Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Temporary Shocked Terjadi karena Ketidakpastian, BI Optimalkan Kebijakan dan Instrumen untuk Yakinkan Pasar

Fetry Wuryasti
17/4/2024 18:09
Temporary Shocked Terjadi karena Ketidakpastian, BI Optimalkan Kebijakan dan Instrumen untuk Yakinkan Pasar
Investor memantau pergerakan harga saham dari komputer di Jakarta(MI/Ramdani)

DEPUTI Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menjelaskan terkait pelemahan rupiah yang terus berlangsung merupakan efek akumulasi gerak pasar dari dinamika global, setelah seminggu kemarin pasar uang Indonesia dalam periode libur HKBN Idul Fitri 1445 H.

Dia katakan pelemahan nilai tukar yang terjadi berasal dari tekanan ekonomi yang terjadi di global, yang sedang penuh ketidakpastian.

Pertama dari Amerika Serikat (AS) dengan data-data ekonominya yang menunjukkan sangat kuat, sehingga menimbulkan ekspektasi tingkat suku bunga Fed Fund Rate yang akan tetap berada di ketinggian dalam waktu yang lebih lama atau higher for longer.

Baca juga : Rupiah Menguat setelah BI Tahan Suku Bunga Acuan

Ini mengakibatkan indeks dolar AS DXY meroket, juga dengan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS atau yiel US Treasury. Imbal hasil obligasi AS / US Treasury 2y naik hingga 4,98%, sama seperti tahun lalu yang berhasil menyentuh di atas 5%. Begitupun dengan imbal hasil US Treasury 10y yang kembali naik hingga 4,66%.

"Jadi lebih ke global. Sedangkan untuk domestik, Indonesia tidak ada masalah. Semua (indikator ekonomi) baik-baik saja. Inflasi di dalam kendali. Kemarin lebaran, aktivitas konsumsi masyarakat juga bagus. Sehingga shocked dari global yang tidak hanya berdampak ke Indonesia, seluruh mata uang juga terimbas," kata Destry, di Istana, Rabu (17/4).

Bank Indonesia dan pasar, kata Destry, melihat hal ini seperti temporary shocked dan melakukan penyesuaian. Dalam kondisi ini Bank Indonesia menunjukkan kehadirannya di pasar, mengintervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tidak semakin melemah.

Baca juga : The Fed Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi. Prediksi Nilai Tukar Rupiah?

"Kami meyakinkan di market bahwa kami bersama-sama dengan pasar dan pelaku akan terus menjaga stabilitas dari rupiah," kata Destry.

BI memiliki beberapa instrumen keuangan, seperti triple intervention, yaitu intervensi yang dilakukan BI pada Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Di sisi lain Bank Indonesia juga melihat tekanan pada tingkat imbal hasil surat utang yang tinggi, sehingga Bank Indonesia akan mengukur secara berkala (timely), akan seberapa jauh kupon imbal hasil SBN merangkak naik, untuk kemudian BI masuk mengintervensi.

Baca juga : Penundaan Pemangkasan Suku Bunga AS akan Picu Penguatan Dolar AS

"Untuk spot dan DNDF, BI akan selalu ada di market," kata Destry.

BI juga mengintervensi kestabilan rupiah dengan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), untuk menarik inflow modal asing yang masuk. BI berharap dengan tingkat yield yang tentu menyesuaikan lebih atraktif, inflow arus modal asing juga akan bisa masuk.

"Instrumen lainnya juga yang kaitannya dengan FX swap. Jadi mereka yang punya dolar AS, ditukar ke rupiah, mereka bisa melakukan itu ke BI dengan rates (kurs) yang menarik. Jadi kami akan optimalkan semua kebijakan, instrumen yang kami miliki, bukan hanya untuk menimbulkan keyakinan dari market, tapi juga bagaimana BI bisa menarik inflow. Fokus BI pada stabilitas," kata Destry. (Try/Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya