Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PADA 2022, Bank Sentral AS The Fed menaikkan tingkat suku bunga untuk menghentikan spiral upah yang tentu tidak diharapkan untuk terjadi di tengah ketenagakerjaan yang cukup ketat kala itu.
"Namun saat ini angka pengangguran terus meningkat, oleh karena itu The Fed memberikan ruang yang lebih besar untuk menurunkan tingkat suku bunga untuk menjaga angka pengangguran, meski ada potensi angka pengangguran ini akan jauh lebih tinggi," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Selasa (26/3).
Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell mengatakan naiknya pengangguran akan menjadi pesan bagi The Fed untuk menurunkan tingkat suku bunga. Pelemahan yang tidak terduga dalam pasar tenaga kerja akan membuat The Fed merespon dengan kebijakan.
Baca juga : Federal Reserve Pertahankan Tingkat Suku Bunga Tinggi, Tetapkan Rencana Pemotongan Tiga Kali di 2024
Powell saat ini tidak melihat adanya celah di pasar tenaga kerja, meski ada kenaikan pengangguran di sejumlah negara bagian. Di mana jumlah pekerja paruh waktu mulai berkurang diikuti dengan pengurangan jam kerja.
Powell khawatir, apabila pengangguran mulai meningkat, maka untuk waktu yang singkat, para perusahaan akan mengumumkan pemutusan hubungan kerja yang akan mendorong gelombang pemutusan bergerak lebih cepat.
The Fed semakin yakin untuk memangkas tingkat suku bunga, karena seperti yang disampaikan oleh Powell, bahwa The Fed terfokus kepada 2 hal, yaitu inflasi dan ketenagakerjaan.
Baca juga : Penurunan Suku Bunga oleh The Fed masih belum Jelas
Saat ini AS inflasi mulai bergerak turun, sedangkan ketenagakerjaan juga bergerak melemah. Tentu kedua hal tersebut merupakan yang diinginkan The Fed sebelumnya.
The Fed harus memberikan dukungan yang lebih besar terhadap perekonomian khususnya di pasar keuangan. Para pembuat kebijakan juga memberikan proyeksi dimana angka pengangguran akan berkisar 4% pada kuartal IV-2024.
Saat ini 20 negara bagian telah mencatatkan kenaikan pengangguran yang cukup besar, termasuk New York, California, Arizona, dan Wisconsin.
Baca juga : Data Inflasi AS Dukung Pelonggaran Suku Bunga pada Juni 2024
Saat ini perhatian pelaku pasar dan investor akan tertuju kepada data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023, baik GDP Annualized dan GDP Price Index, yang dilanjutkan dengan data penting terkait dengan ketenagakerjaan seperti Initial Jobless Claims dan Continuing Claims yang diproyeksikan naik.
Data penting ini akan bersanding dengan data penting mengenai inflasi, mulai dari Personal Consumption dan Personal Spending yang naik. Sementara Personal Income mengalami penurunan.
Terakhir, pasar juga dan The Fed juga menantikan terakhir tentu data harga belanja konsumen (PCE Deflator, YoY) yang diproyeksikan naik, meski PCE Core Deflator YoY diproyeksi tetap.
Baca juga : Mayoritas Pasar Ekuitas Menguat Fokus Pengumuman Inflasi AS
Selain itu, Wholesale Inventories bulanan (MoM) dan Retail Inventories diproyeksikan mengalami kenaikkan, sehingga menambah volatilitas di pasar pekan ini.
Dari Eropa, data Consumer dan Economic Confidence akan mencuri perhatian, di tengah situasi dan kondisi yang penuh dengan tensi geopolitik.
Pelaku pasar dan investor juga menantikan data Tiongkok. Di mana Industrial Profits diproyeksikan akan naik meski mungkin tidak banyak. Begitupun dengan data PMI Manufacturing Tiongkok yang mulai beranjak pulih.
Baca juga : The Fed Catat Sedikit Peningkatan Aktivitas Ekonomi sejak Januari
Terakhir, dari Jepang, setelah menaikkan tingkat suku bunga, data inflasi Tokyo CPI YoY dan Tokyo Core CPI YoY mencuri perhatian. Begitu pula dengan Jobless Rate dan Job to Applicant Ratio yang diproyeksikan akan sama.
Seiring dengan meningkatnya inflasi di Jepang dan kenaikkan upah di atas 5%, tentu saja data Retail Sales tahunan (YoY) diproyeksikan naik dari sebelumnya 2,1% menjadi 2,8% - 3%.
"Pekan ini akan menjadi pekan yang penuh dengan ketidakpastian, namun juga harapan," kata Nico. (Z-3)
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memperingatkan kebijakan tarif Presiden Donald Trump menciptakan situasi ekonomi yang belum pernah dihadapi dalam sejarah modern.
Pasar saham AS mengalami penurunan tajam dengan Dow Jones anjlok hampir 1.000 poin akibat meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi.
Presiden Donald Trump menyatakan tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell, meskipun sebelumnya mengkritik tajam dan menyebut Powell sebagai “pecundang besar.”
Presiden AS Donald Trump menyebut Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell telah merugikan perekonomian AS karena menolak menurunkan suku bunga acuan.
Isyarat The Fed menaikan suku bunga membuat nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi.
Pertemuan dewan gubernur Bank Sentral AS akan menentukan langkah The Fed untuk menahan atau menaikan suku bunga.
Isu ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat memegang peranan yang cukup krusial. Hal ini disebabkan karena peran strategis Jawa Barat dalam perekonomian nasional.
Peserta program beasiswa PKW di LKP Karya Jelita ini, mendapatkan biaya pendidikan senilai Rp15 juta per-orang.
Adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung memicu berkurangnya angka pengangguran.
KEPUTUSAN Pemprov Jabar menutup aktivitas tambang di kawasan Padalarang dan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, memicu ribuan orang terancam kehilangan pekerjaan.
DATA Badan Pusat Statistik menyebut pengangguran di Ibu Kota kini sebesar 10,95% atau setara 572.780 orang.
Ayep-Bobby juga keliling Kota Sukabumi di 90 titik dan berusaha menghadirkan solusi untuk berbagai masalah yang ada.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved