Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
ANGKA kebutuhan rumah (backlog) tercatat menurun dari 12,7 juta menjadi 9,9 juta rumah tangga hingga akhir 2023. Untuk itu, kuota penyediaan 166 ribu unit rumah subsidi diharapkan bisa tepat sasaran meskipun kuotanya sudah hampir habis.
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Herry Trisaputra Zuna menyampaikan, penyediaan rumah bersubsidi selain mengutamakan kualitas juga harus tepat sasaran. Sehingga, pemenuhan kewajiban menyediakan hunian bagi masyarakat, khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bisa terpenuhi.
“Yang jadi fokus utama adalah soal kualitas dan harus tepat sasaran, agar lingkungan perumahan yang nyaman dan aman bisa menopang produktifitas masyarakat,” ungkap Herry saat ditemui di Jakarta, Kemarin.
Baca juga : 166 Ribu Kuota Unit Rumah Subsidi Diprediksi Ludes pada Juli 2024
Menurut Herry, potensi bisnis properti di tanah air masih akan terus berlanjut. Sebab angka backlog masih ada sekitar 9,9 juta rumah tangga belum memiliki hunian.
Ini adalah peluang bagi pengembang real estat untuk membangun rumah dan tempat tinggal yang sesuai dengan standar.
“Prospek bisnis properti masih cukup besar ke depannya,” jelas dia.
Baca juga : Pakar Properti Usulkan Hal Ini untuk Merealisasikan Target Zero Backlog Perumahan 2045
Perkembangan bisnis properti juga akan diperkuat oleh calon presiden dan wakil presiden Indonesia yang akan datang. Menurut Herry, berdasarkan dokumen visi dan misi calon presiden dan wakil presiden dalam pemilu 2024, para calon pemimpin memiliki komitmen kuat terhadap penyediaan rumah dan tempat tinggal yang layak.
“Berdasarkan dokumen visi dan misi para capres dan cawapres periode 2024-2029 setidaknya 3 juta rumah yang diperkirakan akan dibangun oleh pemerintah baru mendatang, yaitu masing-masing satu juta rumah di pedesaan, perkotaan hingga daerah pesisir, Delta Grup kami harapkan bisa jadi pionir tidak hanya menyediakan rumah, tapi punya kualitas dan tepat sasaran,” jelas dia.
Sementara itu, CEO Delta Group Endang Kawidjaja menyampaikan, pihaknya menargetkan bisa bangun 3.000 unit hunian di 10 proyek pengembangan hunian milik Delta Group. Meskipun kuota rumah bersubsidi diprediksi habis dalam waktu dekat, dirinya optimis pemerintah akan segera mengeluarkan kebijakan cadangan bagi sektor perumahan.
Baca juga : Harga Rumah Subsidi Naik 8 Persen, Pengembang Optimis Jaga Rantai Supply-Demand
“Kami sih optimis, positif, karena pasti pemerintah punya kebijakan yang akan mengisi kuota rumah bersubsidi yang segera habis, kalau saya rasa jurus SSB (subsidi selisih bunga) bisa jadi dikeluarkan,” kata Endang.
Dari 3.000 unit yang akan dibangun, ditargetkan ada sekitar 2.000 yang akad kredit hingga akhir 2024. Julah 3.000 unit yang dibangun 90%nya merupakan rumah bersubsidi dan 10%nya adalah rumah komersial.
Di usianya yang 32 tahun atau empat windu, Delta Grup telah melakukan akad kredit sebanyak 40 ribu unit rumah. Akad tersebut tersebar di 20 titik proyek Delta Group.
Baca juga : Perlu Gerakan Bersama untuk Menerapkan Konsep Properti Hijau dan ESG
Sebagian besar hunian yang diproduksi oleh Delta Group adalah perumahan bersubsidi yang tersebar di beberapa provinsi, kabupaten, dan kota, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Batam.
Pencapaian Delta Group terbagi menjadi dua periode: sebelum dan setelah tahun 2006. Pada periode 1992-2006, dibutuhkan waktu 14 tahun untuk merealisasikan 5.000 unit akad KPR. Namun, setelah tahun 2006, dimulai dengan proyek Grand Kahuripan di Cileungsi, Bogor, hanya dibutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai 5.000 unit akad. Selanjutnya, hanya dibutuhkan sekitar 3 tahun untuk mencapai akad sebanyak 5.000 unit.
"Target Delta Group ke depan adalah menjadi pengembang dengan akad 3.000 unit per tahun. Kami akan terus menjaga kualitas bangunan rumah dan PSU sesuai dengan harapan MBR dan pemerintah," tambahnya. (Z-10)
BP Tapera targetkan pembiayaan 350 ribu rumah subsidi FLPP pada 2025. Realisasi hingga Juli capai 137 ribu unit dengan nilai Rp17 triliun
Warga rumah susun di Jakarta menilai kebijakan ini sangat merugikan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, melontarkan apresiasi sekaligus tantangan kepada para pengembang rumah subsidi.
Pemerintah Indonesia menargetkan pembangunan 1 juta unit hunian vertikal setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat.
BP Tapera mencatatkan lonjakan luar biasa dalam penyaluran FLPP, dengan 53.874 unit rumah disalurkan pada Kuartal I 2025, meningkat 1.173%
Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan kepemilikan rumah yang layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
MENJAWAB tren interior bergaya kontemporer dan heritage, Idemu memperkenalkan Amarta, koleksi interior yang terinspirasi kekayaan tradisional dan budaya lokal.
Hal lain yang menurutnya menjadi pertimbangan masyarakat dalam negeri membeli properti adalah pemberian kebebasan dari pengembang.
Fahri memastikan dana yang pembangunan 1 juta unit tersebut ada dan banyak karena ada unsur bisnis bahkan saat mendaftar dan mengantre sehingga pola keuangannya akan sangat banyak.
Konsep hunian hijau kembali mencuri perhatian dunia internasional,FIABCI World Prix d’Excellence Awards 2025, yang digelar pada Juni lalu di Lagos, Nigeria.
Aksi massa di proyek properti dinilai ganggu iklim investasi dan stabilitas sektor. Kepastian hukum jadi sorotan utama.
Keterlibatan sektor properti nasional di pasar modal dinilai masih sangat rendah. Dari sekitar 500 anggota Realestat Indonesia (REI) DPD DKI Jakarta, hanya sekitar 1% yang IPO.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved