Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
AKTRIS Dian Sastrowardoyo, 42, beberapa waktu lalu, berhasil memopulerkan kebaya lewat perannya di serial Gadis Kretek.
Dalam sebuah siniar bersama Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, belum lama ini, Dian berharap penggunaan kebaya tidak jadi tren sesaat karena serial Gadis Kretek. Terlebih saat ini, katanya, penggunaan kebaya baru sebatas saat perayaan-perayaan tertentu.
Padahal, kata Dian, identitas bangsa Indonesia sangat melekat pada pakaian yang satu ini. Zaman perjuangan dulu, memakai kebaya adalah simbol perjuangan dan perlawanan terhadap kolonialisme.
Baca juga : Kesan Dian Sastrowardoyo Selama 25 Tahun Berkarya Di Industri Film
“Gue (perempuan zaman itu) menolak kebarat-baratan di saat orang Belanda mencuci otak kita untuk pakai rok, kemeja, dan jas. Perempuan-perempuan yang tetap bersikeras memakai kebaya itu suatu bentuk perlawanan terhadap penjajah,” tutur ibu dua anak itu, dikutip dari kanal Youtube Hilmar Farid, Senin (15/4).
Di saat urgensi perjuangan itu sudah tidak ada, Dian beranggapan kebaya jadi suatu penanda kelas sosial, saat banyak kalangan atas memakainya untuk perayaan-perayaan besar, dengan sanggul dan sepatu hak tinggi.
Padahal, ia mencontohkan, di India, anggota parlemen memakai kain khas sari untuk bekerja. Di Jepang, orang memakai kimono untuk pergi ke kantor.
Baca juga : Dian Sastrowardoyo Menantang Diri Sendiri dengan Bintangi Ratu Adil
“Kenapa di sini anggota parlemen kita tidak kebayaan? Hanya (dipakai) pas (hari) kemerdekaan doang,” ujar Dian.
Pemeran Cinta di film Ada Apa Dengan Cinta itu ingin mengubah paradigma bahwa kebaya bukan pakaian yang menunjukkan status dan hanya dipakai untuk bermewah-mewahan.
“Bisa gak kebaya itu kita pakai untuk ngantor? Jadi substitusi kemeja dan baju kantor kita aja,” katanya.
Baca juga : Pentingnya Chain of Title untuk Karya Adaptasi
“Alasannya sesederhana karena kita orang Indonesia, ini baju kita. Kalau sampai kita bisa kebayaan untuk ngantor, menurut saya itu level sense of identity kita sebagai bangsa itu beda, gue orang Indonesia. Kita bangsa yang keren banget,” imbuhnya.
Dian senang ketika serial Gadis Kretek berhasil membuat kebaya booming, khususnya kebaya janggan. Namun, sayangnya, ia melihat kebaya tersebut dipakai dalam konteks ingin menunjukkan seseorang punya budget untuk memakai kebaya dengan perhiasan yang banyak, dengan make-up tebal, sanggul, dan sepatu hak tinggi.
“Ada gak yang pakai setiap hari? Bukan untuk nampang, bukan untuk difoto, memang karena gue pakai aja, ini baju gue untuk beraktivitas, ke pasar, jemput anak sekolah, beraktivitas kerja, dalam keseharian,” ujarnya.
Baca juga : Ario Bayu Mengaku Mudah Beradegan Romantis dengan Dian Sastrowardoyo
Dian pun menantang diri agar dirinya memakai kebaya dalam kegiatan rutinnya, seperti saat mengajar di Univesitas Indonesia.
“Itu perlu proses, perlu kebiasaan. Dari kebaya, lalu pakai kain (untuk keseharian). Ternyata gak susah,” ungkapnya.
Dian pun menyatakan kekagumannya pada generasi sekarang yang bangga menunjukkan identitas keindonesiaa mereka melalui penggunaan pakaian tradisional.
Ia mengatakan, saat ini, telah tumbuh generasi-generasi gen Z baru yang lebih punya keterikatan akan kebudayaan Indonesia.
“Mereka punya kebanggaan untuk berkain, berwastra. Ada anak-anak Remaja Nusantara. Itu keren banget. Saya senang mereka bisa bikin berwastra adalah simbol bahwa lo cultured dan lo well educated, paling tidak lo lebih paham tentang budaya lo dan itu dianggap keren,” ungkapnya.
“Menurutku dari gerakan-gerakan akar rumput seperti itu mestinya akan muncul gerakan-gerakan seperti itu yang organik,” pungkasnya. (Z-1)
Sunscreen menjadi perlindungan utama untuk menjaga kesehatan kulit dalam jangka panjang, terutama saat menghadapi paparan sinar matahari dan faktor lingkungan lainnya.
Chelsea Islan menjajal menjadi produser dalam film biopik Rose Pandanwangi. Selain menjadi produser, ia juga memerankan tokoh utama yakni penyanyi seriosa.
Tissa Biani mencari wawasan langsung dari psikolog profesional. Langkah itu diambil untuk memastikan penggambaran karakternya tidak hanya akurat, tetapi juga penuh empati.
AKTRIS Davina Karamoy kini menjadi salah satu nama yang kian laris di industri perfilman Indonesia. Setelah melejit berperan sebagai ‘pelakor’ yang filmnya menjadi blockbuster
Nikita Willy mengatakan cara itu akan membantu sang anak belajar memilih apa yang diinginkan dan merasa lebih dihargai.
Film Sah! Katanya menceritakan lika-liku kehidupan Marni, anak bungsu dari empat bersaudara yang harus memenuhi wasiat ayahnya untuk menikah dengan putra sahabat sang ayah.
"Kebaya ini menggambarkan sosok perempuan Indonesia yang tangguh, berbudi luhur, santun, dan juga berani memancarkan kilaunya sendiri,"
Maya Miranda Ambarsari menekankan pentingnya solidaritas dan kolaborasi dalam komunitas perempuan lintas generasi dan budaya, termasuk bagi generasi muda.
Kebaya menyimpan cerita tentang keberagaman, inklusivitas dan persaudaraan. Dalam komunitas lokal maupun global, kebaya menjadi jembatan yang menyatukan perempuan indonesia.
AKTRIS Arumi Bachsin tampil anggun dengan mengenakan busana kebaya saat mendampingi suaminya, Emil Dardak di acara pelantikan kepala daerah
Jenama Toton menghadirkan koleksinya tersebut di Dubai Fashion Week 2025. Toton berkolaborasi dengan Make Over memamerkan karya Deluxe Prêt à Porter
Didiet Maulana mengatakan dengan banyaknya acara bertema kebaya artinya akan ada pertumbuhan di sektor ekonomi yang dipengaruhinya karena akan semakin banyak permintaan baju kebaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved