Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
JURI federal di New York akhirnya menjatuhkan putusan dalam kasus pidana Sean "Diddy" Combs setelah persidangan intensif selama tujuh minggu. Hasilnya: Combs dinyatakan bersalah atas dua dakwaan terkait pengangkutan untuk tujuan prostitusi, namun dibebaskan dari tiga dakwaan lain, termasuk tuduhan berat konspirasi pemerasan dan perdagangan seks.
Putusan dibacakan pada Rabu (2/7) pagi waktu setempat, setelah 13 jam musyawarah selama tiga hari oleh juri yang terdiri dari delapan pria dan empat perempuan. Combs, 55, dinyatakan bersalah atas pengangkutan Casandra "Cassie" Ventura dan seorang perempuan berinisial “Jane” untuk terlibat dalam prostitusi. Namun, ia dinyatakan tidak bersalah atas dakwaan konspirasi pemerasan serta tuduhan perdagangan seks terhadap Ventura dan Jane.
Sesaat setelah mendengar putusan, Combs berlutut di depan kursinya dan tampak berdoa, lalu berdiri dan bertepuk tangan ke arah ruang sidang. Respons dari pengunjung pun riuh dengan sorakan dan tepuk tangan.
Meski lolos dari dakwaan yang bisa membuatnya dipenjara seumur hidup, Combs kini menghadapi ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara untuk masing-masing dari dua dakwaan yang disematkan padanya. Jaksa federal Maurene Comey memastikan pihaknya akan menuntut hukuman penjara. Hakim Arun Subramanian juga menolak permohonan pembebasan dengan jaminan, dengan alasan Combs telah menunjukkan "pengabaian terhadap hukum dan kecenderungan untuk melakukan kekerasan".
Tanggal sidang vonis diusulkan pada 3 Oktober mendatang, meskipun bisa dipercepat atas permintaan tim pembela.
Dalam dakwaan, jaksa menuduh Combs menjalankan kerajaan bisnisnya sebagai jaringan kriminal sejak 2004. Ia dituduh melakukan berbagai kejahatan termasuk perdagangan manusia, penculikan, pembakaran, penyuapan, kerja paksa, distribusi narkoba, dan obstruksi keadilan.
Menurut jaksa, Combs memanfaatkan kekuasaan, kekayaan, serta ancaman dan kekerasan untuk memaksa perempuan mengikuti praktik seksual ekstrem yang dikenal sebagai “freak-offs”, sering kali melibatkan pasangan perempuannya dan pendamping pria.
Dua korban utama dalam kasus ini adalah Casandra Ventura dan seorang perempuan yang hanya disebut sebagai “Jane”. Keduanya memberikan kesaksian emosional dan gamblang tentang pelecehan yang mereka alami. Ventura, yang menjalin hubungan dengan Combs selama lebih dari satu dekade, bersaksi bahwa ia sering mengalami kekerasan fisik dan pemerasan emosional. Ia juga mengaku pernah diperkosa oleh Combs setelah hubungan mereka berakhir pada 2018.
Jane menyampaikan pengalaman serupa, mengaku dipaksa mengikuti sesi "freak-off" meskipun telah menyampaikan ketidakinginannya. Ia merasa “terjebak” karena Combs membiayai tempat tinggalnya dan kerap mengancam akan menghentikan dukungan finansial jika ia menolak.
Rekaman CCTV hotel tahun 2016 yang menunjukkan Combs menyerang Ventura di lorong hotel turut ditampilkan sebagai bukti, diperkuat dengan sejumlah saksi yang menyatakan pernah melihat tindakan kekerasan serupa.
Pihak pembela berusaha menggambarkan semua aktivitas seksual tersebut sebagai hasil persetujuan sukarela dalam gaya hidup "swinger" yang terbuka. Mereka menuding bahwa para korban memiliki motif finansial dan sedang menjalankan agenda pribadi lewat gugatan perdata yang terpisah. Tim pembela juga memaparkan pesan-pesan teks bernada mesra antara Combs dan para korban sebagai upaya membuktikan bahwa hubungan mereka konsensual.
Combs tidak bersaksi selama persidangan, namun tampak aktif berdiskusi dengan tim kuasa hukumnya sepanjang proses.
Sejumlah saksi lain, termasuk mantan asisten dan pegawai hotel, bersaksi di bawah perjanjian imunitas. Beberapa di antaranya mengaku diminta menyediakan narkoba, alat kontrasepsi, dan perlengkapan lain menjelang “freak-off”, serta membersihkan ruangan setelahnya. Perlindungan terhadap citra publik Combs disebut sebagai prioritas utama dalam lingkaran dalamnya.
Salah satu kesaksian penting datang dari mantan asisten Combs yang menggunakan nama samaran “Mia”, yang mengaku menjadi korban kekerasan fisik dan seksual selama bekerja. Tim pembela menyebut klaimnya tidak kredibel, menunjuk pada unggahan media sosial yang memperlihatkan dukungan dan pujian kepada Combs setelah kejadian tersebut.
Sepanjang persidangan, jaksa menghadirkan 34 saksi, termasuk selebritas seperti Kid Cudi dan Dawn Richard. Pemerintah menggambarkan Combs sebagai pemimpin jaringan kriminal yang memanfaatkan kekuasaan dan rasa takut untuk memenuhi keinginannya.
Sebaliknya, tim pembela menuduh pemerintah menyusun narasi yang dilebih-lebihkan dan penuh asumsi.
Kasus ini menyoroti ketegangan antara kehidupan pribadi seorang figur publik dan batas-batas hukum. Terlepas dari hasil putusan pidana ini, Combs masih menghadapi puluhan gugatan perdata terkait dugaan pelecehan seksual, yang semuanya telah dibantah olehnya. (The Guardian/Z-2)
Sean 'Diddy' Combs tetap ditahan sampai sidang vonis pada 3 Oktober mendatang.
Juri kasus Sean 'Diddy' Combs telah memutus empat dari lima dakwaan yang diajukan. Mereka masih berdebat tentang konspirasi kejahatan terorganisir.
Sean "Diddy" Combs membawa 9 pengacara untuk lima dakwaan, termasuk perdagangan seks dan pemerasan.
Dalam sidang lanjutan Sean Combs di Manhattan, saksi bernama samaran 'Jane' mengungkap detail mengejutkan soal dugaan kekerasan seksual, eksploitasi, yang dialaminya.
Untuk kedua kalinya, pengacara Sean 'Diddy' Combs mengajukan permintaan pembatalan sidang dalam kasus perdagangan seks.
Berikut kronologi lengkap kasus Sean 'Diddy' Combs, dari awal sampai putusan bersalah atas dakwaan prostitusi.
WAKIL Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Pilar Saga Ichsan memimpin langsung pembongkaran puluhan bangunan liar yang jadi sarang prostitusi di Kawasan Roxy, Ciputat pada Senin (23/6).
Pelalu prostitusi di IKN umumnya berasal dari luar daerah, seperti Jawa, Makassar, Balikpapan, dan wilayah lain. Mereka menawarkan jasa melalui media sosial
"PRT jadi pintu masuk. Begitu datang ke Jakarta dimasukan ke tempat yang tidak punya akses keluar masuk, lalu harus melayani para hidung belang. Ini menjadi ruang terselubung prostitusi,"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved