Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
Emancipate Indonesia bersama Lentera Anak dengan didukung Southeast Asia Tobacco Control Alliance memaparkan hasil penelitian terbaru dalam Diseminasi bertajuk “Industri Rokok Meraup Keuntungan Ganda dari Anak: Save Small Hands secara virtual Selasa (24/8).
Ketua Yayasan Gagas Mataram, Azhar Zaini menyebut kesejahteraan petani masih rendah sehingga secara otomatis banyak anak yang ikut bekerja membantu orang tuanya.
"Pekerja anak ini tidak akan bisa selesai kalau kesejahteraan petani itu kaitannya dengan bagaimana posisi tawar mereka dengan industri rokok itu lemah," ujarnya.
Baca juga: Kurangi Limbah Tekstil dengan Sustainable Fashion
Begitu juga dengan keberadaan CSR industri rokok yang dianggap hanya sebagai pemanis. Hanya beberapa desa yang didampingi dan seolah bahwa industri rokok sudah bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
"Dari hasil penelitian SMERU yang dibiayai ECLT terkait program kesempatan, ditemukan bahwa pekerja anak yang ditemukan pada saat panen tembakau bisa mencapai 70,4%," lanjutnya.
Juru bicara Aliansi Perlindungan Anak untuk Darurat Perokok ini menambahkan kondisi di luar panen tembakau hanya 9,8%. Begitu juga desa yang didampingi juga hanya sedikit.
"Dengan CSR rokok melalui ECLT, seolah-olah industri rokok merasa mereka sudah memenuhi tanggung jawabnya," paparnya.
Seharusnya tidak perlu melibatkan industri tembakau dan harus ada strategi yang dilakukan bersama untuk menyelesaikan persoalan pekerja anak dan menghentikan strategi pemasaran yang menyasar anak tersebut.
Dari data selama periode tanggal 3 – 24 Mei 2021 Lentera Anak mengadakan survei yang melibatkan 180 anak, dengan kriteria anak laki-laki atau perempuan, usia 10-18 tahun, dan anak yang merokok.
Survei didesain sebagai studi kuantitatif dan dilakukan di kota Jakarta, Solo, Jember, Padang, dan Mataram.
Teknik sampling menggunakan Purposive Random Sampling dimana responden didapatkan secara acak, dengan pengumpulan data melalui pengisian kuesioner atau diwawancarai secara langsung, menggunakan instrumen lembar kuesioner.
Tujuan survei untuk mengetahui dua hal sekaligus, yaitu pertama, bagaimana keterpaparan iklan rokok elektronik pada perokok anak, dan kedua, hubungan antara iklan rokok konvensional terhadap preferensi mereka memilih rokok.
Baca juga: LIPI Temukan Fitoplankton Berbahaya di Teluk Kodek
Hasil survei menunjukkan, dari sisi keterpaparan anak terhadap iklan rokok elektronik, ada lebih dari separuh responden (60,6% dari 180 anak) mengaku terpapar iklan rokok elektronik. Dan dari 60,6% responden yang terpapar iklan rokok elektronik tersebut, mayoritas mereka (88,1%) melihat iklannya di media sosial. Hanya 2,8% responden terpapar iklan rokok elektronik di televisi, dan hanya 3,7% anak melihat iklan rokok di media online.
Akibat paparan iklan rokok elektronik tersebut, sebanyak 78,3% responden mengaku penasaran, dan ada 40% dari mereka ingin beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
Sedangkan dari sisi hubungan antara iklan rokok konvensional terhadap preferensi memilih rokok, hasil survei menunjukkan hampir 100% responden (99,4%) pernah melihat iklan rokok.
Adapun iklan rokok yang paling banyak dilihat responden adalah Sampoerna (40%) diikuti oleh iklan rokok Gudang Garam (23%), Djarum (26%) dan Bentoel (11%). Setelah itu hasil statistik menunjukan Ada hubungan antara iklan rokok yang diingat dengan merk rokok yang dikonsumsi.
Survei ini merekomendasikan adanya kebijakan pelarangan iklan rokok secara total karena sudah terbukti ada hubungan antara iklan rokok dengan pemilihan anak terhadap merek rokok; perlu kebijakan kuat untuk mengatur rokok elektronik agar anak tidak mendapatkan beban ganda dari rokok; serta perlunya kebijakan komprehensif untuk melarang iklan rokok elektronik di media sosial. (H-3)
Media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.
MEDIA digital, terkhusus platform Twitter atau X, telah menjadi arena utama pertarungan wacana politik mengenai Papua dalam dua pemilu terakhir.
Devita Oktavia D hadir sebagai konten kreator hukum yang menyajikan edukasi hukum secara ringan, singkat, dan menyenangkan lewat media sosial.
PEMILIK media sosial X (dulu Twitter), Elon Musk, mengatakan bahwa pihaknya menemukan arsip video untuk aplikasi video pendek Vine, yang diduga telah dihapus.
KETEGANGAN antara Amerika Serikat dan Rusia kembali meningkat dipicu oleh saling serang antara Presiden AS Donald Trump dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, di media sosial.
SETIAP tanggal 1 Agustus, media sosial dipenuhi ucapan penuh kasih bertuliskan Happy Girlfriend Day. Peringatan ini sejatinya ialah bentuk apresiasi bagi para perempuan hebat di hidup.
Berbicara mengenai kanker, dikutip dari laman Alodokter kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan sel yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali di dalam tubuh.
Orangtua perlu membangun komunikasi dalam diskusi yang terbuka, tidak menghakimi, dan tidak langsung marah saat mengetahui anak mencoba merokok.
Rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan para perokok, tetapi juga bagi kesehatan orang-orang di sekeliling mereka.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Aktivitas ini dilakukan dengan cara membakar salah satu ujung rokok dan mengisap asapnya melalui ujung lainnya.
Aktivitas ini dilakukan dengan cara menghirup asap melalui mulut, lalu menghembuskannya keluar dari mulut atau hidung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved