Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Anak yang Terpapar Tontonan yang tidak Sesuai Rentan Stres

Basuki Eka Purnama
22/11/2021 13:15
Anak yang Terpapar Tontonan yang tidak Sesuai Rentan Stres
Ilustrasi(MI/Adam DP)

ANAK-ANAK yang terpapar tontonan tidak sesuai dengan usia mereka rentan mengalami stres akibat produksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak, kata spesialis Kedokteran Jiwa Feilin Tanita dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. 

Anak-anak dapat mengalami stres saat menonton atau main gim mengenai kekerasan atau horor, konten yang patut diwaspadai orangtua saat mendampingi buah hati.

"Anak belum bisa membedakan mana akting dan kenyataan, otak menganggap itu nyata dan direspons sebagai bahaya," kata Feilin yang juga menjabat Ketua Bhayangkari Cabang Manokwari dalam Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) yang diselenggarakan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat di Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (17/11).

Baca juga: Olahraga Pakai Jaket Bisa Sebabkan Dehidrasi

Karena menganggap apa yang ditonton sebagai bahaya, otak anak kemudian memproduksi hormon adrenalin dan kortisol yang lebih banyak. Kadar adrenalin yang banyak dan berkepanjangan bisa mengganggu hampir semua proses di dalam tubuh.

Anak jadi berdebar-debar karena detak jantung lebih cepat, tekanan darahnya tinggi, ada peningkatan lemak dalam darah, peningkatan gula darah juga pembekuan darah yang lebih cepat sehingga menimbulkan plak. 

Kadar adrenalin yang terlalu banyak juga merangsang tiroid, menimbulkan gangguan pencernaan, gangguan tidur, gelisah dan depresi hingga penurunan konsentrasi serta daya ingat.

Oleh karena itu, dia mengajak orangtua untuk senantiasa mendampingi buah hati mereka dalam menonton televisi dan memastikan konten yang dikonsumsi sesuai dengan usianya. 

Ada beberapa isi acara televisi yang patut diwaspadai, kata dia, seperti kekerasan dalam film, sinetron atau berita, konten pornografi, konten berisi kejahatan di mana tokoh jahat kerap lebih sering dieksoloitasi dibandingkan orang baik sampai acara mistis.

Orangtua juga perlu memastikan agar buah hati tidak terjebak dalam pola menonton yang membuat mereka ketagihan dan ketergantungan. 

Sebagai contoh, buatlah kesepakatan dengan buah hati soal jadwal menonton, acara yang bisa dinikmati dan durasi menonton televisi.

"Dampingi anak saat menonton sehingga orangtua bisa memberi pemahaman tentang kepura-puraan dalam film. Diskusikan juga pesan moral yang bisa menambah kehangatan dan komunikasi anak serta orangtua," kata dia.

Manfaatkanlah media televisi sebagai sumber belajar, mendapatkan informasi, membangun sportivitas lewat acara-acara olahraga dan memberikan hiburan.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat bidang Kelembagaan, Hardly Stefano Pariela mengatakan, penonton akan mendapatkan konten yang lebih beragam setelah perpindahan sistem dari analog ke digital, termasuk siaran-siaran yang ditujukan khusus untuk penonton anak.

"Saluran spesifik untuk anak terus kami dorong, tetapi yang sudah ada harus terus diawasi dan orangtua perlu tetap mendampingi anak," kata Hardly.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya