Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Muhammadiyah: Kekerasan Atas Nama Agama Dilakukan Elite Politik

Emir Chairullah
24/7/2020 18:46
Muhammadiyah: Kekerasan Atas Nama Agama Dilakukan Elite Politik
Unjuk rasa(Ilustrasi)

BANYAK kekerasan atas nama agama yang terjadi di Indonesia akibat perilaku elite politik yang menggunakan instrumen tersebut untuk kepentingan politik sesaat.

“Saya tidak setuju kebebasan beragama di Indonesia mundur. Kekerasan bernuansa agama mengemuka jelang perhelatan politik,” kata Sekretaris Umum Muhammadiyah Abdul Mu’ti ketika dihubungi, Jumat (24/7)

Mu’ti memberi contoh kasus kekerasan atas nama agama biasanya muncul jelang perhelatan politik seperti pemilihan kepala daerah (pilkada).

“Dan, kekerasan itu tidak hanya dilakukan oleh kelompok agama tertentu, khususnya Islam. Banyak kekerasan pelakunya non Muslim di mana umat Islam kemudian menjadi korban,” ungkapnya.

Namun demikian Mu’ti sepakat bahwa kondisi demokrasi di Indonesia belakangan ini mengalami penurunan. Hal ini, ungkapnya, akibat perilaku sejumlah elite politik yang mencoba meluruhkan nilai demokrasi demi ambisi kekuasaannya.

Baca juga : Indonesia Terima 100 Ventilator Noninvasif dari Australia

“Ini juga tercermin dari menguatnya fenomena politik dinasti dan oligarki politik. Praktik demokrasi hanya sedikit berubah dari zaman Orde Baru. Tanpa nilai, demokrasi berubah menjadi instrumen kekuasaan,” paparnya.

Sebelumnya Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengklaim kebebasan beragama di Tanah Air tengah merosot. Hal tersebut sejalan dengan kemerosotan demokrasi di Indonesia maupun dunia.

"Dalam tahun-tahun terakhir, memang muncul kesimpulan para sarjana bahwa Indonesia tengah mengalami kemunduran demokrasi seiring berjalannya demokrasi yang merosot di dunia," ungkapnya

Usman menyebutkan adanya kecenderungan menguatnya kekuatan konservatif atas nama agama. “Kelompok-kelompok vigilante menggunakan provokasi retorika yang berbau kebencian dan berkolaborasi dengan para elit untuk kemudian mendorong kekerasan," jelasnya. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya