Headline
Istana minta Polri jaga situasi kondusif.
DEPUTI Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menjelaskan terkait pelemahan rupiah yang terus berlangsung merupakan efek akumulasi gerak pasar dari dinamika global, setelah seminggu kemarin pasar uang Indonesia dalam periode libur HKBN Idul Fitri 1445 H.
Dia katakan pelemahan nilai tukar yang terjadi berasal dari tekanan ekonomi yang terjadi di global, yang sedang penuh ketidakpastian.
Pertama dari Amerika Serikat (AS) dengan data-data ekonominya yang menunjukkan sangat kuat, sehingga menimbulkan ekspektasi tingkat suku bunga Fed Fund Rate yang akan tetap berada di ketinggian dalam waktu yang lebih lama atau higher for longer.
Baca juga : Rupiah Menguat setelah BI Tahan Suku Bunga Acuan
Ini mengakibatkan indeks dolar AS DXY meroket, juga dengan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS atau yiel US Treasury. Imbal hasil obligasi AS / US Treasury 2y naik hingga 4,98%, sama seperti tahun lalu yang berhasil menyentuh di atas 5%. Begitupun dengan imbal hasil US Treasury 10y yang kembali naik hingga 4,66%.
"Jadi lebih ke global. Sedangkan untuk domestik, Indonesia tidak ada masalah. Semua (indikator ekonomi) baik-baik saja. Inflasi di dalam kendali. Kemarin lebaran, aktivitas konsumsi masyarakat juga bagus. Sehingga shocked dari global yang tidak hanya berdampak ke Indonesia, seluruh mata uang juga terimbas," kata Destry, di Istana, Rabu (17/4).
Bank Indonesia dan pasar, kata Destry, melihat hal ini seperti temporary shocked dan melakukan penyesuaian. Dalam kondisi ini Bank Indonesia menunjukkan kehadirannya di pasar, mengintervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak semakin melemah.
Baca juga : The Fed Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi. Prediksi Nilai Tukar Rupiah?
"Kami meyakinkan di market bahwa kami bersama-sama dengan pasar dan pelaku akan terus menjaga stabilitas dari rupiah," kata Destry.
BI memiliki beberapa instrumen keuangan, seperti triple intervention, yaitu intervensi yang dilakukan BI pada Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Di sisi lain Bank Indonesia juga melihat tekanan pada tingkat imbal hasil surat utang yang tinggi, sehingga Bank Indonesia akan mengukur secara berkala (timely), akan seberapa jauh kupon imbal hasil SBN merangkak naik, untuk kemudian BI masuk mengintervensi.
Baca juga : Penundaan Pemangkasan Suku Bunga AS akan Picu Penguatan Dolar AS
"Untuk spot dan DNDF, BI akan selalu ada di market," kata Destry.
BI juga mengintervensi kestabilan rupiah dengan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), untuk menarik inflow modal asing yang masuk. BI berharap dengan tingkat yield yang tentu menyesuaikan lebih atraktif, inflow arus modal asing juga akan bisa masuk.
"Instrumen lainnya juga yang kaitannya dengan FX swap. Jadi mereka yang punya dolar AS, ditukar ke rupiah, mereka bisa melakukan itu ke BI dengan rates (kurs) yang menarik. Jadi kami akan optimalkan semua kebijakan, instrumen yang kami miliki, bukan hanya untuk menimbulkan keyakinan dari market, tapi juga bagaimana BI bisa menarik inflow. Fokus BI pada stabilitas," kata Destry. (Try/Z-7)
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi menguat ke level 8.000 dalam sepekan mendatang.
Berlangsung selama tiga hari, Kamis-Minggu (21-24/8), transaksi berhasil menembus pasar Internasional. Total transaksi mencapai Rp1,4 miliar.
Karena SRBI yang beredar berkurang, otomatis dana di pasar uang dan perbankan menjadi lebih banyak tersedia atau longgar.
DI tengah ketidakpastian pasar keuangan global, penurunan tarif bea masuk dari Amerika Serikat (AS) memberi ruang napas baru bagi sejumlah negara.
Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan penurunan BI Rate sebesar 25 bps pada Rabu (20/8), memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter.
PENURUNAN suku bunga kredit perbankan tercatat masih berjalan lambat setelah suku bunga acuan (BI-Rate) dipangkas sebesar 100 basis poin (bps) sejak September 2024.
Nilai tukar rupiah, pada perdagangan Rabu 19 Agustus 2025, dibuka melemah sebesar 57 poin atau 0,35% menjadi Rp16.302 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.245 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah, pada perdagangan Selasa 19 Agustus 2025, dibuka melemah sebesar 32,50 poin atau 0,20% menjadi Rp16.230 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.198 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, menyampaikan pada hari ini, Kamis (14/8), rupiah dibuka menguat tajam sebesar 102 poin ke level Rp16.100 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah, pada perdagangan Rabu 6 Agustus 2025, dibuka melemah sebesar 1 poin atau 0,01% menjadi Rp16.391 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.390 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 5 Agustus 2025, dibuka menguat sebesar 31 poin atau 0,19% menjadi Rp16.370 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.401 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah, pada perdagangan Senin 4 Agustus 2025, dibuka menguat sebesar 104 poin atau 0,63% menjadi Rp16.409 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.513 per dolar AS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved