, memiliki riwayat genetik, serta riwayat fibrosis paru.
Baca juga: Poliherbal Albumin Oral Bermanfaat bagi Pasien Kanker Ginekologi
Selain itu, para pekerja di pertambangan, pabrik semen, pabrik kaca, atau jenis pekerjaan lain yang berpotensi menghirup paparan silika juga perlu memeriksakan kondisi paru-paru mereka.
"Kalau belum ada gejala maka skrining atau periksakan diri. Kalau ada gejala seperti batuk, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas, yang belum membaik dalam dua minggu, segera rujuk untuk CT scan torax untuk deteksi dini kanker paru," ujarnya.
Sita juga mengimbau agar pasien tetap waspada apabila hasil pemeriksaan menunjukkan negatif tuberculosis, sebab kemungkinan kanker paru masih tetap ada.
"Deteksi dini kanker paru juga harus bersamaan dengan deteksi tuberculosis supaya dapat ditemukan lebih awal dan wajib dirujuk untuk dilakukan CT scan," ujarnya.
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlang Samoedro mengatakan, hingga saat ini, tingkat skrining untuk deteksi dini di Indonesia belum merata dan menyeluruh karena masih terpusat di kota-kota besar dan belum menyentuh ke daerah terpencil.
"Beberapa modalitas seperti kemoterapi, terapi target, radioterapi bahkan hanya ada di kota-kota besar yang mungkin akses masyarakat yang di daerah perifer agak sulit," ujarnya.
Elang juga menggarisbawahi pentingnya pemerataan akses pengobatan kanker paru mengingat, saat ini, hanya penderita kanker paru tipe EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) positif saja yang masuk dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sementara itu, Sita menyebut tata laksana diagonisa, biopsi, serta beberapa tindakan pengobatan kanker paru memang telah
ter-cover oleh BPJS. Namun, untuk ALK (Anaplastic Lymphoma Kinase) positif, ROS1 positif, serta imunoterapi belum ter-cover BPJS.
"Mungkin ke depan kami mengharapkan pemerintah bisa lebih memperhatikan supaya bisa ter-cover obat-obatan tersebut," tuturnya.
Ia juga berharap adanya keterbukaan akses yang lebih banyak terhadap obat-obatan generik untuk terapi target maupun untuk imunoterapi sehingga dapat memudahkan untuk proses terapi bagi penyintas kanker paru. (Ant/OL-1)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Pada 2020 tercatat ada 34.783 kasus kanker paru, dengan angka kematian yang meningkat hingga 18% dibandingkan 2018.
Kanker paru masih menjadi kanker dengan angka kematian tertinggi di antara semua jenis kanker lain, baik di dunia maupun Indonesia.
Kasus kanker paru, tuberkulosis, ISPA, asma, hingga kasus penyakit paru obstruktif kronik terus meningkat dan menyebabkan kematian.
Saat ini di Indonesia ada empat orang meninggal akibat kanker paru setiap jam dan berpotensi untuk meningkat setiap hari jika tidak dijadikan prioritas nasional.
Saat ini, belum semua pengobatan kanker paru ter-cover oleh BPJS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved