Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% sangat Berat

Insi Nantika Jelita
16/8/2025 13:24
Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% sangat Berat
Ilustrasi(Antara)

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 akan berat, jika tidak diiringi dengan dorongan besar.

"Target ini akan menuntut dorongan besar dari konsumsi rumah tangga (yang selama ini menjadi kontributor utama PDB), investasi swasta, dan ekspor neto," ujarnya kepada Media Indonesia, Sabtu (16/8).

Ia menjelaskan risiko berasal dari ketidakpastian eksternal seperti tensi dagang dan moderasi pertumbuhan Tiongkok. Tanpa akselerasi reformasi struktural dan percepatan realisasi belanja produktif, pencapaian target ekonomi dianggap menantang.

Selain itu, sasaran pertumbuhan ekonomi 5,4% juga memerlukan asumsi investasi dan ekspor yang agresif. Pemerintah pun didorong menyiapkan contingency plan atau rencana alternatif jika ekspor terdampak penurunan permintaan global atau harga komoditas.

Terkait target inflasi 2,5% dalam RAPBN 2026, Josua menilai angka tersebut relatif rendah, bahkan mendekati batas bawah sasaran BI. Pencapaian target ini akan sangat bergantung pada efektivitas subsidi energi dan pangan yang tepat sasaran serta ketersediaan pasokan.

Menurutnya, risiko utama berasal dari volatilitas harga komoditas global, khususnya energi dan pangan, serta dampak iklim ekstrem terhadap produksi pangan domestik. Mengingat besarnya kontribusi bahan makanan bergejolak (MBG) dalam pembentukan inflasi, koordinasi lintas kementerian untuk menjaga pasokan dan distribusi pangan menjadi kunci agar inflasi tetap terkendali.

Josua juga menila kisaran sasaran inflasi ini terbilang konservatif dibanding proyeksi inflasi 2025, mencerminkan antisipasi terhadap potensi penguatan dolar AS apabila The Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Namun, jika aliran modal asing meningkat seiring penurunan suku bunga global, rupiah berpotensi menguat.

"Kestabilan kurs, pada akhirnya, akan bergantung pada peran BI dalam mengelola arus modal jangka pendek dan menjaga kepercayaan investor," imbuhnya.

Defisit negara

Mengenai target defisit dalam RAPBN 2026, Josua menilai angkanya masih relatif aman. Total belanja negara direncanakan sebesar Rp3.786,5 triliun, sementara penerimaan ditarget mencapai Rp3.147 triliun. Dengan demikian, defisit APBN diperkirakan mencapai Rp638,8 triliun atau setara 2,48% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Defisit di level tersebut dinilai masih terkendali karena berada di bawah batas maksimal 3% sesuai ketentuan undang-undang.

"Target defisit 2,4% PDB relatif aman dan di bawah batas UU 3%. Ini memberi ruang bagi pemerintah menjaga kredibilitas fiskal," katanya.

Meski begitu, strategi pembiayaan defisit tetap perlu dijalankan secara prudent, inovatif, dan berkelanjutan melalui instrumen kreatif seperti kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), Danantara, serta sekuritisasi aset, agar ketergantungan pada utang Surat Berharga Negara (SBN) dapat ditekan.

Pemerintah, lanjutnya, juga menekankan efisiensi belanja operasional dan integrasi belanja pusat-daerah. Tantangan utama, menurut Josua, terletak pada kapasitas daerah menyerap anggaran secara efektif, mengingat historisnya realisasi belanja daerah cenderung lambat dan terkonsentrasi di akhir tahun. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya