Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Film Lyora: Penantian Buah Hati Dibuat Berdasarkan Kisah Nyata Meutya Hafid

Siti Sayidah
17/1/2025 22:12
Film Lyora: Penantian Buah Hati Dibuat Berdasarkan Kisah Nyata Meutya Hafid
Para pemain film Lyora Penantian Buah Hati yang hadir dalam acara konferensi pers pada Jumat, (17/01) di International Design School, tepatnya di Kawasan Kemang, Jakarta.(MI/Siti Sayidah)

DUNIA perfilman Indonesia kembali meluncurkan karya terbaru di awal 2025. Sebuah film berjudul Lyora: Penantian Buah Hati dijadwalkan akan segera memulai proses syuting pada 18 Januari 2025.

Film ini diadaptasi dari novel berjudul Lyora: Keajaiban yang Dinanti karya Fenty Effendy. Novel tersebut mengangkat kisah perjuangan nyata Meutya Hafid, yang kini menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia (Menkomdigi), bersama suaminya, Fajrie, dalam menantikan buah hati.

Film bergenre drama keluarga ini disutradarai Pritagita Arianegara, dan diproduseri oleh Virgie Baker, Robert Ronny, dan Pandu Birantoro. 

Robert Ronny, selaku produser, menceritakan awal mula tercetusnya kisah ini untuk dijadikan film.

"Saya sudah mengetahui cerita tentang Lyora sejak lama, karena Meutya adalah sahabat istri saya. Namun, ide mengadaptasinya ke layar lebar baru muncul setelah novelnya diterbitkan dan mendapat perhatian luas. Kisah ini sangat kuat dan inspiratif, sehingga kami merasa ini adalah cerita yang tepat untuk difilmkan," ungkap produser Robert Ronny dalam acara kick off film Lyora: Penantian Buah Hati, Jumat (17/1) di International Design School, Jakarta.

Perjuangan Mental dan Dukungan Pasangan dalam Program Bayi Tabung

Film Lyora: Penantian Buah Hati mengisahkan perjalanan politisi Meutya dan Fajrie dalam mendapatkan anak melalui program bayi tabung. 

Meutya, yang kala itu menjabat sebagai ketua komisi I DPR RI, harus menghadapi tiga kali keguguran dalam satu tahun sebelum akhirnya berhasil di usia 44 tahun. 

Film ini menyentuh berbagai aspek, mulai dari penantian hingga perjuangan mental seorang wanita dalam menjalani program kehamilan.

 Marsha Timothy, pemeran Meutya Hafid, mengaku merasa terhormat saat diberi tawaran untuk memerankan sosok perempuan inspiratif tersebut.

"Saya merasa terhormat saat dipercaya memerankan sosok perempuan hebat Indonesia, Ibu Meutya Hafid. Saya tahu beliau adalah sosok pekerja keras yang tetap lembut dan penuh kasih terhadap keluarganya, termasuk Lyora, sang buah hatinya," ujarnya

Marsha juga turut menambahkan rasa gembiranya saat memerankan sosok wanita inspiratif.

"Selama bermain film saya selalu senang saat memerankan sosok wanita inspiratif, karena tidak hanya memberikan pengalaman mendewasakan diri, tetapi juga membuka wawasan baru," ungkap Marsha.

Sementara itu, Darius Sinathrya, yang memerankan Fajrie, suami Meutya Hafid, mengatakan film Lyora memberikan makna tentang kegigihan dari pasangan yang menantikan buah hati mereka. 

“Kisah perjuangan Ibu Meutya Hafid dan Mas Fajrie dalam menantikan anak mereka, Lyora, sangat dekat dengan realita masyarakat kita. Meskipun saya belum sempat bertemu langsung, namun dari film ini saya belajar arti kegigihan, dan sebagai suami kita memang harus senantiasa memberikan dukungan pada istri bagaimana situasi dan kondisinya", ujar Darius Sinathrya.

Sutradara Pritagita Arianegara menambahkan bahwa film ini juga menyoroti tantangan mental dan finansial dalam program bayi tabung.

"Kami ingin menunjukkan bahwa perjuangan ini tidak hanya tentang aspek biologis, tetapi juga menyangkut dukungan mental dari keluarga, sahabat, dan kesiapan finansial," ujarnya.

Pesan dan Harapan di Balik Film Lyora

Selain Marsha Timothy dan Darius Sinathrya, film ini juga dibintangi oleh Widya Wati, Olga Lydia, Hannah Al Rashid, dan Aimee Saras. 

Hannah Al Rashid, yang memerankan sahabat Meutya, berharap agar film ini tidak hanya menginspirasi banyak orang. Akan tetapi  dapat juga membuka mata masyarakat dan pemerintah terkait biaya program bayi tabung.

“Mungkin dengan adanya film ini, pemerintah bisa mempertimbangkan kebijakan seperti subsidi untuk program bayi tabung. Bahkan memperluas cakupan asuransi kesehatan agar lebih banyak pasangan yang terbantu," harapnya.

Film yang diproduksi Paragon Picture dan Ideosource ini adalah pengingat bahwa anak bukan hanya tujuan hidup, tetapi juga doa dan harapan yang baik.

Kisah ini diharapkan memberikan semangat bagi banyak pasangan yang tengah berjuang untuk menjadi orangtua. 

Film ini akan tayang pada 2025. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya