Kemenkes Catat 95.893 Kasus DBD di Indonesia, 661 Meninggal

Ferdian Ananda Majni
03/12/2020 12:00
Kemenkes Catat 95.893 Kasus DBD di Indonesia, 661 Meninggal
Petugas melakukan pengasapan untuk memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti di Lepolepo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (6/10).(ANTARA/JOJON)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus DBD sampai dengan minggu Ke-49 sebanyak 95.893, sementara jumlah kematian akibat DBD sampai saat ini sebanyak 661 kasus di Indonesia. Bahkan kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Dimana kematian akibat DBD terjadi di 219 kabupaten/kota.

Hingga 30 November 2020, terdapat 51 penambahan kasus DBD dan 1 penambahan kematian akibat DBD. sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49/100.000 penduduk.

Baca juga: BPBD Banten Evakuasi Warga Lebak Korban Banjir

Proporsi DBD Per Golongan Umur antara lain kurang dari 1 tahun sebanyak 3,13 %, 1 – 4 tahun: 14,88 %, 5 – 14 tahun 33,97 %, 15 – 44 tahun 37,45 %, lebih dari 44 tahun 11,57 %.

Adapun proporsi Kematian DBD Per Golongan Umur antara lain kurang daru 1 tahun, 10,32 %, 1 – 4 tahun 28,57 %, 5 – 14 tahun 34,13 %, 15 – 44 tahun : 15,87 %. Lebih dari 44 tahun 11,11 %.

Saat ini terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DBD tertinggi, yakni Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, Kota Bandung 2.363, Sikka 1.786, Gianyar 1.717.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan Didi Budijanto mengimbau masyarakat untuk menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus.

Langkah M pertama adalah menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat penampungan air lainnya.

"Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding tersebut," kata Didi dalam keterangan resminya Kamis (3/12).

Baca juga: Ini 6 Rekomendasi IDAI bagi Orang Tua untuk Sekolah Tatap Muka

Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan.

M selanjutnya menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum. "Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk," sebutnya.

M ketiga, lanjutnya yakni memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang), setiap orang disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.

Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, dan gotong royong membersihkan lingkungan.

“Hal tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan , terus menerus, dan tepat sasaran,” terang Didi.

Di Indonesia, Didi memaparkan DBD menyerang laki-laki sebanyak 53,11% dan perempuan sebanyak 46,89%.

“Kita harus waspadai tanda dan gejala DBD. Segera lapor ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila curiga DBD,” jelas Didi.

Pemerintah juga telah mengupayakan pengendalian DBD dengan melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik di 131 kabupaten/kota, 7.454 koordinator Jumantik, 5.620 supervisor jumantik,dan 1.109 kader jumantik pelabuhan. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya