Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Ambisi Visinema Produksi Film Epik Perang Jawa, Gandeng Peter Carey

Fathurrozak
21/7/2025 22:44
Ambisi Visinema Produksi Film Epik Perang Jawa, Gandeng Peter Carey
Konferensi pers film Perang Jawa(MI/Fathurrozak)

ANGGA Dwimas Sasongko bersama Visinema Pictures meneruskan ambisinya untuk menggarap film epik tentang Pangeran Diponegoro berjudul Perang Jawa. Untuk memulai produksi ini, Visinema Pictures menggandeng sejarawan Peter Carey yang banyak meneliti dan menulis buku tentang Pangeran Diponegoro. Dalam produksi ini, Gita Wirjawan bersama Endgame juga turut bergabung.

Proses penulisan film ini masih dalam tahap awal, melibatkan kolaborasi antara Ifan Ismail sebagai tim penulis dan Peter Carey sebagai konsultan sejarah. Taufan Adryan, yang sebelumnya memproduseri 13 Bom di Jakarta, akan turut memproduseri film ini, dengan Angga sebagai sutradara.

Angga berharap film Perang Jawa dapat menjadi film yang menghubungkan penonton dengan kisah episode perang dan sosok Pangeran Diponegoro secara emosional. Sehingga dapat mendorong penonton untuk mengenal serta memahami lebih jauh sosok Pangeran Diponegoro. 

“Kami percaya cerita ini, membawa kami ke sebuah keinginan untuk membuat film pada episode perang, dan dengan periode perang penonton bisa harapkan adanya momen-momen epik eksplorasi produksi yang belum tersaji di film Indonesia sebelumnya,” papar Angga Dwimas Sasongko s di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Senin, (21/7).

Angga juga melihat momentum industri film Indonesia saat ini sangat baik untuk memulai proyek film Perang Jawa. Angga berharap kick-off Perang Jawa berada di momentum yang tepat untuk menghasilkan karya terbaik yang bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga strategi besar bagi perfilman Indonesia. 

“Empat bulan terakhir, (film) Jumbo 10 juta penonton, film Pengepungan di Bukit Duri yang sarat muatan politik hampir 2 juta penonton, Komang 3 juta penonton, dan film Sore yang imajinatif yang sekarang tayang, juga sudah bisa diterima. Penonton Indonesia siap dan butuh yang lebih,” paparnya. 

Peter Carey sendiri menjelaskan mengapa Pangeran Diponegoro penting dalam konteks global dan regional. Ia mencontohkan bagaimana dua tahun setelah wafatnya Diponegoro, salah satu residen Hindia Belanda yang mahir berbahasa Jawa menyatakan untuk menerjemahkan tulisan Pangeran Diponegoro. Hal ini menunjukkan pengaruh besar Diponegoro bahkan setelah kematiannya. Menurut Carey, dampak Perang Jawa yang terjadi pada 1825–1830 juga menyebabkan bedol desa dan laskar Diponegoro mengungsi ke Jawa Timur, yang pada akhirnya melahirkan simbol-simbol perlawanan baru.

Peter Carey juga menyebutkan Diponegoro adalah salah satu pencerita paling hebat karena mampu mendikte dan menulis sekitar 1100 halaman kertas folio saat di pengasingan, yang kemudian diterbitkan menjadi Babad Diponegoro. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya