Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

The Fed Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi. Prediksi Nilai Tukar Rupiah?

Fetry Wuryasti
27/7/2023 15:41
The Fed Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi. Prediksi Nilai Tukar Rupiah?
Infografis tren suku bunga The Fed sejak 1985.(AFP)

BANK sentral AS The Fed menaikkan FFR ke level tertinggi dalam 22 tahun. Dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Juli 2023, The Fed memutuskan untuk menerapkan kenaikan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 bps yang diharapkan, memindahkannya dari 5,00 – 5,25% menjadi 5,25 – 5,50%.

Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman melihat meski ada kemungkinan kenaikan FFR lagi di sisa tahun 2023, diperkirakan Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan BI-7DRRR di 5,75% hingga akhir tahun.

Sementara The Fed masih mengindikasikan kemungkinan untuk menerapkan kenaikan FFR 25 bps lagi pada September 2023, keputusan tersebut akan bergantung pada data yang masuk. The Fed mengklarifikasi belum memutuskan apakah kenaikan suku bunga akan terjadi pada pertemuan berikutnya di September 2023.

Baca juga : The Fed Pertimbangkan Suku Bunga Tertinggi dalam 22 Tahun

Terlepas dari risiko investor mencari aset yang lebih aman (flight to quality), ketidakpastian seputar tingkat puncak FFR telah berkurang. Ekspektasi pasar bahkan condong ke arah Fed memotong FFR ke kisaran 5,00 – 5,25% selama pertemuan FOMC September 23 dan mempertahankannya pada level tersebut hingga akhir tahun 2023.

"Kami mengamati dampak kenaikan suku bunga terhadap nilai tukar Rupiah dan pasar obligasi domestik tampaknya relatif tidak signifikan. Meski demikian, kami terus memperkirakan tingkat volatilitas tertentu yang dapat dikendalikan dalam waktu dekat," kata Faisal, Kamis (27/7).

Baca juga: Kepercayaan Konsumen AS Naik ke Level Tertinggi sejak Juli 2021

Dari sisi domestik, tingkat inflasi Indonesia menurun dan saat ini berada dalam kisaran target 2 – 4%. Grup ekonom Bank Mandiri tetap berkeyakinan inflasi akan terus mereda dan berada dalam kisaran sasaran sepanjang tahun 2023.

"Prakiraan kami menunjukkan tingkat inflasi berada di sekitar 3% pada akhir tahun 2023. Sementara kami perlu mengantisipasi risiko El Nino terhadap inflasi pangan, tampaknya dampak saat ini diperkirakan akan terbatas," kata Faisal.

Dampak transmisi FFR terhadap Indonesia semakin nyata melalui yield obligasi pemerintah. Selama imbal hasil obligasi pemerintah IDR 10 tahun berada di sekitar 6%, diyakini BI tidak perlu segera menaikkan BI-7DRRR.

Selain itu, jika tingkat inflasi tetap terkelola dengan baik dalam kisaran target selama semester II-2023, ruang untuk kenaikan tarif akan terbatas.

"Secara keseluruhan, kami terus berharap bahwa BI akan mempertahankan BI-7DRRR di 5,75% untuk sisa tahun 2023," kata Faisal.

 

Prediksi nilai tukar rupiah

Nilai tukar Rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.800 – Rp14.900 per USD, dan obligasi pemerintah IDR 10 tahun imbal hasil diperkirakan akan tetap berada di sekitar 6,2% pada akhir tahun 2023.

"Namun, penting bagi BI untuk tetap mewaspadai perkembangan ekonomi global yang masih diwarnai dengan ketidakpastian yang signifikan," kata Faisal.

Di sisi lain dari pernyataan The Fed, mereka berencana untuk mempertahankan pengurangan cepat dalam kepemilikan sekuritasnya. The Fed mengklarifikasi bahwa konsekuensi lengkap dari tindakan pengetatan belum dirasakan.

Sejauh ini, dampak pengetatan kebijakan terlihat pada sektor-sektor ekonomi yang paling sensitif terhadap suku bunga, khususnya perumahan dan investasi. Namun, perlu waktu untuk menyadari sepenuhnya dampak dari pengekangan moneter yang sedang berlangsung, terutama pada tingkat inflasi.

Ke depan, The Fed akan terus membuat keputusan berdasarkan pertemuan demi pertemuan. Keputusan ini akan didasarkan pada analisis komprehensif data yang masuk dan implikasinya terhadap kegiatan ekonomi dan prospek inflasi, serta penilaian keseimbangan risiko.

Indikator terbaru menunjukkan ekspansi moderat dalam kegiatan ekonomi. Indikator ekonomi terkini memberikan bukti bahwa pertumbuhan kegiatan ekonomi berjalan dengan kecepatan sedang.

Ada perlambatan yang terlihat dalam belanja konsumen dibandingkan dengan awal tahun. Selain itu, efek gabungan dari kenaikan suku bunga dan pertumbuhan output yang lamban tampaknya memberikan tekanan pada investasi tetap bisnis.

Pasar tenaga kerja terus menjadi sangat ketat, dengan tingkat pengangguran tetap rendah. Meski demikian, terdapat indikasi bahwa dinamika penawaran dan permintaan di pasar tenaga kerja secara bertahap bergerak menuju keseimbangan yang lebih baik.

Inflasi bertahan pada tingkat yang jauh di atas sasaran jangka panjang yang ditargetkan sebesar 2%. Meski inflasi meningkat, terdapat indikasi bahwa ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terjangkar kuat.

"Penegasan ini didukung oleh beragam survei yang dilakukan di antara rumah tangga, bisnis, dan peramal, serta pengukuran yang berasal dari pasar keuangan," kata Faisal. (Z-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya