Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
AKTRIS Nadya Arina, yang memerankan tokoh Feni dalam film drama-komedi GJLS: Ibuku Ibu-Ibu, berbagi pengalaman syuting yang tidak hanya menguras emosi, namun, juga menghadirkan kejutan lucu.
Sebelum proses syuting dimulai, Nadya menyatakan ketidaktahuannya mengenai detail film arahan sutradara Monty Tiwa, termasuk ciri khas komedi grup GJLS yang beranggotakan Hifdzi Khoir, Rigen Rakelna, dan Ananta Rispo.
"Gue enggak tahu gimana GJLS itu," tutur Nadya saat konferensi pers pemutaran terbatas film tersebut, Selasa (3/6).
Nadya mengenal tiap-tiap personel GJLS, namun, tidak tahu jika mereka bertiga bergabung dalam satu grup komedi.
Setelah berdiskusi dengan aktor film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu, Benidictus Siregar, mengenai genre komedi GJLS, rasa ingin tahu Nadya Arina sedikit terpenuhi. Beni merekomendasikan film pendek GJLS berjudul Kuyup yang tersedia di YouTube.
Rasa penasaran Nadya justru tumbuh setelah menonton film itu. Ketika syuting GJLS: Ibuku Ibu-Ibu dia harus berakting emosi berupa marah-marah, sedih dan menangis dalam satu adegan sekaligus.
Adegan yang seharusnya serius itu justru memicu tawa tak terkontrol dari kru dan pemain lain, termasuk Hifdzi Khoir dan Monty Tiwa yang mengakui beberapa kali terbahak-bahak.
"Itu capek banget. Benar-benar. Harus sedih, menangis dan marah-marah, tapi, yang lain, tuh, ketawa. Karena (improvisasi) Rispo, tuh, bikin yang lain ketawa," kata Nadya Arina.
Fakta di balik layar kemudian dijelaskan oleh Hifdzi bahwa skenario film yang dibagikan Monty Tiwa untuk Nadya Arina dan para pemeran film lain bukanlah naskah utuh, melainkan hanya dialog untuk karakter yang diperankan masing-masing aktor.
"Sebenarnya saat pembagian dari Pak Monty itu, skripnya bukan skrip jadi, tapi, dialog orang per orang gitu. Jadi, gue pegang dialog gue doang," jelas Hifdzi.
Naskah yang dipegang masing-masing aktor baru disatukan ketika syuting berlangsung. Naskah yang dibuat untuk Hifdzi dan Rigen berisi instruksi tertawa ketika Nadya berakting marah tak terkendali.
Sementara Nadya dan Rispo tidak mengetahui bagaimana Hifdzi dan Rigen berakting karena mereka tidak mendapat instruksi tersebut.
Syuting penuh kejutan itu justru membuat Nadya Arina sangat menikmati proses syuting film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu".
"Ketagihan sih, menyenangkan sekali. Apalagi dengan tipe komedi-komedi ini, cocok banget," kata Nadya.
Film drama-komedi GJLS: Ibuku Ibu-Ibu yang juga dibintangi aktor Bucek Depp serta aktris Reynavenzka Deyandra dan Luna Maya memiliki ambisi besar.
Meski dikategorikan tontonan 17 tahun ke atas oleh Lembaga Sensor Film (LSF), Ananta Rispo berharap film yang mengusung komedi saintifik itu mampu menggapai pengaruh seperti film-film komedi legendaris Warkop Dono, Kasino, Indro saat tayang di bioskop mulai 12 Juni 2025. (Ant/Z-1)
Saat ini, film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu yang disutradarai Monty Tiwa itu telah berhasil menembus 300 ribu penonton.
Bucek Depp dan aktris muda Nadya Arina, yang memerankan tokoh ayah bernama Tyo dan calon ibu fiksi dari grup GJLS, Feni, membawakan lagu dangdut tersebut sebagai soundtrack (lajur suara)
Memproduksi film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu memberikan tantangan yang signifikan bagi Monty Tiwa.
Menurut Luna Maya, meski terkesan santai terkadang menghadirkan narasi tidak terduga yang dibangun dari trio GJLS sehingga menimbulkan banyak improvisasi.
Film GJLS: Ibuku Ibu-Ibu menggambarkan dinamika tiga bersaudara, Rigen Rakelna, Ananta Rispo, dan Hifdzi Khoir.
KOMPETISI film Alternativa Film Festival akan kembali digelar untuk ketiga kalinya. Di edisi ketiga kali ini, ajang tersebut akan diselenggarakan di Kolombia di kuartal kedua tahun 2026.
Ide pembuatan lomba video animasi itu merupakan hasil diskusi antara UBL bersama Indoposco dan terdorong keberhasilan Film Jumbo (2025).
Wahana Kreator Nusantara menghadirkan komedi aksi yang menyatukan aktor lintas generasi.
Setelah vakum selama 17 tahun dari dunia perfilman, Rieke Diah Pitaloka kembali menyapa penggemar melalui film aksi komedi berjudul Agen +62.
Festival Film Amerika Latin dibuka dengan film asal Meksiko, Pedro Paramo — adaptasi kuat dari novel klasik karya Juan Rulfo, yang diputar untuk publik secara global untuk kedua kalinya.
Film Lorong Kost bakal membawa penonton masuk ke dalam dunia gelap dan penuh teror yang tersembunyi di balik rumah kost tua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved