Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
THE Fed yang merupakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diramalkan akan memangkas suku bunga atau fed funds rate/FFR dalam waktu dekat. Menyikapi hal itu, Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky menilai Bank Indonesia (BI) masih perlu mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) 6,25% bulan ini. Alasannya perbedaan tingkat suku bunga masih cenderung atraktif menarik modal masuk dan menjaga stabilitas rupiah.
"Kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur September ini," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (18/9).
Baca juga : Deflasi dan Turunnya Fed Fund Rate Jadi Faktor Pendorong BI Turunkan Suku Bunga
Rilis data inflasi AS yang terkini membuat the Fed memangkas suku bunga acuannya secara bertahap mulai minggu ini. Tingkat inflasi AS pada Agustus melambat cukup signifikan dari 2,9% year on year (yoy) Juli 2024 ke 2,5%. Itu lebih rendah dari estimasi para ekonom yang dihimpun oleh Reuters sebesar 2,6% (yoy). Lebih lanjut, angka inflasi AS menyentuh titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir akibat tren disinflasi yang terjadi secara persisten dalam lima bulan terakhir.
Dengan hampir pastinya pemotongan suku bunga acuan oleh the Fed, Riefky menyebut Indonesia dan negara berkembang lainnya terdampak positif dengan adanya arus modal masuk dan penguatan mata uang. Sementara itu, tingkat harga domestik di Indonesia sedang mengalami tren disinflasi. Kombinasi dari berlanjutnya penguatan rupiah dan perlambatan inflasi, ujar dia, membuka ruang gerak BI untuk memotong suku bunga acuan dalam rangka meningkatkan permintaan agregat dan pertumbuhan sektor riil.
Tetapi, lanjut Riefky, sejauh ini tingkat inflasi masih dalam koridor target BI dan masih adanya potensi berbaliknya arus modal asing keluar dari Indonesia. Mempertimbangkan hal-hal tersebut, pemotongan suku bunga oleh BI belum terlalu mendesak untuk dilakukan di bulan ini.
Baca juga : Bank Indonesia Didesak segera Pangkas Suku Bunga Acuan
"Menunda pemotongan suku bunga acuan juga berpotensi menguntungkan posisi BI dengan lebih lebarnya ruang gerak BI dalam melakukan pelonggaran moneter di sisa tahun ini apabila dibutuhkan," tambah Riefky.
Selain itu, dengan semakin besarnya kemungkinan the Fed memangkas suku bunganya dalam waktu dekat, menyebabkan berlanjutnya arus modal masuk ke berbagai negara berkembang. Tren derasnya aliran modal dari negara maju ke negara berkembang sejak awal Agustus lalu terus berlanjut. Dari 15 Agustus hingga 11 September, Indonesia mengalami peningkatan arus modal masuk sekitar US$3,37 miliar.
Melimpahnya arus modal asing menuju pasar keuangan domestik mendorong penguatan sebagian besar mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Selama periode tersebut, rupiah menguat sebesar 2,75% dan saat ini berada di Rp15.395 per dolar AS.
Selain itu, arus modal asing ke instrumen surat utang Indonesia mendorong naiknya imbal hasil surat utang pemerintah. Riefky mencatat imbal hasil surat utang pemerintah tenor 10-tahun saat ini bertengger di 6,65%, turun lebih dari sepuluh basis poin dari 6,78% di 15 Agustus lalu. (Ins)
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (7/5) waktu setempat, memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (fed fund rate/FFR) tetap di level 4,25-4,50%.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
Kami perkirakan FFR akan turun dua kali yaitu sekitar bulan September sekali dan di bulan Desember
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Kamis 8 Mei 2025, dibuka menguat 19,75 poin atau 0,29% ke posisi 6.945,98.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu 7 Mei 2025, dibuka menguat 27,05 poin atau 0,39% ke posisi 6.925,25.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian meramalkan Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga acuan fed fund rate.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved