Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DUNIA perfilman Indonesia terus memberikan kontribusi besar dalam menyampaikan pesan bermakna lewat layar lebar. Salah satunya adalah film berjudul Lyora: Penantian Buah Hati. Film yang baru saja akan memulai proses syuting pada 18 Januari itu mengangkat tema humanis dan menyentuh hati.
Selain itu, film ini merupakan adaptasi dari novel karya Fendi Efendi yang berjudul Lyora: Keajaiban yang Dinanti. Kisah ini terinspirasi dari perjuangan nyata Meutya Hafid dan suaminya, Fajrie, yang berjuang menantikan buah hati di tengah kesibukan karir.
Film bergenre drama keluarga tersebut mengisahkan perjalanan emosional dari pasangan yang berjuang menghadapi tantangan infertilitas. Seperti diketahui, isu ini sering kali menjadi tabu jika dibicarakan secara terbuka.
Sang produser, Robert Ronny, menjelaskan alasan di balik pengangkatan cerita ini ke layar lebar.
"Kali ini, saya mengangkat sebuah film drama keluarga. Ketika membaca novelnya, saya langsung sadar betapa pentingnya menghadirkan tayangan seperti ini. Terutama untuk pasangan yang sedang berjuang mendapatkan momongan. Selain itu, saya selalu memilih film yang tidak hanya menarik tapi juga memiliki nilai 'something to say'," ungkap Robert dalam acara konferensi pers Kick Off Film Lyora: Penantian Buah Hati di International Design School, Jakarta, Jumat (17/1).
Perlu diketahui, menurut data WHO, satu dari enam perempuan di dunia mengalami infertilitas, yaitu gangguan reproduksi yang menyebabkan kesulitan untuk hamil.
Sementara itu, data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 10 sampai 15 persen atau sekitar empat sampai enam juta pasangan usia subur menghadapi masalah serupa.
Realitas inilah yang menjadikan film Lyora: Penantian Buah Hati menjadi relevan dengan para pejuang garis biru.
Film ini juga dapat menjadi pengingat pentingnya dukungan moral dan emosional. Dukungan tersebut dibutuhkan oleh mereka yang sedang berjuang untuk memiliki keturunan.
Lebih lanjut, Robert menambahkan, ada banyak stigma yang membuat perempuan dengan infertilitas semakin terbebani. Maka dari itu ia berharap film ini dapat menginspirasi sekaligus mengubah pola pandang setiap orang yang menyudutkan perempuan.
"Stigma perempuan yang tidak bisa punya anak itu masih sangat kuat di Indonesia. Bahkan, ada yang dijadikan alasan untuk perceraian atau poligami. Banyak suami berpikir, 'Oh, saya nikah lagi saja biar punya anak.' Padahal, masalah infertilitas tidak selalu dari pihak perempuan. Banyak juga laki-laki yang sebenarnya menjadi penyebabnya. Tapi sering kali, perempuan yang langsung disalahkan," jelas Robert.
Selain produser, para pemeran utama, Marsha Timothy dan Darius Sinathrya, berbagi pandangan mereka tentang peran masing-masing dan pelajaran yang mereka dapatkan selama proses produksi.
Marsha Timothy, pemeran Meutya, mengaku banyak belajar dari perannya.
“Perjalanan Meutya berbeda dari saya. Tapi, sebagai ibu, saya merasa hidup saya dimulai saat punya anak. Banyak pelajaran baru dari perjuangan Meutya yang menginspirasi dan memberi saya kekuatan baru untuk menjalani hidup,” kata Marsha.
Darius Sinathrya, pemeran Fajri, juga mendapat pelajaran berharga. Perannya sebagai suami yang mendukung istri membuatnya lebih memahami arti empati.
“Sebagai seorang yang memerankan sosok Fajri, saya belajar melihat situasi dari kacamata seorang istri. Proses memiliki anak itu berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Dari situ seharusnya sebagai suami kita terinpirasi untuk terus mendukung istri apa pun yang terjadi,” ujar Darius.
Baik Marsha maupun Darius berharap film ini dapat memberikan inspirasi dan kekuatan bagi pasangan yang sedang menjalani perjalanan serupa.
Film Lyora: Penantian Buah Hati menjadi pengingat akan pentingnya kerja sama dalam sebuah keluarga. Dukungan dari pasangan menjadi hal utama yang dibutuhkan, terutama bagi mereka yang sedang menghadapi tantangan untuk memiliki keturunan.
Film yang diproduksi oleh Paragon Pictures dan Ideosource Entertainment ini ditargetkan akan tayang pada 2025. (Z-1)
Film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut diadaptasi dari cerita original Kampung Jabang Mayit, yang ditulis oleh Qwertyping (Teguh Faluvie) yang menjadi sebuah thread viral pada 2022.
Angga Dwimas Sasongko percaya bahwa cerita bermuatan lokal dan inovasi dengan cerita tersebut adalah kunci yang dibutuhkan untuk membuka pintu peluang perfilman nasional menembus global.
KABAR gembira bagi para penggemar film Superman. Meski film terbarunya belum dirilis, kelanjutan dari film Superman sudah mulai dibahas.
Lebih dari sekadar karakter super hero, Patrion pun hadir sebagai gerakan baru bertajuk Pergerakan Patriot Nusantara atau Patrion Movement.
TRAILER dan poster dari film horor Kampung Jabang Mayit : Ritual Maut resmi di rilis, kemarin.
Lagu Tinggal dari Mawar de Jongh akan menjadi jembatan antara rasa penyesalan, rasa takut akan ditinggal, dan berbagai lapisan emosi manusia lainnya yang cukup kompleks.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan pada penis dan skrotum.
INSEMINASI Intrauterin (IUI) merupakan salah satu prosedur medis yang digunakan untuk memperbesar peluang kehamilan pada pasangan yang mengalami masalah kesuburan atau infertilitas.
Faktor gaya hidup menjadi penyebab yang paling mempengaruhi penyebab kemandulan pada pria. Misalnya merokok dan mengonsumsi alkohol.
POLEMIK mengenai Bisphenol-A (BPA) yang bisa sebabkan infertilitas, termasuk mikropenis pada pria disebut tidak terbukti kebenarannya.
INFERTILITAS merupakan gangguan kesuburan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Belakangan beredar informasi meminum air dari galon guna ulang
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved