Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PROGRAM bantuan sosial (bansos) di Indonesia dinilai tak masuk akal dan lebih banyak ditujukan untuk menggapai kepentingan-kepentingan politik. Akibatnya beragam bansos yang digulirkan justru secara tak langsung memberatkan keuangan negara.
"Ada 100 juta orang yang ditanggung bansos itu, itu kebangetan, keterlaluan. Jumlah warga miskin itu 25 juta orang, tetapi bansosnya 100 juta orang. Ini tidak masuk akal," ujar ekonom senior sekaligus pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik Junaidi Rachbini saat dihubungi, Jumat (5/1).
"Jadi ini adalah kebijakan yang jongkok secara akal sehat. Karena memang politisi itu kecenderungannya memaksimumkan anggaran, memorot anggaran semaksimal mungkin untuk terpilih, tidak apa-apa, tetapi kebijakannya itu harus ada kontrol," tambahnya.
Baca juga : Gusdurian : Pilpres Dua Putaran bukan Pemborosan
Bansos, kata Didik, sejatinya merupakan program yang mulia selama pelaksanannya benar. Namun acap kali di Indonesia bansos dijadikan sebagai alat untuk memperoleh kepentingan politik, sehingga program tersebut lebih sarat politis ketimbang dukungan sosial.
Dengan kata lain, bansos yang digulirkan dengan kepentingan politik masuk dalam kategori tindakan korupsi. Pasalnya, uang negara digunakan untuk mencapai kepentingan atau keuntungan kelompok tertentu.
"Itu sebenarnya merupakan korupsi besar, mengambil anggaran negara untuk kepentingan golongannya. Jadi ini harus ada koreksi dan selama ini tidak ada koreksi. Karena kekuasaannya itu sudah otoriter. Jadi sudah tidak benar. Ke depan ini tidak boleh lagi terjadi," kata Didik.
Baca juga : Airlangga Hartarto Akui Ada Pemotongan Anggaran untuk Bansos
Penyalahgunaan bansos itu menurutnya juga disebabkan oleh kepemimpinan yang tak menerapkan prinsip demokrasi dengan benar.
"Ini karena kita menjalankan demokrasi tidak dengan benar. Orang memusatkan kekuasaannya seperti raja. Kemudian raja itu walaupun saudaranya, demi kekuasaan, digorok. Jadi kekuasaan itu nomor satu, hati nurani, akal sehat, itu tidak ada. Jadi harus ada koreksi," pungkas Didik. (Z-5)
Baca juga : Ambisi Jokowi Menangkan Gibran, Naikkan Gaji ASN hingga Tingkatkan Anggaran Bansos
WAKIL Ketua Badan Anggaran DPR Wihadi Wiyanto menilai anggaran yang ada di dalam RAPBN 2026 sebesar Rp757,8 triliun untuk pendidikan telah sesuai dengan ketentuan UU.
Presiden menjelaskan bahwa peran APBN harus lebih proporsional dan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dasar serta pelayanan publik yang terbaik bagi rakyat.
MBG menjadi upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak serta upaya meningkatkan ekonomi lokal.
Ia menambahkan pemangkasan anggaran TKD akan memberikan dampak signifikan pada berbagai aspek pembangunan dan pelayanan publik di daerah.
BSKDN Kemendagri Noudy R.P. Tendean menegaskan komitmennya untuk mendorong efektivitas dan efisiensi dalam perencanaan anggaran tahun (TA) 2026.
Tantangan menyangkut anggaran dan distribusi guru yang tidak merata, berdampak pada kualitas dan mutu pendidikan.
DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz mengusulkan pemprov DKI memperhatikan warga miskin yang lama tinggal di Jakarta, meski tak mengantongi KTP DKI dapat bansos
Sampai bulan Juni ini, sekitar 690 rumah telah selesai diperbaiki. Total unit Rutilahu sebanyak 1.775 unit tersebar di 30 kecamatan.
TIN tampak semringah di ruang tunggu Rumah Sakit Pratama Raja sekitar pukul 8.00 Wita. Ia penuh harap matanya yang kabur bisa tersentuh dokter spesialis mata.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily mengapresiasi kinerja Kemensos yang dianggap telah berperan dalam menurunkan angka kemiskinan
SAMPAI 2023, total rumah tidak layak huni di Jawa Barat mencapai 45,83%. Kabupaten Sukabumi menjadi daerah dengan jumlah rumah tidak layak huni terbanyak.
Meskipun dalam keadaan ekonomi yang tergolong miskin, masyarakat Indonesia merasa tetap bahagia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved