Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
EKONOM senior, Ryan Kiryanto, mengungkapkan Bank Indonesia diyakini akan menurunkan suku bunga (BI Rate) dalam waktu dekat. Pasalnya, ada beberapa faktor pendorong yang dapat membuat BI Rate turun.
Salah satunya, ia memprediksi dalam waktu deket The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan Fed Fund Rate sebesar 25-50 basis poin.
"Tapi keinginan mayoritas turunnya adalah 50 basis poin, ini ada kaitannya dengan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan (suku bunga acuan) tetap 6,25% atau akan menurunkan ke 6%," ucap Ryan saat ditemui di Jakarta pada Kamis (12/9).
Baca juga : Bank Indonesia Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan BI Rate di 6,25 Persen
Faktor lainnya adalah pemutusan hak kerja (PHK) yang terus terjadi, PMI manufaktur yang juga sudah di bawah ambang batas 50, dan pertimbangan yang paling serius adalah terjadinya deflasi selama 4 bulan berturut-turut.
"Deflasi 4 bulan berturut-turut sudah menunjukkan sinyal kuat bahwa memang kegiatan konsumsi masyarakat menurun atau melemah. Siapa yang melemah? Menurut BPS yaitu mereka yang masuk kategori kelas menengah," ungkap Ryan.
Kelas menengah, sambung Ryan, adalah mereka yang membelanjakan uangnya setiap hari dengan rata-rata US$3. Ia menyebut, sebagian dari mereka sudah downgrade, tidak lagi masuk dalam kategori kelas menengah tetapi masuk kategori kelas pramenengah.
Baca juga : Tekanan Mereda, BI Disarankan Tahan Suku Bunga Acuan
"Makanya beberapa lapangan usaha yang tertekan salah satunya adalah resto. Sekarang ini restoran-restoran (formal) sudah mulai berkurang. Anak-anak muda kita yang milenial yang kelas menengah mereka tetep makan ayam kripsi, tapi ayam crispy versi gerobak, yang penting makan krispi karena kelas menengah kita sensitif terhadap harga," terangnya.
Ryan meyakini, apabila nantinya BI menurunkan suku bunga acuan ke 6%, cepat atau lambat hal tersebut akan tertransmisi ke sektor bunga pinjaman atau bunga kredit. Dengan begitu, para pelaku usaha bahkan sampai dengan individu bisa terstimulasi untuk mengajukan kredit baik kredit modal kerja dan kredit investasi bagi para pelaku usaha, dan juga kredit konsumtif bagi individu.
"Kalau suku bunga itu bisa turun, ini memberikan stimulus atau dorongan kepada sektor perbankan untuk juga menyesuaikan suku bunga sesuai dengan kebijakan BI," pungkasnya. (J-3)
Pengamat Celios, Nailul Huda, memprediksi BI akan mempertahankan BI Rate, seiring keputusan The Fed dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung perubahan suku bunga.
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyatakan penurunan suku bunga the Fed, merupakan kebijakan yang ditunggu oleh pelaku usaha global.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
Selain itu, penjualan rumah tipe besar terkontraksi sebesar 14,95% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,69%(yoy).
Memperingati hari jadi ke-68 Provinsi Riau, Bank Indonesia (BI) bersama Pemerintah Provinsi Riau dan sejumlah mitra strategis menggelar Riau Economic Forum (REF) 2025.
Langkah KPK itu dilakukan dalam rangka mengembalikan uang hasil tindak pidana korupsi tersebut.
KPK pada 7 Agustus 2025, menetapkan anggota Komisi XI DPR RI periode 2019-2024 Satori (ST) dan Heri Gunawan (HG) sebagai tersangka kasus tersebut.
Cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Juli 2025 tercatat sebesar US$152 miliar atau sekitar Rp2.482 triliun.
Kabar gembira bagi masyarakat Indonesia yang berencana berlibur ke Jepang. Mulai 17 Agustus 2025, QRIS bisa digunakan di Jepang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved