Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Anggaran Tahunan BI 2024 akan Defisit Rp29,299 Triliun

M Ilham Ramadhan Avisena
13/11/2023 15:11
Anggaran Tahunan BI 2024 akan Defisit Rp29,299 Triliun
Ilustrasi(MI)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) akan mengalami defisit sebesar Rp29,299 triliun di 2024. Itu diasumsikan dari total penerimaan Rp148,374 triliun dan total pengeluaran Rp177,673 triliun.

"Untuk tetap menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dari dampak tingginya ketidakpastian ekonomi keuangan global, rencana ATBI 2024 diprakirakan defisit Rp29,299 triliun, terutama berasal dari defisit anggaran kebijakan," ujar Perry dalam rapat kerja Rancangan Anggaran Tahunan BI bersama Komisi XI DPR, Senin (13/11).

Perry menambahkan, anggaran kebijakan BI direncanakan defisit Rp38,986 triliun. Itu karena biaya moneter suku bunga yang dipertahankan dan juga adanya beban sesuai burden sharing dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Baca juga: Bank Indonesia Proyeksikan Inflasi 2024 Capai 3,20%

Sementara anggaran operasional direncanakan surplus Rp9,867 triliun. Itu terutama dikontribusikan oleh penerimaan hasil pengelolaan aset valas. "Kami terus berupaya terjadi efisiensi untuk anggaran pengeluaran," tutur Perry.

Adapun realisasi ATBI 2023 hingga September 2023 mencatatkan surplus sebesar Rp34,144 triliun dan diprognosiskan mencapai Rp27,190 triliun. Prognosa capaian tersebut, kata Perry, lebih baik dari rencana awal ATBI 2023 yang pada waktu itu direncanakan defisit Rp19,992 triliun.

Baca juga: Pengamat: Turunnya Cadev untuk Rupiah yang Lebih Stabil

Hal Itu diepngaruhi oleh prognosa anggaran kebijakan yang mencatatkan surplus Rp3,201 triliun dan prognosa anggaran operasional yang surplus Rp23,989 triliun, khususnya dari upaya-upaya yang BI lakukan secar terus menerus.

Perry mengatakan, anggaran kebijakan yang surplus dipengaruhi oleh optimalisasi penerimaan dari pengelolaan surat berharga, termasuk SBN dan realisasi pengeluaran kebijakan antara lain pembayaran jasa giro kepada pemerintah dan kebutuhan beban operasi moneter.

"Sementara anggaran operasional yang mencatatkan surplus lebih tinggi dari rencana dipengaruhi oleh peningkatan penerimaan pengelolaan cadangan devisa yang didukung dengan implementasi reformasi cadangan devisa dan pengaruh suku bunga global yang meningkat tinggi dari asumsi awal," pungkasnya. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya