Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
TIDAK semua peran datang tanpa beban. Bagi Fredericka Cull, memerankan Maya dalam film Racun Sangga tidak hanya menuntut akting yang emosional, tetapi juga perjalanan psikologis yang mendalam.
Hal inilah yang disampaikan Fredericka dalam wawancara eksklusif dengan Media Indonesia, Jumat (22/11). Dia menceritakan pengalaman intens saat berusaha membangun kepercayaan dengan korban asli yang kisahnya menjadi dasar dari karakter Maya.
Fredericka mengungkapkan proses mendapatkan kepercayaan Maya yang asli tidaklah mudah. Maya, yang hingga kini masih merasakan dampak dari santet Racun Sangga, berada dalam kondisi psikologis yang berat. Dibutuhkan beberapa pertemuan untuk membuatnya mau membuka diri dan menceritakan pengalaman traumatisnya.
"Perlu diadakan pertemuan berkali-kali untuk membangun trust dia. Sampai sekarang dia masih mengalami santet ini, jadi sangat berat untuk dia," jelas Fredericka.
Sebagai aktor, Fredericka merasa bertanggung jawab untuk membuat Maya nyaman agar ceritanya bisa tersampaikan dengan baik. Namun, ia juga harus peka terhadap kondisi psikologis Maya yang sering kali memengaruhi bagaimana kisah itu diceritakan.
"Kita harus memahami kondisi psikologi yang sedang dia hadapi. Dia sering menangis dan marah saat bercerita, dan itu memperlihatkan betapa besar dampaknya pada psikis manusia," tambahnya.
Pengalaman langsung dengan Maya yang asli juga mengubah pandangan Fredericka tentang dunia mistis dan santet. Sebelum ini, ia mengaku tidak percaya dengan hal-hal gaib. Namun, setelah mendengar cerita Maya secara langsung, ia mulai merasa sulit untuk mencari jawaban logis.
"Sebelumnya, saya bukan orang yang percaya soal santet. Tapi setelah ngobrol banyak sama dia, aku tetap nggak ketemu logiknya. Maya yang asli ini adalah orang yang sangat percaya pada logika, sudah membawa suaminya ke dokter dan mencoba berbagai cara, tapi tetap nggak sembuh," tuturnya.
Hal itu memberikan lapisan baru pada karakter Maya yang ia perankan. Penggambaran seorang perempuan yang menghadapi situasi di luar nalar menjadi tantangan berat, tetapi juga peluang untuk menyampaikan kedalaman emosional yang nyata.
Fredericka mengakui mendalami karakter Maya membawa dampak besar pada dirinya. Proses penggalian emosi dan memahami penderitaan Maya sering kali mengganggu kondisi mentalnya sendiri.
"Development karakter ini cukup mengganggu aku. Sampai kebawa mimpi buruk, nggak bisa tidur, dan saat proses syuting, rambutku sampai rontok karena stres," ungkapnya.
Fredericka merasa tekanan ini mencerminkan betapa besar dampak dari santet Racun Sangga terhadap korbannya, baik secara fisik maupun psikologis. Pengalaman ini memberinya pandangan baru tentang horor, yang menurutnya lebih dari sekadar ketakutan visual.
"Dampaknya itu benar-benar mengerikan. Ini bukan hanya horor biasa, tapi horor yang memperlihatkan bagaimana psikis manusia bisa dihancurkan," katanya.
Dengan persiapan mendalam dan keterlibatannya yang emosional, Fredericka berharap perannya sebagai Maya dapat menghormati kisah nyata yang menjadi dasar film ini.
Lebih dari itu, ia ingin menyampaikan pesan kepada penonton tentang betapa kompleksnya trauma yang dialami para korban. (Z-1)
Sutradara Joko Anwar kembali menggarap genre komedi yang dibalut elemen horor bertajuk Ghost in The Cell (Hantu di Penjara).
Film animasi Panji Tengkorak menggabungkan elemen laga, mitologi, dan drama emosional dengan visual animasi yang modern dan dinamis.
Magistus Miftah berhasil membuat Joko Anwar terkesan dengan kemampuan menari yang unik, dilakukan menggunakan sepasang sepatu hak tinggi atau heels.
Bagi para pemirsa di Rusia, sinema Indonesia masih eksotis, meskipun film-film dari negara ini kerap hadir di festival film internasional dan memenangkan penghargaan.
Tayangnya film Jurassic World: Rebirth, awal Juli ini, semakin menarik perhatian wisatawan akan Pulau Krabi di Thailand.
Ari Irham tidak memungkiri bahwa menjaga emosi tetap konsisten sepanjang proses syuting tetap menjadi tantangan besar untuk dirinya.
Malcolm-Jamal Warner menciptakan banyak momen TV yang terukir dalam ingatan anak-anak Generasi X dan orangtua mereka lewat perannya sebagai Theo Huxtable di serial The Cosby Show.
Jovial da Lopez menyebut keberanian untuk keluar dari zona nyaman menjadi kunci penting dalam membentuk karakter yang tangguh dan percaya diri.
Emma Watson, yang berperan sebagai Hermione Granger dalam rangkaian film Harry Potter, mengendarai Audi biru dengan kecepatan 62 km/jam di zona 48 km/jam di Oxford pada 31 Juli malam tahun lalu.
Aktor sekaligus anggota grup idola K-pop Astro, Cha Eun Woo, tengah mempersiapkan album solo pertamanya sebelum menjalani wajib militer, akhir Juli ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved