Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Pengamat Pertanian Syaiful Bahari mengatakan momentum panen raya tidak akan berdampak signifikan terhadap penurunan harga beras. Menurutnya, faktor penentu yang lebih besar adalah impor beras yang dilakukan pemerintah.
"Puncak panen raya itu di April-Mei. Di Maret ini ada juga panen, tapi belum merata. Di Jawa Tengaah sudah panen dan harga gabah di sekitar Rp7.200-7.500 per kilogram. Namun, itu belum tentu berdampak terhadap penurunan harga beras. Saat ini turunnya harga lebih dikarenakan impor yang dijanjikan pemerintah 600 ribu ton akan masuk. Itu membuat harga gabah di petani mulai tertekan," kata Syaiful saat dihubungi pada Sabtu (9/3).
Ia mengatakan panen raya belum tentu menurunkan harga beras secara signifikan karena belum diketahui hasil akhirnya bagaimana. Pasalnya, pada masa tanam lalu, banyak daerah sawah di daerah sentra yang terkena banjir.
Baca juga : Bulog Harus Gandeng Penggilingan Padi Kecil untuk Tingkatkan Serapan Beras
Syaiful menilai penurunan harga gabah dan beras juga bersifat semu. Pasalnya, setelah Juni atau Juli, diperkirakan gabah sudah tidak banyak lagi.
"Jika pemerintah tidak hati-hati, kenaikan harga beras akan terulang kembali. Kalau berharap harga beras akan turun dalam waktu dekat, tidak mungkin," ucap Syaiful.
Lebih lanjut, Syaiful menerangkan bahwa produksi padi akan mulai normal kembali pada 2025 mendatang. Dengan catatan sekarang ini pemerintah harus segera mendistribusikan pupuk subsidi yang dijanjikan kepada petani agar harga pupuk tidak terlampau mahal.
"Jika pemerintah tidak juga membereskan persediaan dan tata niaga pupuk, dan sarana prasarana produksi lainnya, krisis beras nasional ini akan terus berkepanjangan," tandasnya. (Z-11)
TINGGINYA harga beras saat ini, tak begitu saja dinikmati oleh para petani di Purwakarta Jawa Barat, yang terbebani dengan harga pupuk dan obat pertanian yang mahal.
DALAM rangkaian kunjungan kerja di Majene, Sulawesi Barat, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman turut memantau jalannya Gerakan Pangan Murah Beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).
Pernyataan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mengungkap temuan 212 merek beras diduga melakukan pengoplosan dan pelanggaran mutu, memantik perhatian publik.
MARAKNYA beras oplosan berpotensi menyebabkan harga beras menjadi naik.
DISTRIBUSI beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh pemerintah mulai dilakukan sejak Juni 2025.
Melambungnya harga beras tersebut, telah mengusik pendapatan atau terganggu keuntungan yang mereka peroleh dari hasil penjualan.
Pemerintah resmi mengubah klasifikasi penjualan beras dari sebelumnya berdasarkan kualitas (medium dan premium) menjadi dua kategori baru.
Total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton.
Inspeksi bersama KPPU Kanwil I Medan, Disperindag Sumut dan Bulog menemukan produsen beras premium berhenti beroperasi akibat ketiadaan bahan baku.
Hingga saat ini tidak ditemukan indikasi beras oplosan di wilayah Kabupaten Brebes, dan kondisi tersebut akan terus dijaga.
Petugas gabungan Satgas Pangan di sejumlah daerah di Jawa Tengah terlihat turun dan mendatangi pasar tradisional dan langsung melakukan pengecekan para pedagang dan distributor beras.
kenaikan harga gabah dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yang tidak berubah mendorong pihak-pihak tertentu untuk melakukan pengoplosan beras
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved